NovelToon NovelToon
Gelora Cinta Usia Senja

Gelora Cinta Usia Senja

Status: tamat
Genre:Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Keluarga / Romansa / Tamat
Popularitas:134.2k
Nilai: 5
Nama Author: skavivi selfish

Mereka terpaksa menikah meski sudah berjanji tidak akan menikah lagi setelah menjanda dan menduda untuk menghormati pasangan terdahulu yang sudah tiada.

Tetapi video amatir yang tersebar di grup RT mengharuskan mereka berada dalam selimut yang sama meski sudah puluhan tahun hidup di kuali yang sama.

Ialah, Rinjani dan Nanang, pernah menjadi cinta pertama dan hidup saling membutuhkan sebagai saudara ipar. Lantas, bahagia kah mereka setelah menyatu kembali di usia kepala lima?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon skavivi selfish, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Sampai Tua, Sampai Bahagia

Rinjani membuka lemari pakaian mendiang suaminya, tetapi belum sampai lima menit dia menikmati aroma dan kenangan yang tersimpan dalam pakaiannya, dia sudah mendudukkan diri di tepi ranjang.

“Rasanya aneh berada di sini. Aku tidak tenang.”

Rinjani menatap sekeliling. Yang tertinggal di kamar mendiang suaminya hanyalah ranjang, lemari dan tabung oksigen. Foto pernikahan mereka pun hanya tertinggal di luar kamar dan ruang kerjanya sebagai bukti bahwa mereka pernah mengukir kisah bersama di megahnya rumah utama

“Aku minta maaf, Mas. Aku bukan milikmu lagi. Tetapi sungguh, menikah dengan Nanang bukanlah hal yang aku inginkan. Aku pun sedih, mengapa ini harus terjadi, padahal aku slalu ingin menjadi jandamu dan menjadi milikmu selamanya sampai di akhir hayat.”

Rinjani beranjak. ”Aku akan meminta Nanang untuk mengiyakan rumah ini di pakai anak-anak kita, aku ingin rumah ini tetap ramai meski bukan aku yang memeriahkan kenangan-kenangan yang tertinggal di sini.”

Rinjani menutup lemari pakaian mendiang suaminya seraya keluar kamar.

“Terima kasih untuk semua rasa sayangmu, Mas. Untuk cintamu yang begitu besar dan segalanya yang pernah kita rakit bersama. Anak-anak sudah bahagia, kamu akan memiliki banyak cucu dan aku tetap setia di sini, di tempat yang meletupkan banyak angan, hasrat, dan suka duka yang mendalam. Di tempat ini pula, akan aku torehkan lagi kisah baru yang tidak sepenuhnya baru. Semoga ini bukan malapetaka bagiku. Semoga aku bisa meringankan beban Nanang. Adikmu, yang begitu kamu sayangi.”

Rinjani menjauh dari kamar mendiang suaminya sambil mengenang segala sesuatu yang timbul tenggelam di ingatannya. Kendati demikian, hidup akan terus melaju meninggalkan jejak, mengukir kisah, melanjutkan hidup, dan bertahan hidup untuk mereka yang masih ada, untuk mereka yang menggantungkan harapan serta kasih yang slalu ada dari anak, keluarga, teman, cucu dan semuanya yang memberi tanpa dua minta.

Bermodalkan itu, Rinjani mencoba tersenyum lepas, walau masih tidak ada binar di matanya.

“Akan kuhadapi Nanang dan anak-anaknya walau sambil ngomel-ngomel. Semangat, Rinjani. Jangan lupakan Pak RT yang membuat hidupmu juga begini.”

Rinjani melambaikan tangan pada pelayan rumahnya.

“Ada apa, Bu?”

“Kirim gudeg Yu Riri untuk Pak RT, sampaikan padanya itu dari saya.”

“Ada lagi, Bu.”

“Nanang belum pulang?”

“Sepertinya belum.”

“Saya akan menyusul ke pemakaman. Sampaikan pada sopirnya untuk menunggu kedatanganku!”

“Baik, Bu. Laksanakan.”

Rinjani gegas pergi ke parkiran sebelum pergi ke pemakaman nun jauh dari kota seorang diri.

“Kenapa kamu menyusulku?”

“Aku ingin.” Rinjani menyerahkan kunci mobilnya. “Minta sopirmu pulang untuk jemput anak-anak.”

“Terus aku jadi sopirmu gitu?” Nanang mengernyit. “Aku lagi capek.”

“Oh... sudah capek lagi.” Rinjani menarik kedua sudut bibirnya. Mungkin itu karena Nanang habis curhat ke mendiang istrinya, jadi energinya terkuras. “Nanti pijat lagi.”

Nanang duduk di kap mobil sedan Rinjani sebelum bersedekap. “Mau apa jauh-jauh ke sini cari aku? Nggak bisa nunggu di rumah saja?”

Nanang menurunkan tatapannya, dia mengamati jari jemari Rinjani yang masih resik seolah tak melukis. Jari itu tetap anggun dengan kuku-kuku yang sengaja di panjangkan seolah dipersiapkan untuk mencakarnya jika suatu saat dia berbuat salah.

“Kamu tidak jadi mewarnai batikmu?”

“Tidak.” Rinjani menggeleng. “Aku tadi sibuk bercanda dengan kenangan.”

“Aku juga sama.”

Rinjani mengangguk. “Aku akan masuk sebentar untuk ziarah. Apa kamu memperbolehkan?”

“Sakila istri pertamaku, adik iparmu dulu, jadi boleh-boleh saja. Aku tidak larang.”

Rinjani langsung masuk ke dalam pemakaman yang turut menjadi pemakaman ibundanya dan saudara dari mendiang suaminya.

“Aku akan menjaga suamimu, dan anak-anakmu. Ketepatan ini akan menjadi janji dalam hidupku selamanya.”

Rinjani mengelus pusara Sakila yang sudah dipenuhi bunga segar dan wangi air mawar pemberian Nanang.

“Nanang tetap menyayangimu, dan aku hanya ingin melanjutkan hidup. Semestinya tanpa Nanang, tapi anakmu berulah jadi aku tidak bisa berbuat banyak selain menikah dengannya. Jadi kalau kamu tidak terima, marahlah pada Jalu Aji. Jangan marah padaku. Aku juga bingung harus memperlakukan Nanang bagaimana. Aku sempat stres. Tapi sekarang sudah tidak begitu.”

Nanang menggelengkan kepala ketika Rinjani masih berlama-lama di dekat makam mendiang istrinya.

“Kalau semakin dibiarkan, semakin tumpah-tumpah dia curhatnya. Mas, tolong panggilkan Rinjani, minta dia cepat turun.” Nanang kembali mendaratkan bokongnya ke kap mobil sedan Rinjani. Sedang lama yang sebulan sekali perlu diperhatikan montir dan kang bengkel.

“Kok kamu tidak bisa sabar toh? Aku baru bertemu teman lama!” seru Rinjani sambil berkacak pinggang. “Punya rencana apa kamu setelah ini?”

“Lapar aku.”

“Sabar, katanya sayang.” ucap Rinjani seraya menghela napas.

“Aku ingin pergi ke suatu tempat. Kamu yang antar dan kamu yang cari.”

Nanang menyipitkan mata. Permintaan yang tidak jelas. “Makan dulu baru aku antar kamu ke mana pun kamu mau.”

Rinjani mengangguk. Masuklah mereka ke dalam mobil, Nanang mengemudikan mobil sambil melirik Rinjani.

“Kenapa kamu tiba-tiba ingin pergi berdua? Sudah puas kamu main ke rumah utama?”

Rinjani melepas cincin pernikahannya dengan mendiang suaminya dulu. “Tolong simpan ini.”

Nanang seketika merasa ada yang tidak beres dengan Rinjani. Tingkahnya, senyumnya, dan ia merasa tidak nyaman.

“Kamu sebentarnya mau ke mana?”

“Ke tempat panen padi.”

“Mau ikut panen sampai cincin kawinmu harus aku simpan?”

Rinjani berdecak. “Apa kamu nggak paham maksudku apa? Cincin darimu masih aku pakai, sedang cincin dari Mas kamu simpan.”

Nanang menghela napas. “Ya mungkin karena cincin dariku tidak ada artinya, makanya kamu ajak kotor-kotoran, sedangkan cincin dari Masku kamu simpan biar bersih slalu.”

“Wong aku cuma mau mencium aroma padi yang baru di panen, aku cuma mau lihat-lihat.” Rinjani mendengus. “Katanya sudah memahamiku sampai tamat, aku jadi meragukan kamu tidak benar-benar mengetahui aku.”

“Halah, mulai drama. Sudah tua, kurang-kurangin itu bertingkah aneh.” sembur Nanang.

Rinjani membetulkan letak duduknya. “Aku ingin bicara jujur mengenai tingkahku yang kamu anggap aneh itu!”

“Silakan.”

“Kok kamu tidak tertarik sama sekali? Kamu mulai menyepelekan aku?”

“Aku laper, sudah dibilang makan dulu.”

Kesal dengan Nanang, Rinjani mendorong bahunya. “Kamu yang mulai kok, sekarang sewot sendiri. Bikin malas.”

Nanang terpaksa berhenti di warung bakso, “Kamu ingin ikut makan tidak?”

“Ikut, tapi makan di dalam sini saja.”

Nanang mendengus, memang begitu Rinjani itu. Tetapi dia tetap melakukannya. Dia memesan bakso beranak dan membawanya ke dalam mobil.

“Sesuai kesukaanmu.”

“Terima kasih, Mas Nanang.”

Belum juga kuah bakso yang pedas manis itu masuk ke mulutnya, Nanang berdehem-dehem.

“Kamu kenapa toh? Stress.”

Rinjani tampak acuh tak acuh, dan karena dia juga lapar, dia menyantap baksonya lebih dulu.

“Aku... Bisakah kita memulai masa tua ini menjadi hari-hari yang menyenangkan? Aku sudah pamitan sama Mas Kaysan, ya walaupun tidak terjawab, aku sudah pamit untuk memulai hidup sama kamu.”

Nanang menghentikan aktivitasnya mengunyah. “Kamu tidak bercanda?”

“Aku tidak bercanda. Mungkin ada baiknya kita bisa teman baik di masa tua. Di mana memang hanya ajal yang memisahkan kita nanti.”

Nanang mengunyah baksonya, tak menganggap serius Rinjani.

“Semudah itu melepas Masku?”

“Semudah kamu melepas Sakila untuk kebahagiaannya di surga.” Rinjani mencoba tersenyum. “Tapi kalau kamu tidak mau ya sudah, aku tidak akan menanggapi penolakanmu dengan kekecewaan.”

Nanang tuntas menghabiskan baksonya, dan menaruhnya mangkoknya di dekat kaki.

“Mana mangkoknya.”

“Belum habis kok di minta!” Rinjani menampilkan tatapan tidak terima.

“Aku suapi kalau kamu memang serius dengan ucapanmu tadi.”

Rinjani menyerahkan mangkoknya dan tanpa beban dia membuka mulutnya lebar-lebar.

“Haha, gigimu ternyata sudah ompang juga.”

Rinjani memejamkan mata. “Kalau kamu gitu rumah tangga kita tidak usah serius. Kita bercanda-canda saja sampai tambah tua nanti. Sampai rambut kita putih semua.”

“Nah itu aku baru setuju. Aku sudah capek hidup serius. Jadi saat ini, mari kita memulai sesuatu dengan bercanda-canda saja, dibuat santai, di buat senang, yang penting lebih hidup dari keterpurukan setelah kehilangan.”

Rinjani menyantap bakso yang Nanang berikan. Dia tersenyum sambil berharap, mudah-mudahan keluarganya aman dan bersama-sama membangun suka cita di atas perjuangan membangun keluarga sejahtera dan bahagia.

-

1
estycatwoman
nice 👍💯😍
estycatwoman
Aamiin👐
Ida Miswanti
Jeng Vi Semua karyamu menetap di hati dan selalu ku nanti notif darimu lagi🤗💪
Ida Miswanti
Alhamdulillah karep ku ketekan🤗
Ida Miswanti
definisi cinta dari kulit kencang sampai kulit kendor😂
Ida Miswanti
kasian Mbakyu Jani tak pernah memahami Mas Nanang 😏
Ida Miswanti
emang apa yang Bunda mau???🤭
💕Rose🌷Tine_N@💋
berbulan bulan nungguin ternyata gk ada sambunganny lagi...piye to mbae...end atau digantung lg nih?😢
Ida Miswanti
tenang hatimu Dalilah tak hanya Ahli tp udh Spesialis
Ida Miswanti
coba minta 1 ke mantu mu🤭
Ida Miswanti
gini,,ni,kalo punya mantu turun dari khayangan bikin geumees🤗
Ida Miswanti
ternyata oh ternyata baru ku tau julukan lengkap Mas Nanang selain Om Oyen 😂
Ida Miswanti
kejujuran hati Mas Jalu..
Ida Miswanti
edan tenan Kowe adik'e Mas Kaysan😂
Ida Miswanti
makin cocok Run,,,jadi Patung Kolor ijo 🤣🤣🤣
Ida Miswanti
pasangan senja yg tiada tandingannya
Ida Miswanti
yang lagi bikin Romantis 😅
Ida Miswanti
KDRT dooong Mbak Riri😆
Ida Miswanti
🤔 wangsit sejenis makanan kah???kalo di daerah pangsit namanya
Ida Miswanti
Mas Susur atau Si bungsu yg menyambut kedatangan Sang Bunda...
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!