Aku terlahir dari tempat yang kotor, ya benar Ibuku seorang wanita malam. Beliau tidak bersuami namun melahirkan diriku dengan penuh penyesalan, karena ibuku sendiri tidak tahu siapa ayahku.
Aku tumbuh di lingkungan buruk, semua orang menghakimiku karena terlahir dari rahim yang kotor, aku dijauhi, tidak ada yang mau berteman denganku.
Mereka bilang, aku adalah tunas bernanah, tidak akan baik dekat denganku, aku adalah bibit lacur di masa depan.
Ucapan itu sejak kecil melekat di hati dan pikiranku, meskipun ibu mengatakan ...
"Maaf Nak, karena Ibu telah melahirkan dirimu dengan tubuh kotor ini, jika Ibu tahu kau akan menderita, alangkah baiknya saat itu Ibu tidak melahirkan kamu." Ucapan Ibu begitu mengiris hati dan telingaku.
Aku belajar dengan baik dan berprestasi, namun hal itu tidak merubah nama kami menjadi baik, aku menyerah dan berputus asa, akhirnya aku mengikuti jejak ibuku sesuai perkataan orang -orang.
Hingga pada akhirnya aku bertemu Putra Mahkota.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Vie Alfredo, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
21. Tidak ada kesempatan
Bayema menangisi semua yang terjadi padanya, tapi bukannya mengintrospeksi diri dia malah melimpahkan semua kesalahan pada Daisy.
"Semua pasti karena wanita jalang itu." Teriak Bayema.
"Nyonya, saya yakin jika ini jebakan, karena dari tadi kepala pelayan melarang saya melayani anda mandi." ujar Yanyan.
"Sudah pasti itu, jangan-jangan jalang itu menyuap kepala pelayan untuk menjebakku, ksatria itu langsung hilang tanpa dipermasalahkan." Ujar Bayema.
"Benar Nyonya, ini tidak adil sama sekali." ujar Yanyan.
"Aku akan minta bantuan permaisuri dulu." Ujar Bayema.
"Tapi ini sudah malam Nyonya, besok pagi saja bagaimana?" tanya Yanyan.
"Tidak mau ini tidak bisa ditunda lagi Yanyan, aku akan di cabut gelarku besok dan di kembalikan ke wilayah ku." ujar Bayema segera mengenakan pakaiannya.
Yanyan, tidak bisa mencegah Bayema lagi, Yanyan mengikuti Bayema menuju kediaman permaisuri.
"Kepala pelayan, saya ingin bertemu dengan permaisuri, ini keadaan darurat." ujar Bayema meminta ijin pada kepala pelayan permaisuri.
"Saya tanya permaisuri dulu." ujar Kepala pelayan.
Tak lama, Bayema pun di minta untuk masuk ke dalam.
"Permaisuri tolong saya, gelar saya di cabut oleh putra Mahkota, tolong bantu saya permaisuri." ujar Bayema merengek.
"Apa kau melakukan kesalahan fatal?" tanya Permaisuri.
"Saya di jebak, saat akan melayani Yang Mulia Putra Mahkota, mereka meminta saya mandi di pemandian samping ruangan putra mahkota, dan mereka memasukan pria saat saya lampu padam, dan saya kira itu Yang Mulia, namun saat lampu menyala kembali, rupanya itu seorang Ksatria, bagaimana bisa mereka menjebak saya di kediaman Putra Mahkota, dan apa saya sebodoh itu melakukan hal buruk di kediaman Putra Mahkota." Ujar Bayema.
"Masuk akal yang kau katakan Bayema, tapi itu tergantung Putra Mahkota, saya tidak bisa ikut campur, kalau Putra Mahkota, percaya maka itu harus dibilang kebenaran, kau tidak punya pilihan lain, kecuali itu hanya gosip seperti Daisy, aku masih bisa membantumu." ujar permaisuri.
"Tolong saya, saya tidak mau kembali ke sana Yang Mulia, pasti mereka akan merendahkan saya, meremehkan saya." ujar Bayema.
"Dan lagi apa kau tidak tahu, kau sudah menuduh Daisy." ujar Permaisuri.
"Itu kenyataannya permaisuri, bagaimana dong." ujar Bayema.
"Mereka tidak tampak mata, tapi kau bilang itu kenyataan, tapi kau yang tampak mata, kau bilang di jebak, aku harus bagaimana Bayema?" tanya Permaisuri.
Bayema terdiam, dia terpukul oleh ucapannya sendiri, bagaimana dia mau melanjutkan pembelaan kalau sudah di skak oleh permaisuri.
"Tidak, bukan begitu Yang Mulia, saya juga melihatnya sendiri." ujar Bayema.
"Tapi Adipati adalah penjaga yang ditetapkan untuk menjaga keselamatan Daisy, saat Daisy jatuh bersama pelayannya, apakah dia sebagai penjaga harus diam saja, dan itu pun ulahmu dan juga kakakmu Bayema." Ujar Permaisuri.
Bayema sangat terkejut, rupanya permaisuri sudah ada di pihak Daisy, apa itu karena Daisy wanita kesayangan Putra Mahkota.
Kali ini Bayema tidak akan ada yang membelanya lagi, dia ingin menyingkirkan Daisy, tapi malah dia sendiri yang tersingkirkan, sekarang apa yang harus dilakukan Bayema, Bayema sudah buntu.
"Bayema, aku sudah memperingatkan mu, kalau kau tidak boleh ceroboh, bukan seperti itu cara memenangkan putraku, aku dulu sangat senang kau itu tidak berpikir pendek, tapi kenapa sekarang kau sangat diluar ekspektasi ku Bayema." ujar Permaisuri.
"Permaisuri, maafkan saya ... saya lupa diri, tolong bantu bujuk Putra Mahkota, untuk mengurungkan niatnya." pinta Bayema.
"Bayema, itu sudah terlambat, tidak ada yang bisa mengubah keputusan putraku, sudah malam aku mau istirahat, tolong antar Bayema keluar." tegas permaisuri.
Bayema pun di antar keluar, Bayema menangis sepanjang jalan kembali ke kediamannya.
Semua upaya yang dilakukannya kali ini sangat sia-sia sekali, hancur begitu saja karena kegilaannya sendiri, tapi tetap saja orang gila ini masih menyalahkan Daisy.
Bayema berlari menuju kediaman Daisy, Yanyan sudah keringat dingin, sudah pasti dan jelas Daisy pergi untuk mencari masalah dengan Daisy.
"Apa yang anda lakukan Nyonya?, ini sudah malam." ujar Nedal.
"Aku ingin menemui Daisy." ujar Bayema.
"Besok saja, nyonya kami sedang istirahat." Nedal menghalangi Bayema masuk.
Bayema langsung menerobos masuk ke dalam kediaman Daisy, saat akan memasuki pintu kamar Daisy tiba - tiba ada penjaga menghadangnya dengan senjata.
Bayema tak dapat berkutik, kakinya lemas dan terduduk.
Rupanya Putra Mahkota begitu menjaga Daisy.
Dalam pikiran Bayema, kenapa harus Daisy, Daisy tidak memiliki darah bangsawan, Daisy adalah musuh semua wanita bersuami, karena dia berasal dari tempat pelacuran, berbeda dengan Bayema, dia adalah seorang tuan Putri, dia wanita terhormat kenapa harus Daisy yang memenangkan hati putra mahkota, bukan dia seorang putri meskipun tawanan.
"Nyonya, tolong jangan membuat masalah lagi." Yanyan segera membantu Bayema berdiri dan membawanya kembali.
"Nyonya, sudah untung kita tidak dihukum mati oleh Putra Mahkota, bukankah, Putra Mahkota masih berbaik hati pada kita?" ujar Yanyan.
"Tidak, tidak kenapa aku dipulangkan, aku tidak mau dipulangkan." Ujar Bayema.
"Kita tidak bisa berbuat apa-apa Nyonya, kita kembali dulu, nanti dalam perjalanan kita harus kabur, dan menyamar sebagai rakyat biasa terlebih dahulu, dari pada kita kembali tapi dihinakan, kita mencari sekutu terlebih dahulu untuk membalas perbuatan wanita jalang itu." ujar Yanyan.
"Yanyan, aku tidak pernah hidup di luar sana, apa kau yakin itu akan lebih baik?" tanya Bayema.
"Nyonya, saya tahu bagaimana bertahan hidup dengan baik di luar sana, kita harus membawa barang berharga terlebih dahulu, agar kita tidak kesulitan nantinya." ujar Yanyan.
"Bagaimana Yanyan?, aku tidak tahu apa yang bisa di bawa dan tidak merepotkan nantinya." Bayema kebingungan.
"Tidak apa-apa, serahkan saja padaku, Yanyan akan mengurusnya, Nyonya istirahat saja dulu." ujar Yanyan.
"Baik." Bayema tidak ada pilihan lain saat ini, dia harus mengikuti rencana Yanyan, dan menata hidup sebagai rakyat biasa, lalu mencari sekutu untuk menghancurkan Daisy.
Bayema tentu saja tidak terima, Daisy yang baru sebentar datang sudah mampu menendangnya keluar tanpa banyak upaya.
Rupanya Daisy bukanlah lawan yang bisa dia remehkan, kali ini dia akan pergi untuk kembali lagi untuk balas dendam atas penghinaan yang dia berikan padanya.
"Daisy, seumur hidupku, aku tidak akan memaafkanmu, aku ingin kau menderita dan terhinakan, sehina-hinanya." Gumam Bayema.
Namun sayang sekali, Bayema tidak pernah mengetahui masalalu Daisy yang begitu kelam, perihal kehidupan hina sudah dari kecil dia sandang.
Padahal penderitaan yang dialami Bayema tidak ada setengah kuku Daisy.
Untuk balas dendam seharusnya, Bayema mengenali musuh dengan baik lebih dulu, jika begitu caranya maka dia sendiri yang akan terus jatuh terinjak.
