Daisy Si Kupu-kupu Malam, Dicintai Putra Mahkota
"Jauh-jauh dari anakku!, kau anak wanita gatal. " Umpat seorang Ibu yang mencoba melindungi anaknya dari pergaulan yang buruk.
Yang dimaksud adalah gadis kecil bernama Daisy Norin, anak yang dianggap buruk karena terlahir dari seorang pelacur.
Semua orang tua di tempat itu melarang anaknya bermain dengan Daisy, tidak boleh dekat - dekat dengan anak kotor seperti Daisy, mereka bilang gadis kecil itu adalah tunas bernanah.
Daisy sangat sedih, apa salah dari tubuh mungil itu, padahal Daisy bukan monster, Daisy juga tidak buruk rupa.
Daisy sering mendengar ucapan, yang begitu menyedihkan.
"Percuma cantik tapi tidak ada bapaknya. "
"Dia juga akan sama seperti ibunya. "
"Anak Haram. "
Itu adalah sebagian kecil ucapan dari orang - orang di sekitar Daisy.
Setiap akan berangkat sekolah, ibunya selalu mengatakan pada Daisy.
"Buatlah buta matamu untuk apa yang tidak ingin kau lihat, buatlah tuli telingamu untuk apa yang tidak ingin kamu dengar. " Itulah ucapan yang sering Ibu Daisy katakan.
Daisy meraih jemari lentiknya lalu ciumnya, ibunya sangat cantik, dia adalah wanita tercantik bagi Daisy.
Terkadang Daisy berpikir, ibunya begitu cantik, dia juga sangat lembut dan penyayang, dia mencintai Daisy dengan penuh kasih sayang, dia juga orang yang ramah, mengapa semua ibu-ibu di sini membenci ibunya dan juga dirinya, itulah yang selalu menjadi pertanyaan dalam benak Daisy sejak kecil.
Saat akan menidurkan Daisy sebelum bekerja, Ibunya selalu menangis dan meminta maaf pada Daisy dengan penuh penyesalan.
Sampai Daisy hafal ucapan ibunya di luar kepala, namun Daisy tidak begitu mengerti karena saat itu usianya masih 8 tahun.
Hingga suatu hari, ibunya tidak seperti biasanya, ibunya hanya menatap Daisy begitu lama, mencium pipi dan kening Daisy cukup lama sekali.
"Sayang, Ibu selalu berdoa untuk masa depanmu, semoga kau mendapatkan kehidupan yang lebih baik dari Ibu, mendapatkan seseorang yang luar biasa, meskipun ibumu ini wanita yang berlumur dosa, namun tidak pernah sekali pun Ibu mendoakan hal buruk untukmu." Itulah yang dikatakan Ibu Daisy, lalu sebuah kecupan berkali-kali mendarat di pipi Daisy dan Ibunya segera berlalu pergi, air matanya selalu menetes di pipi Daisy sebelum berangkat bekerja.
Daisy yang belum tertidur itu segera bangun, karena rasanya matanya tidak bisa di pejamkan, hatinya terasa gelisah, Daisy pun keluar kamar dan berdiri di depan pintu kamarnya , entah apa yang anak itu pikirkan, Daisy hanya ingin berdiri saja di depan pintu.
Sejak umur 5 tahun Daisy sudah di tinggal Ibunya bekerja setiap hari, ibunya akan kembali di samping Daisy tanpa Daisy ketahui pukul berapa dia kembali, Daisy sudah terbiasa sendiri, Daisy tidak takut sendiri, Daisy melakukan semua hal sendiri.
Tiba-tiba terdengar suara pintu di ketuk begitu keras.
Ibunya selalu berpesan, tidak boleh sembarangan membuka pintu, maka Daisy mengintipnya dari tirai yang dia buka sedikit.
Rupanya itu adalah Bu Yuli dan suaminya, satu-satunya tetangga yang sangat baik pada Daisy dan Ibunya.
Daisy segera mengambil kunci yang ada di kantongnya, dan segera membukanya.
Pintu pun terbuka, Daisy sudah hafal maksud mereka datang, sudah pasti Bu Yuli akan mengantar susu dan camilan untuk Daisy, agar Daisy tidak kelaparan di tengah malam.
Namun Daisy tidak melihat mereka membawa makanan untuknya, mereka membawa tas ibunya yang berlumuran cairan merah entah apa itu.
"Daisy, ... Ibumu kecelakaan ayo ambil jaket, kita ke rumah sakit. " ujar Bu Yuli.
Bu Yuli menitihkan air mata, dengan menenteng tas milik ibu Daisy yang rupanya itu adalah darah ibunya, Daisy segera mengambil jaket dan mengikuti suami istri itu, mengendarai motor butut mereka menuju rumah sakit.
Daisy tidak menangis, karena ibunya tidak mengizinkannya untuk menangis dalam keadaan apapun, itu yang melekat diingatan Daisy.
Sampailah mereka di rumah sakit, mereka segera memasuki ruang IGD.
Namun saat mereka masuk, dokter mengatakan.
"Maaf, kami tidak bisa menyelamatkannya. " Ujar dokter itu dengan penuh penyesalan matanya juga nampak berkaca - kaca.
Daisy tidak begitu mengerti situasinya, namun Bu Yuli langsung menangis histeris sambil memeluk tubuh Daisy yang mungil karena kurang gizi.
Suami Bu Yuli pun tampak iba pada Daisy, dia mengusap pucuk kepala Daisy dengan lembut.
"Dokter tolong selamatkan ibunya, bagaimana bisa dia meninggalkan putrinya seorang diri, kasihan anak ini Dok, dia tidak punya siapapun selain ibunya Dok." Bu Yuli memohon pada dokter itu dengan begitu tampak menderita.
Rasanya dada Daisy sesak, kepalanya sakit, matanya sudah penuh, namun Daisy tidak bisa menumpahkannya.
Tiba-tiba semua terasa gelap.
Rupanya Daisy pingsan dan jatuh sakit, ketika bangun Daisy sudah tertidur di ruangan asing serba putih, dengan tangan yang tertancap jarum infus, tidak ada Ibu tidak ada siapapun.
Daisy harus bertanya pada siapa, untuk mengerti apa yang terjadi.
Daisy sendirian.
Namun langkah kaki terdengar memasuki ruangan itu.
"Daisy, kau sudah bangun Nak?, bagaimana keadaanmu? " Rupanya Bu Yuli datang dengan membawa beberapa lembaran kertas, entah apa itu.
Daisy hanya mengangguk tanpa ekspresi.
"Daisy, Ibumu sudah di makamkan semalam, karena tidak ada yang mau membantu mengurus jenazah ibumu, maka dari pihak rumah sakit yang mengurus hingga ke pemakaman, kau harus sabar Daisy, setelah kau membaik, kami akan mengantarmu ke tempat sepupu ibumu, semoga kau mendapatkan kehidupan yang lebih baik di sana, jika kau tetap di sini itu akan buruk untukmu." ujar Bu Yuli.
Daisy mengerti arti kematian, itu artinya tidak akan bertemu selamanya, hatinya sangat nyeri dan lagi Daisy harus pergi setelah Daisy sembuh.
Namun air matanya tidak bisa keluar sama sekali.
Daisy tidak bisa memutuskan hidupnya sendiri, Daisy pun menurut saja, setelah Daisy sembuh, Daisy pun segera mengemas barang-barang berharganya dan beberapa barang peninggalan ibunya, setelah itu Daisy mengikuti Bu Yuli, Daisy di bawa ke stasiun, Daisy kira Daisy akan di antar sampai tempat sepupu ibunya, rupanya Daisy hanya di antar ke stasiun membeli tiket dan Daisy harus berangkat sendiri dan dititipkan pada petugas stasiun.
"Bawa ini, dan tanyakan pada petugas di sana jika kau sudah sampai di stasiun Mahama, minta antar ke kantor polisi untuk mencari alamat itu Daisy. " ujar Bu Yuli.
Karena Daisy sudah terbiasa sendiri, mau tidak mau Daisy harus berangkat dengan hanya ditemani petugas sampai keretanya tiba, Daisy pun segera naik, saat keretanya tiba. Daisy dititipkan lagi pada petugas yang ada di kereta, Daisy dicarikan tempat duduk sesuai dengan tiket yang ada ditangannya.
"Apa orang tuamu tidak takut kau diculik, membiarkanmu pergi sendirian? " tanya petugas itu pada Daisy.
"Ibu sudah meninggal, aku sendiri." jawab Daisy.
Petugas itu mengusap kepala Daisy dengan lembut dan tampak jelas dia sangat mengasihani gadis mungil itu.
"Lalu kemana kau akan pergi?" tanya petugas itu.
"Alamat ini, dia sepupu Ibuku." Jawab Daisy sambil menunjukan secarik kertas pada petugas itu.
"Baiklah, istirahatlah ... aku akan menemui mu saat sudah sampai di pemberhentian terakhir. " Ujar petugas itu berlalu pergi, sambil melanjutkan tugasnya, mengecek tiket para penumpang.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 77 Episodes
Comments
Anita Jenius
Salam kenal kak
2024-04-17
0
Roma Pasaribu
Sesak nafas saya bacanya, sakit tapi tak berdarah😭
2024-02-12
0