Syahira Nazira gadis berusia 21 tahun dijodohkan dengan anak pemilik pondok tempat dia menuntut ilmu agama tanpa sepengetahuan darinya.
Namun, dia tetap menjalankan perjodohan tersebut karena tidak mau durhaka dengan orang tuanya. Syahira yang berniat menikah dengan orang yang dia cintai harus menguburkan harapan itu dan mencoba menerima apa yang orang tuanya pilihkan untuknya.
Zaidan pria berusia 28 tahun, juga ikut berkorban untuk bisa melihat orang tuanya bahagia. Zaidan yang baru kembali dari Mesir harus mengorbankan perasaannya sendiri dan menerima permintaan kedua orangtuanya.
Menikah tanpa ada rasa cinta sama sekali bahkan tidak saling kenal satu sama lain. Bagaimana sikap keduanya setelah menikah?.
Ikuti terus!!!
Dukung terus karya remahan author.
berupa! Like, komen, vote, gift, and start. sebagai motivasi dan juga dukungan dari kalian semua.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Umul khaira, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 21
Di sisi lain, Zaidan semakin gelisah karena Syahira tidak menemui dirinya. Zaidan sedang berada di rumah bersama ummi dan abahnya. Hari ini Zaidan tidak ada kegiatan di pondok makanya dia berada di rumah saja, nanti setelah shalat dhuhur baru ia kembali ke pondok karena jadwalnya mengajar di pondok.
Dari setelah pulang dari shalat subuh wajah Zaidan sama sekali tidak bersahabat, ia terlihat murung dan tidak banyak bicara seperti biasanya. Ummi Aminah juga merasa ada yang aneh dengan sang anak sejak pulang shalat subuh, awalnya ummi Aminah tidak mempermasalahkan tapi semakin ke sini sikap Zaidan semakin terlihat kalau ia sedang dalam masalah dan berinisiatif bertanya terlebih dahulu.
" Zaidan kamu kenapa diam saja sejak tadi? Ummi perhatikan kamu seperti ada masalah?" Tanya ummi Aminah..
" Ummi apa selama ini ustadz Zaki dekat dengan istri Zaidan?" Tanya Zaidan.
Kiyai Ahmad yang sedang memperhatikan sebuah kitab yang ada di tangannya mengalihkan pandangannya kepada Zaidan dan mengerutkan keningnya dan kemudian tersenyum. Begitu juga dengan ummi Aminah yang tersenyum, merasa lucu dengan pertanyaan Zaidan. Tentu saja keduanya dekat karena setiap ada lomba di pondok pasti Zaki yang membantu Syahira.
Banyak ustazah yang bisa sebenarnya, tapi tidak sebaik Zaki yang sudah sangat sering mengikuti lomba-lomba yang di selenggarakan lagi pula Zaki bukan hanya mengurusi Syahira saja banyak yang lain juga.
" Kenapa pertanyaan kamu seperti itu, apa jangan-jangan anak abah sedang merasa cemburu" tebak kiyai Ahmad.
" Apa salah kalau seorang suami tidak suka saat melihat istrinya bersama pria lain" balas Zaidan membela diri.
" Tidak salah, tapi sepertinya selama ini yang abah lihat memang ustadz Zaki menaruh hati sama istri kamu" balas kiyai Ahmad menggoda Zaidan.
" Abah!" Tegur ummi Aminah karena sang suami yang bicara tanpa saringan meskipun ia tau kalau sang suami hanya ingin mengerjai Zaidan saja.
" Tapi abah berkata jujur ummi, ustadz Zaki sepertinya memang ingin men ta'aruf-kan Syahira, beliau udah beberapa kali bertanya sama abah makanya kemaren abah ingin cepat mengumumkan pernikahan mereka tapi di cegah Zaidan" balas kiyai Ahmad jujur karena itu memang kenyataannya.
" Zaidan permisi ke pondok dulu ummi abah, Assalamualaikum" ucap Zaidan tiba-tiba ingin beranjak dari duduknya.
"Waalaikumsalam," balas keduanya.
Zaidan keluar dari rumah buru-buru ingin menemui Syahira dia sudah tidak peduli lagi mau semua tau tentang mereka karena hal itu yang ia inginkan sebenanya. Zaidan melewati banyak santri yang menyapa dirinya ramah, begitu juga Zaidan yang membalasnya. Mau seberat apapun masalah yang ia punya dia tidak akan menunjukkan di luar rumah apalagi pada santri atau murid-murid yang ada di pondok.
Zaidan sudah mencari Syahira di tempat-tempat yang mungkin Syahira ada tapi ia tidak menemukannya yang ada dia hanya bertemu dengan Zaki yang tengah duduk bersama ustadz-ustadz yang lain di dekat taman pondok. Zaidan juga ikut bergabung dengan mereka semua agar mereka lebih dekat satu sama lain, Zaidan yang baru bergabung dengan mereka harus punya inisiatif sendiri agar para ustadz yang ada tidak merasa canggung dengannya.
Dibalik itu semua, Zaidan sebetulnya ingin berbicara hal serius dengan Zaki sebagai seorang laki-laki. Tapi, situasi yang tidak mendukung Zaidan mengurungkan niatnya dan akan bicara setelah para ustadz itu pergi atau kapan-kapan.
"Assalamualaikum" ucap Zaidan dan dijawab oleh mereka serentak.
Tidak lama mereka mengobrol dan membicarakan banyak hal, satu per satu mereka pergi dan sisanya tinggal Zaki dan Zaidan saja, seperti yang Zaidan harapkan sebelumnya.
" Ustadz, sebelumnya saya mohon maaf tadi pagi ustadz bersama santriwati, siapa namanya...?" Tanya Zaidan berpura-pura tidak tau ia ingin melihat langsung reaksi Zaki apa seperti yang dikatakan abahnya agar ia lebih tenang.
" Namanya Syahira, santri yang sedang dalam pengawasan karena akan mengikuti lomba sebentar lagi, tapi kenapa gus ingin tau?" Tanya Zaki balik.
" Apa boleh saya saja yang mengajarinya?" Tanya Zaidan mencoba negosiasi dengan Zaki.
" Tapi kenapa? Dari dulu saya yang mengajarinya apa gus meragukan kemampuan saya?" Tanya Zaki.
" Tidak bukan itu, saya masih baru di sini jadi saya belum punya banyak kegiatan mungkin bisa mengajarinya." jelas Zaidan agar Zaki tidak curiga.
" Apa gus menyukai Syahira, kalau memang seperti itu saya tidak akan membiarkan hal itu. Saya tau kalau gus anak dari kiyai pemilik pesantren ini tapi jujur saya juga menaruh hati pada Syahira tinggal menunggu dia mengikuti lomba ini saya akan melamarnya" ucap Zaki.
Zaidan mengepalkan tangannya erat, Zaki terang-terangan bilang menyukai istrinya di depan matanya langsung. Benar kata abahnya kalau Zaki menaruh hati pada istrinya dan Zaidan tidak akan membiarkan hal itu terjadi.
" Baiklah saya akan memberitahukan kepada ustadz Zaki yang sejujurnya, kalau sebenarnya saya dan Syahira sudah menikah satu minggu yang lalu, maka dari itu saya tidak akan membiarkan hal yang ustadz sebut tadi terjadi" ujar Zaidan.
Namun, reaksi Zaki membuat ia bingung, Zaki malah tertawa mendengar hal itu bukan terkejut.
" Gus jangan bercanda bagaimana bisa sementara gus juga pulang seminggu yang lalu, tapi mengatakan kalau kalian sudah menikah, lagi pula Syahira masih tinggal di asrama" balas Zaki tertawa tidak percaya.
" Saya tidak peduli ustadz percaya atau tidak tapi saya sudah jujur dengan ustadz Zaki, setelah ini saya harap ustadz bisa melupakan istri saya dan menjauhinya. Dan kalau ustadz masih tidak percaya bisa langsung tanyakan sama Syahira langsung atau sama kiyai" jelas Zaidan.
" Assalamualaikum" sambung Zaidan meninggalkan Zaki yang masih terkejut di tempatnya duduk.
" Apa itu semua benar, tapi Syahira tidak menceritakan apapun tadi pagi dia juga...tunggu tadi pagi Syahira...apa karena hal ini dia tiba-tiba berubah tadi pagi setelah Zaidan melewati kami" gumam Zaki mengingat bagaimana sikap berbeda dari Syahira setelah Zaidan melewati keduanya sikap Syahira langsung berubah dan juga gelisah.
" Aku akan bertanya langsung pada Syahira nanti" sambung Zaki ikut meninggalkan tempat itu.