NovelToon NovelToon
BUKAN MENANTU BIASA

BUKAN MENANTU BIASA

Status: tamat
Genre:Tamat / CEO / Menantu Pria/matrilokal / Mengubah Takdir / Identitas Tersembunyi
Popularitas:510.1k
Nilai: 4.8
Nama Author: Mommy Qiev

JUARA 3 EVENT LOMBA MENGUBAH TAKDIR S3.

Maghala terjebak dalam situasi tak menguntungkan akibat peristiwa yang dipicu olehnya. Dia terpaksa menyelamatkan banyak hal meski hatinya enggan.

Status sosial yang tinggi membuat sang mertua malu mempunyai menantu pedagang angkringan pinggir jalan sehingga memaksa Maghala berhenti berjualan. Fokus mengabdikan diri pada keluarga Cyra.

"Menantu benalu, pengangguran!" Kalimat cibiran keluarga Cyra, menjadi penghias keseharian Maghala.

Suatu siang, kala Maghala hendak membeli obat bagi sang istri, langkahnya dijegal seseorang, Hilmi sang tangan kanan Magenta grup, membawa misi dari Janu untuk meminta Ghala menjadi pewaris utama.

Banyak misi di emban Maghala, termasuk membantu Asha agar bangkit. Semua dikerjakan secara rahasia hingga membawa sang menantu babu, berada di pucuk pimpinan Magenta grup.

Siapakah sosok sang menantu? Bagaimana nasib rumah tangga mereka? Akankah Maghala membalas perlakuan terhina?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mommy Qiev, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 21. KODE DARI GHALA

Ashadiya terus menggedor pintu agar Alka membukanya. Namun, apa daya tenaga tak lagi mampu menarik tuas yang rusak. Asha pun memilih menahan handle dengan sandaran kursi kayu dan menurunkan engsel bawah panel agar Alka tak dapat membuka paksa kembali.

Wanita dengan cedera kaki lumayan parah itu seakan menyesal tak dapat membantu Maghala dengan mencegah Alka. Tangisnya belum surut, kini dia melihat kedua kakinya yang masih kaku untuk di gerakkan.

"Ayolah, Asha. Kamu bisa gerakkan lagi jempolnya. Kata Ghala, kalau ibu jari bisa bergerak intens maka syaraf lain akan merespon hal yang sama," gumam Asha, seraya menyeka air mata dari wajah.

Putri bungsu Cyra lalu menekan panel di lengan kursi rodanya guna kembali ke ranjang. Susah payah dia berusaha mandiri menaiki tempat tidur meski menahan ngilu dan sakit yang langsung menjalar di sekitar pangkal paha hingga telapak kaki.

Pandangan wanita ayu kini melihat ke sekeliling, semua barang milik Ghala, property jualan berserakan di lantai. Jika lelaki itu ada di sini tentu dia akan langsung membereskan segala kekacauan.

Dia tak suka ruangan berantakan dan Maghala tahu hal tersebut. Di awal kebersamaan mereka, Asha tidak banyak merasakan perubahan meski di ruangan ini hadir sosok Ghala. Lelaki itu bahkan lebih rapi darinya, membuat Asha perlahan nyaman meski dia tetap menjadi orang asing.

"Kamu baru saja pergi, dan aku merasa bagai semangkuk bakso tanpa isi, hanya kuah," racau Asha, kesal dan terengah saat berhasil mencapai ranjang.

Karena lelah setelah banyak menangis, Ashadiya perlahan memejam dengan sendirinya.

Sementara di luar ruangan.

Maghala di gelandang ke teras rumah. Ponsel pria itu pun di rampas Alka sesuai dugaan. Adhisty hanya diam, mengamati gestur sang menantu dan berpikir apakah Asha telah jatuh cinta padanya.

"Tahan!" ucap Adhisty kala security akan menarik Ghala ke pos satpam di depan gerbang.

"Ma, nanti keburu kabur duluan," hardik Alka tak setuju ibunya menahan langkah.

Adhisty mendengus ke arah putra sulung. Dia lalu melangkah ke hadapan dan menarik rambut menantunya hingga wajah Ghala menengadah.

Netra senja, bagian dari wajah penuh gurat halus jika di lihat dari dekat itu mendekat ke wajah Maghala. Sang menantu pun menggelengkan kepala berharap upaya tersebut dapat melonggarkan cekalan Adhisty, meski pedih menjalar hingga ke akar rambut.

"Apa yang Asha suka darimu? wajah biasa saja, tidak wangi pula, kelebihan kamu hanya pada mata dan nasib saja. Penjilat, jangan-jangan kau sengaja menabrakkan gerobak to-lol itu saat putriku melintas. Kau sudah mengincarnya!" tuduh Adhisty seraya mencemooh Ghala.

Maghala hanya diam, menatap tajam mata mertua yang bahkan tak memedulikan kondisi putrinya.

"Asha lebih bisa melihatku daripada Mama," lirih Maghala, masih menatap Adhisty yang hanya berjarak beberapa senti dari wajahnya.

Pletak! Alka menepuk kepala Maghala dengan tulang punggung telunjuk dan jari tengahnya.

"Banyak omong amat. Udah macam speaker tukang tahu bulat, lo!" cibir Alka, sembari masih berusaha hendak membuka ponsel Ghala.

"Jangan pernah kau sentuh semua milikku. Baiknya Anda bersiap, Tuan muda Alka," ucap Ghala mengalihkan pengamatan Adhisty.

Maghala khawatir, Adhisty mengenali wajahnya sebab keluarga Janu pernah di sorot publik atas sebuah prestasi yang di capai Mahananta, sang ayah. Magenta grup masuk dalam jajaran pengusaha lokal yang omsetnya menembus trilyunan rupiah beberapa waktu silam.

"Dimana aku pernah melihat wajahmu ini? terasa akrab sekaligus misterius," sambung Adhisty, melepaskan cekalan pada rambut menantunya.

"Ya wajar kalau Mama pernah lihat dia. Kan tukang dagang pinggir jalan, kali ngerangkap kang parkir juga, sih!" gelak Alka seraya mendorong dua satpam agar bergegas meninggalkan teras dengan membawa Ghala.

Suara tawa tuan muda Cyra dan Adhisty bergema memecah udara sunyi malam ini. Maghala harap cemas dalam hati, Hilmi, dapat mengerti kode yang dia kirimkan barusan.

Di tempat lainnya.

Hilmi tengah menanti kedatangan tuan muda Magenta di titik temu mereka seperti beberapa waktu lalu. Namun, alangkah terkejut dirinya kala benda pipih yang tengah di genggam, berbunyi.

Keduanya sepakat jika Maghala menghubungi dengan beberapa kali dering pendek, dia sedang terancam bahaya. Hilmi menduga bahwa Alka mengusik tuan muda Magenta kembali.

Dia meminta dua anak buahnya untuk menghubungi maid mata-mata di sana. Dan beberapa menit setelah itu, Hilmi menyimpulkan bahwa Maghala mengirimkan isyarat agar mengirimkan peringatan awal untuk Alka.

"Kawal tuan muda ke kantor polisi. Gunakan upaya samaran agar beliau bebas. Jangan mengundang perhatian, ingat itu. Bubar!" titah Hilmi meminta seorang anak buahnya mendampingi Maghala.

"Misi ke Semarang, di tunda," ucap Hilmi lagi pada salah seorang pemuda berjas hitam di sebelahnya.

"Baik. Bubarkan, Bos!" jawab anak buah Hilmi, berlari menuju helipad agar pilot mematikan mesin helikopter yang mereka sewa.

Sang asisten menghela nafas. Dia lalu mencari tempat nyaman untuk membuka laptop dan mengirimkan salam perkenalan pada Alka.

"Jangan mengusik Maghala Sakha. Kau tidak akan tahu kemampuan seseorang yang pandai menutup diri sepertinya," gumam Hilmi menekan tuts enter pada keyboard laptop di pangkuan.

Wajah sang asisten Janu menyeringai lebar, mata lelaki itu ikut menyipit seiring senyuman misterius yang tercetak di gurat tampannya.

Jemari kanan Hilmi mengusap janggut tipis layaknya seorang mafia yang menunggu mangsa kelojotan sebab sebagian tubuhnya di kuliti.

"Semoga pemanasannya bisa membuat kamu orgas-me kepanikan ya, Alka. Klim-aks terserang darah tinggi atau stroke sekaligus. Kalau langsung metong, tentu kamu bahagia sebab mam-pus dalam kemudahan," kekeh Hilmi. Dia lalu menyambung headset ke ponsel untuk melakukan muti call dengan para informan guna mengetahui kabar sang tuan muda.

Di kediaman Cyra.

Alka masuk ke hunian dengan Adhisty, keduanya lalu memilih mengerjakan kepentingan masing-masing di dalam ruangan pribadi.

Sang tuan muda Cyra merebahkan diri di atas ranjang king size miliknya, membuka laptop sekedar ingin menghibur diri dengan bermain game atau bahkan menjalin chat mesra dengan wanita yang open B.O.

Netra sipit bagai milik Asha itu memicing, manakala sebuah ikon notifikasi masuk ke email-nya. Alka di buat penasaran dengan subjek yang sekilas nampak saat pop up itu muncul.

Wajah Alka, diliputi ketegangan kala dia mengklik tombol dan informasi itu terbuka di laman surel miliknya.

"Apa ini?" gumam Alka mulai panas, melihat banyak mutasi debet ke beberapa rekening para wanita binal, dan manager keuangan.

"S-hii-ttt!!! umpatnya kesal. Dia menyugar rambut beberapa kali, bangkit dari duduknya lalu berjalan mondar-mandir di depan ranjang.

Dia heran, rekening itu bukan atas namanya, bagaimana seseorang dapat mengetahui bahwa dia menggelontorkan sejumlah dana ke akun tersebut.

Sebuah notif meremehkan tersemat di bagian bawah file pdf yang baru saja dia buka.

["Tuan muda Alka. Lain kali, jangan ceroboh dalam memanjakan para selir. Fokus gunakan satu kartu saja dan tidak di sangkut pautkan dengan yang lainnya."]

Alka menggali ingatan tentang clue tersebut, wajah blasteran Indo Asia itu kian merah padam kala menyadari kelalaiannya. Dia pernah mentransfer sejumlah uang ke akun itu saat salah satu wanitanya kekurangan dana guna membayar barang belanjaan.

"Bo-doh, Alka!" racaunya kian menjadi, dia mengepalkan tangan dan meninjunya ke udara hingga jubah tidur berkain sutra itu, robek akibat kuatnya gerakan.

"S-iaaalll, apakah ini maksud Ghala tadi?" umpat Alka, meninju tempat tidur dengan nafas memburu sebab bumbungan amarah.

.

.

...___________________...

Maaf ya, baru up sebab sedang nganter duo bocah balik pondok.

1
Omang
Luar biasa
Omang
Lumayan
Sativa Kyu
👍👍👍
Gesuriwati Damiri
Biasa
Gesuriwati Damiri
Kecewa
Rizal Axz
Luar biasa
Budi Hermawan
ada kata2 Sukron..
magala itu aslinya orang arab ya...
Nusa thotz
luar biasa...riset u nulisnya jempolan bener..good job/Good//Good//Good//Good//Good/
Ⓝⓨⓐⓘ Ⓖⓐⓑⓤⓣ: Allahumma baarik, Syukron akak sudah mampir 🥰
total 1 replies
Omah Tien
foto ok nama jelek
Farid igo
good
OPPAI CHANEL
seharus nya kepala desa, lurah itu udah kota
OPPAI CHANEL: lurah itu pegawai negri sipil (PNS)
total 1 replies
Titee Hidayah
Luar biasa
Dhewi Nurlela
hahahaha mrekangkang mrekungkung bahasa apalagi om Hilmi sakit perut ku ketawa
Dhewi Nurlela
ghala koq panggilnya Hilmi aja padahal kan tua an Hilmi wlu cm asisten panggil paman kek
Dhewi Nurlela
bawa aja sha keluar dr rumah itu ghala
Dhewi Nurlela
bagus ghala lawan aja alka sdh keterlaluan
Dhewi Nurlela
apa asha diperkosa Sade hingga hamil 🤔🤔
Susanti Sie
Luar biasa
Morodadi Lina
bagus
Arman Maulana
novel indosiaaar....
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!