Sudah tiga bulan Kinara merasakan perubahan pada sang suami. Suaminya seperti tak berhasrat ketika bersama-nya. Merasakan perubahan sang suami yang sangat signifikan, diam-diam Kinara pun mencari tahu apa yang menyebabkan suami-nya berubah. Dan ternyata...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Na_Les, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
DLHS 21
Sementara di tempat lain, baru setengah perjalanan Nara, Nara memberhentikan mobil-nya untuk melacak keberadaan suami-nya. Cukup lama Nara menunggu pergerakan suami-nya dan saat melihat mobil suami-nya bergerak ke arah menuju kantor-nya, Nara pun sedikit lega, setidaknya suami-nya langsung balik ke kantor dan tidak singgah kemana-mana. Setelah itu barulah Nara melanjutkan lagi perjalanannya menuju kantornya.
💋💋💋
Kantor Nara.
Kini Nara sudah berada di kantornya, ia pun langsung naik ke lantai dua dimana ruang kerja-nya berada.
Sesampainya di meja kerja-nya, Nara kembali teringat tentang sosok asisten Rangga yang bernama Riri. Mengingat penampilan Riri, tiba-tiba hati Nara panas lagi dan ia membayangkan asisten Rangga itu sedang menggoda Rangga dengan pakaiannya itu.
"Apa itu yah yang menyebabkan Mas Rangga jadi gak selera sama aku?" gumam Nara.
"Tapi kayaknya asistennya Mas Rangga itu lagi hamil deh, soal-nya tadi aku lihat perutnya agak buncit. Kalau dia lagi hamil, berarti dia punya suami. Jadi gak mungkin lah yah, dia berani godain Mas Rangga dan aku rasa Mas Rangga juga gak akan mungkin selera lah sama perempuan yang lagi hamil apalagi istri orang." gumam Nara lagi menangkis pemikirannya yang pertama.
Tak... Tak... Tak...
Tiba-tiba saja Nara mendengar suara langkah sepatu pantofel wanita berjalan mendekati meja kerja-nya.
"Mbak Nara..." sapa Indah, salah satu karyawan di bagian marketing.
"Iya, kenapa Ndah?" tanya Nara.
"Maaf yah nih Mbak sebelumnya kalau ucapan saya ini bakal membuat Mbak Nara tersinggung." jawab Indah.
"Memangnya kamu mau ngomong apa? Jadi penasaran aku." balas Nara.
"Gini Mbak, Mbak Nara masih program hamil?" tanya Indah berhati-hati takut Nara tersinggung.
"Iya. Kenapa?" tanya Nara.
"Mbak Nara udah pernah periksa kesuburan Mbak sama suami Mbak?" tanya Indah.
"Udah, kami udah periksa di dua rumah sakit berbeda dan hasil-nya sama kami berdua sehat dan subur." jawab Nara.
"Ya mungkin karena kami sama-sama kerja dan kecapean aja makanya belum jadi-jadi." lanjut Nara.
"Owww..." Indah membulatkan mulutnya sambil mengangguk-anggukkan kepala-nya.
"Mbak Nara mau gak ikut program hamil di salah satu rumah sakit di Singapura? Banyak loh Mbak yang berhasil. Sepupu aku udah sepuluh tahun usaha sana-sini untuk punya anak, eh... begitu pergi ke rumah sakit itu cuma program gak sampe enam bulan langsung isi, Mbak." ucap Indah.
"Serius kamu, Ndah?" tanya Nara, ia terlihat sangat bersemangat mendengar testimoni Indah.
"Serius Mbak. Terus ada juga saudara temen-nya sepupu aku itu udah lima tahun kosong, terus sama sepupu aku disuruh kesana, gak sampe tiga bulan langsung isi, Mbak." jawab Indah lagi.
"Rumah sakit apa, Ndah? Kayaknya aku berminat deh progam hamil kesana." balas Nara.
"Nanti aku kirim nama alamat rumah sakitnya. Tapi sebelum program hamil, Mbak sama suami Mbak harus melakukan pemeriksaan dulu. Jadi biar mereka tau cara yang tepat ngasih program hamil untuk Mbak Nara dan suami." ucap Indah.
"Iya Ndah, apapun itu kalau memang ada harapan aku bisa segera hamil, pasti akan aku lakukan." balas Nara.
"Oke, aku tanya dulu yah Mbak sama sepupu aku itu, biar nanti dia kirim link untuk Mbak isi pendaftaran secara online. Soal-nya rumah sakit ini udah banyak yang tau sekarang, jadinya banyak pejuang garis dua yang daftar kesana."
"Masa sih? Kok kamu baru bilang sama aku?"
"Sebenarnya saya udah mau bilang dari lama, tapi takut Mbak Nara tersinggung."
Nara hanya tersenyum tipis menanggapi kata-kata Indah.
"Sebentar yah Mbak saya tanya sepupu saya dulu." pamit Indah dan dibalas dengan anggukkan kepala oleh Nara.
Indah pun meninggalkan meja kerja Nara.
Begitu Indah pergi, Nara jadi senyam-senyum sendiri. Ia seperti menemukan sumber mata air di tengah gurun pasir setelah mendengar testimoni yang Indah katakan. Seketika ia lupa dengan Riri, dengan masalah transferan dan dengan perubahan sang suami yang sudah tidak bergairah lagi dengannya.
Yang ada dipikiran Nara sekarang adalah ia ingin cepat-cepat mendaftar ke rumah sakit itu.
💋💋💋
Bersambung...
cepet sehat nara... biar ada tenaga buat benyek2in suami kamu...