Bagaimana jadinya jika pernikahan yang telah dibina selama 10 tahun tak menghadirkan buah hati? Bagi sebagian orang itu sangat hampa. Tapi Bagi sebagian orang itu bukan masalah.
Seperti yang dialami pasangan suami istri, Agam dan Nisha. Mereka berdua seorang Dokter. Nisha terpaksa kehilangan rahimnya akibat kecelakaan 5 Tahun silam. Sampai sekarang Agam menerima itu. Cinta Agam pada Nisha tetaplah utuh. Namun Nisha malah mengambil keputusan, untuk mencari wanita yang mau melahirkan anak mereka lewat proses bayi tabung.
Bertemulah ia dengan Yasmine, seorang gadis muda berusia 25 tahun. Ia bersedia dengan tawaran Nisha. Namun saat harus mengandung anaknya Agam, ia malah memiliki perasaan pada adik kandung Agam yang mengalami redartasi mental,Lukka.
Mampukah Agam menepati janji setianya? Dan apakah Yasmine bisa menjaga perasaan Nisha?
Yuk, baca kisah mereka. Jangan lupa dukungan, kritik dan sarannya ya..😘😘❤️
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon wulan_zai, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 21 : Keyakinan
"Apa yang kau lakukan..?!" Ketus Agam mencengkram erat tangan anak itu. Wajahnya tampak menyala, tatapan tajam dan raut wajahnya berhasil membuat anak-anak itu minder ketakutan.
"Pak Agam...?" Lirih Yasmine lupa diri, ia bahkan menatap punggung pria yang tengah menghalangi wajahnya.
Agam melempar lengan anak berandal4n itu. Lalu menoleh tajam ke arah Yasmine. Seketika Yasmine mengalihkan tatapannya.
"Kau bisa melihatku?" Tukas Agam menatap curiga.
Yasmine tergugu, ia mengecap bibirnya kemudian mendalami lagi peran orang buta.
"Suaramu seperti Pak Agam, anda bukan Pak Agam?" Ucap Yasmine terbata-bata.
"Apa yang kalian lakukan pada wanita ini?" Tanya Agam pada anak-anak itu, seraya melolongkan tatapan mengintimidasi. Ia sangat kesal karena anak itu hampir memukuli wanita buta.
"Wanita ini memeras kami, Pak. Dia meminta uang 200 juta pada kami. Bukankah itu gila?" Anak itu melirik teman-temannya untuk membenarkan ucapan barusan. Semua anak-anak itu pun mengangguk.
Mereka tidak tau saja, bahwa pria bermata tajam itu adalah kakak kandung Lukka.
"Apa..?!" Agam langsung menoleh lagi pada Yasmine. Ia tak mengerti kenapa Yasmine memiliki berbagai perangai buruk yang tak bisa di deskripsikan. Mencuri, mengunjungi klub malam, bahkan sekarang memeras anak sekolah dengan jumlah yang tak masuk akal?
Sementara Agam menghardik Yasmine dengan tatapannya. Anak-anak SMA itu melarikan diri.
"Hei..! Apa kau seorang gangster? Mafia? Kenapa banyak sekali kejahatan yang kau lakukan?" Kesal Agam sambil berkacak pinggang. Bagaimana mungkin dia punya anak dari wanita gangster itu. Ia akan memberitahu Nisha soal ini.
Yasmine bingung harus menjawab apa. Mana mungkin ia menunjukkan bukti, bahwa anak-anak itulah yang bersalah. Agam pasti akan curiga, kenapa Yasmine bisa mengetahui itu.
Untuk saat ini, Yasmine memutuskan rela dirinya di pandang kotor oleh Agam. Berikutnya anak-anak itu takkan ia lepaskan.
"Anak-anak itu lebih dulu mengangguku. Jadi aku menakut-nakuti mereka, dengan mengatakan akan menuntut mereka atau meminta kompensasi atas perlakuan mereka. Aku mengatakan sedikit tentang hukum tadi, aku hanya menakuti mereka." Terang Yasmine dengan jantung yang berpacu hebat. Entah Agam akan percaya atau tidak.
Agam menatap tipis gadis itu dengan sorot jengah. Rasanya sulit sekali ia mempercayai perkataan itu.
"Lalu untuk apa kau kesini? Apa kontrakan mu di dekat sini?" Cecar Agam.
"Entahlah, aku hanya berjalan-jalan saja tadi. Memangnya ini dimana?" Yasmine malah bertanya balik. Terlihat pula ia menggaruk kecil daun telinganya.
Agam melonggarkan dasinya, entah untuk alasan apa ia kecewa. Karena tak bisa membuktikan sifat licik Yasmine.
"Ini wilayah sekolahan Lukka."
"wah..? Benarkah? Lalu anda kesini untuk apa?"
"Bukan urusanmu." Ketus Agam melangkah, menuju mobilnya. Sebenarnya ia ke sekolah untuk memberitahu guru Lukka, bahwa Lukka tidak bisa masuk sekolah untuk beberapa waktu. Sekaligus ia mencaritahu, apakah adik kesayangannya itu dibully, atau dikucilkan, sehingga tidak mau datang ke sekolah.
"Kau tidak pulang?" Tanya Agam sesaat sebelum memasuki mobil.
"Bukan urusanmu.." gumam Yasmine pelan, ia masih mematung ditempatnya.
"Masuklah..! Aku akan mengantarmu pulang." Titah Agam.
Dengan langkah malas, Yasmine pun menuruti perintah Agam. Gara-gara Agam anak-anak itu lolos dari tangannya. Ia jadi harus menunggu lain hari. Kuat hati ingin menceritakan ini pada Nisha, namun Lukka sendiri memilih menutup diri dari keluarganya. Mungkin Lukka malu, kalau sampai insiden itu sampai pada kedua keluarganya.
...~~...
Sepulang tugas, tampak Nisha dan Agam menikmati makan malam di sebuah restaurant. Besok adalah hari, dimana Agam dan Yasmine akan melakukan proses inseminasi. Untuk yang terakhir kalinya, Agam ingin memastikan apakah perasaan Nisha baik-baik saja.
"Sayang, kamu baik-baik saja kan?" Tanya Agam menatap lembut sang istri.
Sontak Nisha mengerut dahi, pasalnya mereka tengah membahas pekerjaan tadi. Kenapa tiba-tiba raut wajah Agam berubah sayu.
"Aku..? Memangnya aku kenapa, Mas?" Lirih Nisha memulas senyum tipis.
Agam menghela nafas berat, kemudian menyeka bibirnya dengan tissu. "Besok harinya..." pria itu tampak mengambil jeda, seolah tak enak membicarakan ini pada sang istri.
"aa...tentang Yasmine? Mas ragu lagi?" Imbuh Nisha, mengerti dengan arah pembicaraan suaminya itu.
"Tidak bisakah kita membatalkan ini?" Dari awal Agam sangat tak menginginkan hal ini. Ditambah dengan sikap dan latar belakang Yasmine, yang membuatnya ragu dan enggan.
Nisha mengusap pelan punggung tangan Agam. Senyum lembut darinya seolah menyuruh Agam untuk menghempas rasa ragu.
Berapakali pun Agam meminta membatalkan rencana ini, Nisha tetap pada pendiriannya. Nurani seorang istri mendorong kuat Nisha untuk tetap melanjutkan ini.
...~...
Hari yang paling dinanti pun tiba. Setelah beberapa kali konsultasi, Dokter mengatakan hari ini waktu yang tepat untuk mengirim benih Agam kepada rahim Yasmine.
Tampak Yasmine sudah terbaring di atas ranjang Rumah Sakit. Sementara Agam dan Nisha sedang menunggu analisis sperm4.
Dari balik dinding kaca, Agam dan Nisha bisa melihat Dokter yang tengah memeriksa keadaan Yasmine. Tak lama datang seorang perawat, yang membawakan wadah kecil tempat bibit Agam yang sudah siap.
Yasmine hanya menitikkan air mata, kala selaput dara yang selama ini ia jaga di terobos oleh sebuah alat medis. Rasanya ngilu bukan main, terlebih saat Dokter memasukkan selang kateter ke sana. Seluruh ototnya terasa di cabik, terutama di bagian kedua paha.
Tak butuh waktu lama, Dokter telah berhasil mengirimkan bibit terbaik Agam kedalam rahim Yasmine. Gadis yang baru saja kehilangan hymen nya itu tampak merintih, kala alat medis di cabut dari organ inti nya.
"Anda harus berbaring sebentar disini, setidaknya 15 sampai 30 menit. Agar sprem4 bisa bergerak secara maksimal menuju sel telur." Ucap sang Dokter, kemudian beranjak dari sana.
"Baik..." Sahut Yasmine pelan. Ia masih di jalari bayangan rasa sakit, yang membuat seluruh tubuhnya lemas. Hal yang seharusnya ia lepaskan dengan seseorang yang dicintai, ia takkan bisa merasakan itu.
Gadis itu tampak mengepalkan kedua tangannya. Menguatkan diri, untuk kembali mengingatkan bahwa ini keputusannya sendiri.
Agam dan Nisha masuk mengikuti perintah sang Dokter. Mereka dudu di kursi, sementara Dokter menjelaskan berbagai hal yang harus di lakukan saat inseminasi ini berhasil.
"Minggu depan kita akan melakukan pemeriksaan, untuk melihat apakah proses ini berhasil."
"Apakah Yasmine baik-baik saja, Dokter? Dia tidak perlu rawat inap?" Tanya Nisha khawatir, sebab wajah Yasmine tampak pucat.
Ekor mata Agam pun memandang gadis yang tengah terbaring itu. Tampak pula beberapa perawat yang tengah membersihkan bercak darah, pada peralatan medis. Batin Agam tak menentu melihat itu. Apakah ini termasuk tindakan egois? Merenggut kegadisan seseorang, demi pernikahannya.
"Dia baik-baik saja, hanya perlu istirahat sebentar. Mungkin ia ketakutan, sebab rasa sakit yang di timbulkan oleh robeknya hymen." Jawab Dokter bertubuh gemuk itu.
Nisha lega mendengarnya. Namun batinnya merasakan hal yang sama, seperti yang dirasakan Agam. Entah perasaan macam apa yang tengah merayapi mereka bertiga. Rasa gamang, rasa senang, serta harapan tinggi berkelut jadi satu. Menciptakan rasa yang tak dapat diungkapkan.
...************...
cerai aja
no teras po hlman blkang smbil dlok sawah maak... mo pilih yg mna... hyuu... kumpulin sklian reiders yg lain biar rame... 😁😁😁
biar emak semngat... 💃💃💃😘😘😘