Bella mencintai Adrian dengan tulus, sosok pria nyaris sempurna yang Bella yakini juga mencintainya, tapi kenyataan tak seindah yang Bella bayangkan, cintanya bertepuk sebelah tangan dan parahnya sang pria mencintai orang terdekat Bella, merasa terkhianati Bella protes pada orang terdekatnya, namun kenapa sang Ibu yang berharti malaikat malah membelanya dan justru meminta Bella untuk menikahi Kakak Adrian? Akan kah pernikahan itu terjadi? Dan bagaimana nasib perasaan Bella terhadap Adrian?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Shinta Aryanti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ketika Adam Jatuh Cinta
Seperti perintah Erick kemarin, hari ini Adam dengan antusias mendampingi Bella memeriksakan kandungannya, saat ini Adam dan Bella sedang berada di ruang pemeriksaan kandungan di dampingi oleh Erick
“Kandungannya berusia lima minggu, kondisi janinnya sangat baik, semuanya normal, dan sangat sehat” tutur dokter spesialis kandungan sesaat setelah memeriksa kandungan Bella
Adam yang duduk di sebelah belah tersenyum lega, terlihat sekali bahagianya saat ia mengelus - elus kepala Bella, sedang Bella mulai bimbang dengan perasaannya, ada perasaan aneh saat menyadari di dalam rahimnya sedang tumbuh makhluk tak berdosa yang ia dan Adam pakai untuk mencapai ambisi mereka masing - masing, naluri sebagai seorang Ibunya sudah muncul
“Kau ingin makan sesuatu?” Tanya Adam pada Bella ketika mereka keluar dari ruangan pemeriksaan, Adam memperlakukannya bak seorang ratu, Bella digandengnya dengan mesra, dilindunginya sepenuh hati tak ingin jika Bella sampai kenapa - kenapa
“Aku tidak ingin makan apa pun Adam, kau sudah bertanya hal yang sama berulang kali” sahut Bella
“Apa kau tak dengar apa yang dokter sampaikan tadi? kau harus lebih banyak makan karena sekarang kau makan untuk anak kita juga!” tandas Adam bersikukuh, Adam bahkan tak peduli sikap posesifnya pada Bella disaksikan banyak orang di rumah sakit, Adam yang menyita perhatian dengan wajah tampan, badan tegap dan tinggi menjulang, lengkap dengan setelan jas yang rapi terlihat mencolok dibanding orang - orang yang lain, terlebih ia menggandeng erat seorang wanita seolah Bella barang pecah belah yang tak boleh tergores sedikit pun
“Adam, aku sudah makan tadi, aku belum lapar lagi!” Tandas Bella
“Ayolah Bella, kau harus menjaga kondisimu dan anak kita, bukannya seorang Ibu hamil itu biasanya lebih banyak makan?” Adam masih saja membujuk Bella, tak pantang menyerah
“Tidak semua Ibu hamil seperti itu Adam!” Kali ini Erick yang angkat bicara, dokter muda yang dari tadi dengan setia berjalan di belakang Adam dan Bella mulai risih pada perhatian Adam yang berlebihan
“Kau tahu apa Erick, kau bahkan belum menikah!” Sewot Adam kesal
“Hei.. hei.. aku seorang dokter, Adam! Ini tidak ada hubungannya dengan aku yang belum menikah!” Ucap Erick bersungut - sungut
Adam tak hirau, ia masih fokus mengawal Bella, tak berhenti - hentinya bertanya apa yang sedang Bella inginkan, dan apa yang sedang Bella rasakan. Di belakang Adam dan Bella, Erick mulai merasa cemas ketika menyadari bahwa cinta Adam pada Bella tak main - main, ia tak pernah melihat Adam seperti ini sebelumnya, satu yang Erick khawatirkan jika Adam sampai kecewa oleh Bella, bukan hanya akan patah, Erick yakin kalau Adam akan menghancurkan hidup Bella, Adam sulit sekali percaya apalagi sampai jatuh hati pada seseorang, oleh karena itu Adam tak akan bisa menerima kekecewaan.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Adam menghempas kertas - kertas yang baru saja ia terima dari asistennya, ia begitu kesal dengan laporan yang diterimanya. Adam menghela dalam napasnya, baru tadi pagi ia merasakan kebahagiaan luar biasa saat melihat calon anaknya bersama Bella di layar mesin USG, siang ini saat ia kembali ke kantornya laporan dari asistennya membuatnya murka
Kedua asisten Adam hanya bisa tertunduk dalam, tak berani berucap apa pun sampai pimpinan mereka kembali memberikan instruksi
“Bagaimana bisa direktur keuangan menyetujui pengeluaran uang sebesar iru tanpa persetujuanku?” Cecar Adam geram, “adakan rapat dengan semua direksi sekarang juga, jika ada yang tak bisa hadir katakan untuk tak kembali lagi ke perusahaan ini!” Perintah Adam tegas, kedua asisten Adam patuh, segera mundur untuk melaksanakan titah Adam
Hanya dalam waktu satu jam seluruh direksi berkumpul di ruang rapat, semuanya duduk dengan tak tenang, wajah mereka pucat pasi mendengar Adam tengah murka, bukan hanya yang sekarang duduk di ruangan rapat, tapi semua pegawai yang berada di perusahaan itu kini tegang, sudah jadi rahasia umum jika Adam sangat tegas dan kejam jika ada sesuatu menyangkut perusahaannya yang tidak sesuai dengan keinginan Adam, siang itu hawa perusahaan terasa mencekam, tak ada canda tawa yang terdengar diantara para karyawan, semuanya menduga - duga siapa yang akan kali ini dikeluarkan oleh Adam dari perusahaannya
Suasana semakin mencekam saat Adam masuk ke ruang rapat dengan wajahnya dingin dan rahang yang mengeras, masing - masing orang tertunduk lesu, menelan salivanya kuat - kuat
“Siapa yang bertanggung jawab terhadap pengeluaran uang sebesar lima puluh milyar atas permintaan Adrian?” Sengit Adam tanpa basa basi, makin ketar ketir saja orang yang dimaksud Adam
Braaaakk…
Hentakan Adam di meja besar itu semakin membuat situasi semakin mencekam, sudah jelas kalau Adam tak akan mengampuni siapa pun pelakunya. Direktur keuangan yang dimaksud Adam melonggarkan dasinya yang terasa mencekik, keringatnya bercucuran, demi apa pun ia tak sanggup melihat mata Adam yang tajam
“S - saya Tuan” ucap Direktur keuangan itu, pasrah sudah dengan nasibnya yang sudah di ujung tanduk, Adam menyeringai
“Kau berani melakukan sesuatu tanpa persetujuanku?” Cecar Adam, orang yang Adam maksud tertunduk takut, badannya gemetaran karena Adam tak melepaskan pandangannya, ia merutuki dirinya sendiri yang terbujuk rayuan Adrian tanpa mempertimbangkan kemurkaan yang akan dirinya terima dari Adam
“Silakan keluar dari perusahaan ini saat ini juga” titah Adam dingin, jangan tanya bagaimana Direktur keuangan itu sekarang, ia nyaris pingsan begitu mendengar keputusan Adam, dikeluarkan dengan tidak hormat dari Anderson Tower berarti ia akan kehilangan sumber penghasilannya yang besar, selain itu ia juga akan sulit mencari pekerjaan baru karena Adam tak akan segan untuk menerbitkan surat blacklist atan nama dirinya ke perusahaan - perusahaan lain, Adam memang terkenal kejam ketika menghukum seseorang, bukan hanya pada karyawannya, tapi juga pada rekan - rekan bisnisnya.
Adam segera kembali ke ruangannya setelah rapat selesai diikuti oleh kedua asistennya, “Berapa banyak uang yang sudah Adrian ambil dari perusahaan?” Tanya Adam pada asistennya
“Hampir seratus milyar, Tuan” sahut asisten Adam dengan tertunduk, belum berani menatap wajah Adam yang penuh amarah
“Hanya dalam beberapa bulan dia menghabiskan hampir seratus milyar? Bagaimana nasib perusahaan ini jika dia yang mengambil alih kepemimpinan? Bagaimana nasib ratusan karyawan yang bekerja di perusahaan itu nanti?” Batin Adam, “tidak itu tidak boleh terjadi, apa pun pertaruhannya Adrian tidak boleh mengambil alih perusahaan” batin Adam lagi
“Cari tahu siapa saja direksi yang mendukung Adrian dan segera laporkan padaku!” Titah Adam pada asistennya, kedua anak buahnya mengangguk mengerti, “dan satu lagi, jangan biarkan orang tuaku tahu soal ini, aku tak ingin membuat mereka khawatir!” Ujar Adam lagi
Adam masih bermuka masam, rahangnya masih mengeras, giginya gemerutuk menahan amarah yang membuncah, Adam sebenarnya tak ingin hirau pada ponsel yang terus saja berbunyi, tapi begitu Adam melihat nama Bella di layar ponselnya Adam sigap menjawabnya, wajah Adam yang dingin tadi berubah sumringah, berseri saat Adam menjawab panggilan Bella. Kemarahan Adam seolah sirna saat mendengar suara Bella, Adam bahkan lemah lembut bicara pada istrinya itu seolah tak ada apa - apa yang terjadi di perusahaannya
Kedua asisten Adam saling tatap tak percaya apa yang mereka lihat, baru pertama kali ini kemarahan Adam cepat mereda, sebelumnya Adam bahkan bisa mempertahankan kemarahannya hingga berhari - hari, Adam bahkan pulang saat itu juga sesaat setelah ia menerima panggilan dari Bella, hanya Bella yang mampu meredam kemarahan Adam.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Adam nyaris berlari masuk ke dalam rumahnya, beruntung rumahnya masih sepi karena hari masih sore, penghuni rumah yang lain masih sibuk dengan aktifitasnya masing - masing
“Kau kenapa Bella?” Tanya Adam cemas begitu ia sampai di kamarnya dan mendapati Bella tengah terduduk lemas di pinggir tempat tidur
“Perutku mual sekali Adam, aku bahkan sudah muntah berkali - kali” sahut Bella lemah, wajahnya pucat pasi
Adam tak membuang waktu, ia segera menghubungi Erick. Adam lalu dengan sabar mendampingi Bella yang bolak balik ke kamar mandi, Adam yang super higienis itu bahkan tak jijik melihat Bella mengeluarkan isi perutnya berkali - kali
“Apa yang terjadi Adam?” Tanya Erick panik begitu ia sampai di kamar Adam, Erick yang tengah berada di rumah sakit langsung menuju rumah Adam begitu Adam menghubunginya dan mengatakan kalau Bella sedang tak sehat dan perlu segera ditangani
“Bella muntah - muntah Erick, sudah berkali - kali, apa kau lihat wajahnya sudah pucat sekali Erick!” sahut Adam yang bahkan masih mengenakan jasnya itu tengah membimbing Bella keluar dari kamar mandi. Erick menghela lega napasnya, ia pikir terjadi sesuatu yang mengerikan pada Bella hingga Adam begitu sangat khawatir dan memanggilnya untuk datang
“Astaga Adam! Itu hal yang biasa terjadi pada Ibu hamil, kau tidak perlu cemas begitu!” Tandas Erick
“Benarkah?” Tanya Adam, Erick mengangguk meyakinkan Adam yang sedang membantu Bella beringsut tidur di ranjang mereka
“Hampir semua Ibu hamil mengalaminya Adam, kau tak perlu khawatir!” Jawab Erick lagi, ia lalu mengeluarkan perlengkapan medisnya, lalu mulai memeriksa Bella, “Aku akan memberinya vitamin dan obat untuk mengurangi mualnya, kau harus membiasakan diri Adam!” Tutur Erick
Adam bernapas lega, senyumnya kembali terbit saat tadi ia begitu cemas melihat Bella yang lemas tak berdaya, “jadi Bella tidak apa - apa?” Tanya Adam lagi
“Dia tidak apa - apa Adam, kau jangan khawatir! Lagi pula aku dan dokter Robert akan memantau kondisi Bella selama dia mengandung, jadi kau tenang saja dan fokuslah untuk membahagiakan Bella agar dia tak stress selama kehamilannya” tutur Erick
Adam tersenyum, lalu mengecup kening Bella, Adam lalu beranjak keluar kamar ketika ponselnya berbunyi
Erick memandangi punggung Adam yang sudah tak terlihat lagi dibalik pintu, Erick lalu menjatuhkan pandangannya pada Bella, “Jangan kecewakan Adam, Bella!” Ucap Erick, Bella mengerutkan keningnya
“Apa maksudnya dokter?” Tanya Bella
“Apa kau tak melihatnya Bella? Adam akan memberikan segalanya ketika dia jatuh cinta, tapi jika kau mengecewakannya, maka Adam tak akan segan untuk menghancurkan hidupmu Bella!” Tandas Erick
Bella terkesiap, jadi benar Adam memang mencintainya? Bella lalu mengingat - ingat lagi perlakuan Adam, ucapan cintanya, tatapan matanya, sentuhan lembutnya, jantung Bella berdebar kencang saat ia menyadari kalau Adam memang jatuh cinta padanya, Bella nyaris terhanyut namun kemudian ia mengingat rasa sakit dan balas dendamnya
Bella tersenyum sinis, “Kau jatuh cinta padaku Adam? Bagus, kau mempermudah semuanya, kini aku bukan hanya bisa balas dendam pada Adrian, Brianna dan Ibuku, aku juga bisa balas dendam padamu atas apa yang telah kau lakukan padaku” batin Bella begitu puasnya