Pertemuan singkat yang tak disengaja itu yang akhirnya menyatukan Nabilla dan Erik, tanpa rencana apa pun dalam pikiran Nabilla tentang pernikahan namun tiba-tiba saja lelaki asing itu mengajaknya menikah.
Lamaran yang tak pernah dibayangkan, tanpa keramaian apapun, semua serba tiba-tiba namun membawa kebahagiaan.
Pertemuan menyebalkan itu telah membuat Nabilla dan Erik terikat seumur hidup, bahagia hanya itulah yang mereka rasakan.
Merangkai kisah rumah tangga yang bahagia meski selalu ada saja masalah, Erik dan Nabilla menciptakan kisah bahagianya sendiri di tengah gangguan menyebalkan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Vismimood_, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Jadi Kamu
Permintaan Nabilla agar keluarganya tidak pulang dulu berhasil memberi celah untuk Salsa kembali bertemu dengan Revan, kali ini Revan membawa Salsa kesuatu tempat. Salsa sedikit takut ketika mereka sampai ditempat tujuan Revan itu, tempatnya kotor dan begitu jauh dari jangkauan masyarakat banyak.
"Kita mau ngapain ke sini?"
"Ayo ikut saja."
"Aku gak mau!"
Revan menatap wajah Salsa yang tak ketakutan, apa masalahnya sekarang, apa Salsa berpikir buruk lagi tentang Revan. Tak mau ambil pusing dengan itu Revan menarik Salsa untuk ikut, mereka memasuki satu bangungan yang terbengkalai disana.
"Revan."
"Selamat siang Pak Revan."
Salsa sedikit terkejut karena ternyata di sana ada orang, lihatlah menyeramkan sekali orang itu dengan wajah sangarnya dan juga dengan tubuh berototnya. Revan hanya mengangguk saja dan meminta lelaki itu pergi, Salsa yang semula berusaha menjaga jaraknya dengan Revan, kini justru berbalik dan mendekati Revan.
"Ini tempat apa?"
"Tempat orang tidak waras."
Salsa mengernyit dan kembali mengikuti tarikan Revan, mereka memasuki ruangan yang sejak tadi dijaga lelaki menyeramkan itu. Sampai di dalam sana sungguh membuat Salsa terkejut, Salsa melihat sosok Kia yang sudah sangat menyedihkan.
"Revan." Ucap Salsa bingung sendiri.
"Tolong minum." Ucap Kia lemah.
Seketika itu Salsa melepaskan genggaman Revan dan menjauh dari lelaki itu, lelaki macam apa yang sedang dekat dengan Salsa saat ini. Kia bisa melihat mereka semua sekarang, kenapa mereka hanya diam saja seperti itu.
Salsa menggeleng, kakinya perlahan semakin mundur tapi sayang ketika tubuh itu berbalik untuk pergi, Revan lebih dulu menahannya. Salsa sedikit berontak ketika Revan menariknya kembali, ketakutan Salsa seketika memuncak, apa Revan orang jahat yang berusaha berpura-pura baik.
"Aku membawanya ke sini sejak kejadian itu, kejadian dimana kamu dibuat celaka oleh dia."
"Untuk apa?"
"Untuk memastikan jika dia tidak melarikan diri, dia harus bertanggung jawab atas ulahnya."
Salsa melihat Revan mengeluarkan sesuatu dari kantongnya, itu seperti botol kecil, Revan lantas memberikannya pada Salsa. Sesaat Salsa diam menatap botol tersebut, isinya seperti air biasa, tapi untuk apa air itu.
Salsa kembali melihat Kia disana, apa ini air untuk minum Kia, mungkin saja Revan meminta agar Salsa yang memberikannya. Salsa mengangguk dan segera mendekati Kia, melihat pergerakan Salsa membuat Revan tersenyum.
"Haus." Ucap Kia nyaris tak terdengar.
"Tunggu sebentar."
Salsa segera membuka tutup botolnya, pergerakan Salsa yang buru-buru membuat setetes air itu mengenai lengan Kia. Sontak saja Kia memekik sakit, Salsa segera mundur sebelum berhasil membantu Kia minum.
"Panas." Aku Kia seraya menggerakan tangannya.
Salsa mengernyit lantas kembali menatap botol di genggamannya, memorinya jadi kembali memutar pada kejadian waktu itu. Salsa baru ingat ini adalah botol yang sama yang digenggam Kia waktu itu, seketika Salsa melemparkannya asal dan hasilnya air itu berhasil merubah warna lantai di sana.
"Air apa itu?" Tanya Salsa sedikit keras.
Revan justru tertawa kecil seraya mendekati dua wanita disana, segera Salsa bergeser menjauh dan lebih mendekati Kia. Ada apa dengan Revan, kenapa lelaki itu jadi tampak menakutkan, apa benar jika sebenarnya Revan bukan orang baik.
"Kamu harusnya minumkan itu ke dia, bukan malah membuangnya."
"Apa maksud kamu, kenapa lakukan ini?"
"Kenapa aku lakukan ini, supaya dia merasakan apa yang kamu rasakan. Kamu lupa gimana menderitanya kamu di Rumah Sakit karena ulah dia, harusnya kamu membalasnya sekarang."
Salsa menggeleng tak percaya dengan apa yang didengarnya, jelas saja Salsa tidak mungkin lupa penderitaan itu. Tapi apa dengan seperti ini semua jadi lebih baik, kenapa Revan justru meminta Salsa menjadi jahat seperti Kia.
Revan tampak mencengkram pipi Kia, sikap itu membuat Salsa semakin menjauh. Kondisi Kia begitu buruk saat ini, jadi semua ini ulah Revan, kenapa tega sekali lelaki itu memperlakukan wanita seperti ini.
"Kamu sudah merasakan penderitaannya kan, bagaimana, sudah cukup?" Tanya Revan.
Kia tak menjawab, tenaganya sudah habis sekarang hanya saja masih ada keberuntungan yang menjaga kesadarannya. Cepat Salsa menyingkirkan tangan Revan, Salsa juga sedikit mendorong Revan agar menjauhi keduanya.
"Jahat sekali kamu."
"Aku jahat, kalau aku jahat lalu dia apa?"
"Dia memang jahat, tapi kamu lebih jahat. Kenapa kamu siksa dia seperti ini?"
"Karena dia sudah menyiksa mu lebih dulu, harusnya kamu balas dia sekarang."
Salsa menggeleng, ini sangat diluar dugaan ternyata Revan adalah orang yang nekad bahkan mungkin dalam hal apa pun. Tidak bisa, Salsa tidak mau lelaki seperti itu, Revan mungkin akan membuat Salsa menjadi orang jahat juga nantinya.
"Bebaskan dia!"
"Bebaskan dia, kamu bilang bebaskan dia?"
"Bebaskan sekarang, Revan kasihan dia sudah seperti ini."
"Dia saja tidak kasihan sama kamu!"
Revan bangkit dan turut menarik Salsa untuk bangkit juga, tak perduli dengan Kia disana Revan memilih membawa pergi Salsa. Sepanjang langkah Salsa begitu berusaha menghentikan langkah Revan, mulutnya yang terus mengoceh tak lantas membuat Revan berhenti.
Sekilas Salsa melirik lelaki menyeramkan diluar sana yang seketika masuk ketika mereka keluar, Revan masih tak mengatakan apa pun hingga sampai di parkiran. Salsa mendorong kasar pintu yang dibuka Revan, kali ini Salsa berhasil melepaskan genggaman yang cukup menyakitinya itu.
"Ayo pergi."
"Gak, apa seperti ini kamu yang sebenarnya. Aku gak suka ya Revan kamu memperlakukan wanita seperti itu, dimana hati kamu sampai tega membuat Kia seperti itu?"
"Hati, kamu menanyakan hati sama aku. Hey sadar Salsa, wanita itu juga tidak mempunyai hati, kalau bukan kamu yang celaka pasti adik kamu, karena dia tujuan utamanya."
"Gak, apa pun alasannya perbuatan kamu tetap tidak benar. Revan Kia memang jahat tapi bukan berarti kamu juga harus jahat sama dia, bagaimana dengan keluarganya, mereka pasti mencari Kia sekarang."
Revan tersenyum acuh, untuk apa memikirkan sampai sejauh itu rasanya sangat tidak perlu, Revan sama sekali tak perduli dengan yang namanya keluarga. Mengkhawatirkan atau cemas itu bukan lagi hal penting bagi Revan, sekarang langkah hidupnya hanya akan Revan lakukan seperti apa yang terlihat saja, jika memang harus membalas maka akan membalas.
"Aku harus bawa dia pulang."
"Jangan bodoh kamu!"
"Aku gak bodoh Revan, justru dengan kamu bersikap seperti ini malah kamu yang bodoh. Revan tidak semua hal buruk itu harus dibalas dengan hal buruk juga, sesekali kamu harus memaafkan yang bersalah bisa merasa malu atas perbuatannya sendiri."
Salsa mengernyit melihat perubahan diraut wajah Revan saat ini, apa Revan akan marah padanya karena semua ucapannya itu. Salsa tidak boleh pikirkan hal lain lagi sekarang, Salsa hanya harus menolong Kia di dalam sana karena jika tidak maka Revan yang akan merasakan kerugiannya sendiri.
Salsa menggeleng dan berlalu kembali masuk, rasa takutnya terhadap lelaki berotot itu tak lagi diperdulikannya. Salsa menerobos masuk meski lelaki itu menghalanginya, siapa dia sebenarnya kenapa mau saja disuruh melakukan hal yang salah.
"Berhenti, anda mau bawa dia kemana?"
"Ke Kantor polisi, saya akan buat Anda masuk penjara!" Ancam Salsa.