Bintang, harus pasrah saat dipaksa menggantikan adiknya, yaitu Azkia. Untuk menikah dengan seorang pria yang mempunyai kepribadian langka.
"Kenapa kamu mengorbankan Kakak? Dia kan di Jodohkannya dengan kamu, bukan aku."
"Aku tidak sudi, menikah dengan Pria yang Alergi pada wanita. Gimana mau bahagia," jawab Azkia dengan ketus.
Emillio Ferdinand, pria yang mempunyai kepribadian langka, harus menerima jika dia di jodohkan orang tuanya dengan Azkia. Dan apakah reaksi Emil, saat mengetahui jika pengantinnya di ganti?
Apakah rumah tangga Bintang dan Emil, akan bertahan? Dengan keadaan Emil yang Alergi jika di sentuh wanita. Atau, mampukah Bintang menyembuhkan penyakit Emil?
Simak yuk kisahnya hanya di Novel ini...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon aisyah az, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Sebutan Itu tidak Cocok Dengan Kamu
Happy reading.......
Bintang terus menggoyangkan sepatu heels-nya di depan wajah Nayla, membuat nyali wanita itu seketika menciut. Namun, gengsi yang mendera jiwa Nayla tidak menghiraukan rasa takutnya.
"Aku masih tidak percaya, jika kau istrinya Emil. Apa buktinya, jika kau memang istrinya, Emil?" tantang Nayla dengan wajah angkuh.
"Haduh ... ikan nila, ikan nila. Susah banget kalau dibilangin! Kamu meminta bukti dariku? Baiklah, aku akan membuktikannya kepadamu," ujar Bintang sambil menaruh sepatu heels nya lagi lalu memakainya.
Dengan senyuman miring, Bintang berjalan mendekat ke arah Emil, kemudian dia mengalungkan tangannya di leher Emil, dan Emil yang melihat itu tentu saja sangat kaget, dia bingung dengan apa yang akan dilakukan Bintang kepadanya.
Nayla yang melihat bagaimana perlakuan Bintang kepada Emil, membuat hatinya geram. Apalagi, saat melihat Bintang mengalungkan tangannya ke leher Emil, membuat wanita itu mengepalkan kedua tangannya. Sebab, selama ini tidak ada wanita yang berani menyentuh Emil, dan pria itu sama sekali tidak tersentuh.
"Masih belum puas, Nona? Baiklah, aku akan membuktikannya kepadamu."
CUP
Bintang mengecup singkat pipi Emil, kemudian dia menyandarkan kepalanya di bahu kekar milik suaminya, dan Nayla yang melihat itu tentu saja tidak terima. Sedangkan Emil membulatkan matanya dengan menahan nafas, karena baru kali ini ada wanita yang menciium dirinya.
Nayla yang sudah terlihat geram pun, akhirnya meninggalkan ruangan Emil. Dia benar-benar tidak terima dengan penghinaan yang Bintang lakukan kepada dirinya. "Lihat saja, aku akan membalas mu wanita jalaang!" ucap Nayla dengan nada yang kesal, sebelum meninggalkan ruangan itu.
Sedangkan Bintang, tersenyum penuh kepuasan. Dia benar-benar puas telah mempermalukan Nayla, dan dia benar-benar puas telah memberikan pelajaran kepada wanita sundal itu.
Saat Bintang tengah tersenyum senang atas kemenangannya, tiba-tiba dia sadar saat merasakan dada Emil yang kembang kempis. Bintang pun langsung melepaskan pelukan itu, dan Emil langsung meminum obat yang ada di jasnya, lalu dia menatap Bintang dengan tajam.
"Apa kau sudah gila, Hah! Kenapa kau malah menciumku!" bentak Emil saat sesak nafasnya mulai membaik.
Bintang menggigit bibir bawahnya, kemudian dia menggaruk kepalanya yang tidak gatal. "Sorry, aku kan cuma mau memberi pelajaran kepada wanita itu. Lagian, ikan nila itu nggak percaya kalau aku istri kamu?" jawab Bintang sambil duduk di sofa.
"Tapi, apa harus menciumku? Sekarang pipiku sudah ternoda. Selama ini tidak ada yang pernah bisa menyentuh diriku, dan kau dengan seenak jidat menyentuhku, lalu kau mencium pipiku! Sekarang, pipiku sudah tidak perjaka lagi," ucap Emil dengan kesal kepada Bintang.
Mendengar kekesalan Emil, Bintang tentu saja tidak terima. Kemudian dia bangkit berdiri dan mendekat ke arah Emil, lalu melipat kedua tangannya di depan dada dan menatap Emil dengan tajam.
"Heh, es kobokan piring. Denger ya! Bukan hanya pipimu saja yang sudah tidak perjaka, tapi bibirku juga sudah tidak perawan. Kau Pikir, aku mau melakukan itu? Dan apa kau pikir, aku mau mencium dirimu? Iiih, ogah! Yang ada, kalau aku mencium dirimu, bibirku bisa jamuran!" kesal Bintang sambil menghentakkan kakinya, kemudian dia keluar dari ruangan Emil.
"Wanita itu benar-benar ya. Dia pikir, aku ini apa? Seenak jidat memanggilku dengan es kobokan piring? Kemarin dia memanggilku dengan es kocok, es Milo, lama-lama dia manggilku es batang!" gerutu Emil sambil duduk di kursi kebesarannya.
Dia benar-benar bingung dengan istrinya itu, karena begitu banyaknya julukan yang diberikan Bintang kepada dirinya, tapi entah kenapa Emil tidak bisa marah saat Bintang menyebutnya dengan es koboka piring. Walaupun sebenarnya, nama itu sangatlah jelek, jauh berbanding balik dengan nama aslinya.
*********
Jam makan siang pun telah tiba, saat ini Bintang sudah bersiap untuk makan siang di kantin yang ada di kantor itu, tapi seketika teleponnya berbunyi dan Emil menyuruh Bintang untuk ke ruangannya. Mau tidak mau, wanita itu pun melangkah keluar dari ruangannya menuju ruangan Emil.
"Iya Pak Bos, yang terhormat. Ada apa? Ini sudah jam makan siang Pak, bukan waktunya saya untuk bekerja. Selama 1 jam ini, saya hanyalah orang biasa, bukan seorang karyawan," ucap Bintang saat sudah masuk ke dalam ruangan Emil. Padahal pria itu belum mengatakan apapun, namun Bintang sudah berbicara lebih dulu.
"Kau ini benar-benar seperti Mama, jika sudah berbicara seperti kereta yang tidak ada remnya. Aku belum mengatakan apapun, tapi kau sudah nyerocos aja seperti terompet tahun baru."
Bintang memutar bola matanya dengan malas, kemudian dia duduk di sofa yang ada di ruangan Emil. "Lalu, untuk apa kamu memanggilku ke sini, es kobokan?" tanya Bintang sambil menatap Emil.
"Kau ini, tidak sopan sekali. Aku ini suamimu, sekaligus Bosmu! Apa pantas orang istri menyebut suaminya dengan es koboka piring? Harusnya, kau itu memanggilku dengan cinta, suamiku, my hubby, lovely lovely. Itu lebih enak didengar, daripada kou memanggilku dengan es kocok, es Milo lah, sekarang kau memanggilku dengan es kobokan piring? Nanti kau mau manggilku dengan apa? Es Batang!" geram Emil sambil menatap Bintang dengan tajam.
Bukannya kesal, abintang malah terkekeh. Dia benar-benar merasa lucu dengan pria yang bergelar suaminya. Tidak Bintang sangka, jika Emil ternyata orang yang humoris, dan tidak Bintang sangka juga, hari-harinya tidak sehambar seperti cerita yang ada di novel-novel. Di mana seorang CEO, itu akan kaku dan dingin, tapi suaminya begitu berbeda. Dia malah membuat hari-hari Bintang berwarna dengan kekonyolan mereka yang tidak pernah akur.
Emil mengerutkan dahinya saat melihat bintang tertawa. Dia merasa semakin kesal karena ditertawakan oleh istrinya. Namun Emil tidak bisa marah, dia malah tersenyum di dalam hati saat melihat tawa lepas dari wajah Bintang.
'Jika dengan menghinaku dan menyebutku dengan es kobokan piring, bisa membuatmu tersenyum. Maka aku ikhlas. Sebab, jika kau menangis, aku pun ikut sakit,' batin Emil sambil menatap ke arah Bintang dengan tatapan sendu.
"Sudah ketawanya? Sebaiknya kita pergi untuk makan siang! Aku sudah lapar," ajak Emil sambil berdiri dari duduknya dan berjalan keluar ruangan. Bintang yang melihat itu pun mengikuti langkah Emil, namun dia masih terkekeh kecil sampai masuk ke dalam lift. Itu malah membuat Emil menjadi kesal beneran, kemudian dia menatap Bintang dengan wajah yang cemberut.
"Apa yang lucu? Kenapa sedari tadi kau terus tertawa?" tanya Emil dengan kesal.
Bintang menghentikan tawanya, kemudian dia berdehem kecil untuk menetralkan suaranya.
"Gimana aku nggak ketawa? Ternyata CEO dingin yang ada di novel-novel itu, di dunia nyata tidak ada. Kau bahkan lebih koplak daripada yang aku bayangkan, dan sepertinya julukan barumu sudah OTW, yaitu es batang kocok." Bintang berucap sambil menutup mulutnya yang siap mengeluarkan tawanya kembali.
Mata Emil membulat dengan tajam mengarah ke Bintang. Dia benar-benar tidak suka dengan julukan barunya. "Apa kau bilang? Es Batang kocok? Apa tidak ada julukan yang lebih enak? Seperti yang ku bilang tadi, sweety kek, Huny kek, Buny kek. Kalau perlu, kau memanggilku dengan tuan raja!" geram Emil sambil melipat kedua tangannya di depan dada, lalu dia menyandarkan tubuhnya di dinding lift.
"Kau tidak cocok untuk julukan itu! Tidak ada manis-manisnya dengan wajahmu yang kaku, dingin bin koplak itu," ujar Bintang sambil terkekeh kembali.
Bintang memang pribadi yang humoris, dia selalu ceplas-ceplos apa adanya, dan itu yang membuat Emil merasa nyaman di sisi Bintang. Walaupun terkadang ucapan wanita itu suka membuatnya kesal dan juga marah, tapi sedetik kemudian rasa itu hilang saat melihat tawa dan senyum manis Bintang.
Bersambung......
aku ajah lihat baju gitu ingin tak bakal menggelikan 😅😅
apa enak nya sihh ikut mertua aku sajahhh jadi bintang ogahhh sumpekkk 😂😂😂😂🤣🤣🤣,,
sulit gerak nafas tinggal seperempat 😀
jarang ada wanita menerima apalagi tanpa cinta
biasanya wanita akan lebih egois apalagi tanpa cinta
bener gak Thor 🤭
pernah kehilangan seorang ayah diwaktu masih SMK tapi tetap sakit meskipun hanya 1 tahun sekali
kurang kasih sayang seorang ayah tau² pergi merasa gak percaya gitu 🤧