Apa Salahku, Kak (Air Mata Steffani)

Benar saja, pagi-pagi sekali Seorang pemuda sudah bangun dari tidurnya.

Mbok Siti yang melihat si Tuan muda tumbenan sudah bangun itu nampak terkejut.

.

''Kenapa Mbok, natap nya gitu amat ?'' tanya Sean Yang sedang sarapan.

''Ah tidak ada Tuan muda, silahkan di makan yang kenyang ya.'' kata si mbok

''Siap Mbok.''

Tibalah kini Sean di rumahnya Mama Rina.

Dan Sean ini memang datang kepagian rupanya, ''Eh, Nak, sudah datang'' ujar Mama Rina.

''Iya Tan.'' jawabnya, dan melihat sekitar rumah hanya ada Mama Rina, yang lain mana?

''Nyari siapa ?'' Mama Rina pun bertanya.

''Papi mana?'' tanya Sean.

''Oh Papi kamu masih tidur.'' jawab Mama Rina.

''Masih tidur, nyenyak bener tuh bokap'' gumam Sean.

''Mau Tante buatkan sesuatu ?'' sang Mama menawarkan

''Boleh Tan, Sean minta teh hangat ya, soalnya tadi udara luar dingin '' pinta Sean sambil tertawa

''Iya baiklah tunggu ya''

''Hm.'' balas mengangguk.

Mama Rina pun berlalu ke kamar mandi, untuk membuatkan Minum untuk Sean.

Beberapa saat..

Sean, melihat jam nya yang berada di ponsel. ''Hah, baru jam Enam.'' Sean memekik terkejut.

''Jadi, gue .. ''

''Sean, kamu sudah kesini rupanya ?'' itu suara Papi Yoga baru keluar kamar.

''Pi, iya Sean dari tadi udah sampai '' jawabnya.

''Semangat bener kamu, iya bagus sih agar tidak telat, dan tidak membuat Papi menunggu '' ujar Papi

''Ya dong, emang Sean mah selalu tepat waktu kali.'' sombongnya, padahal selama ini Sean bangun itu suka lama dan selalu di bangunkan si Mbok.

Papi nya hanya membalas dengan mencebikkan bibir ke bawah.

Kini semua sudah siap untuk pergi ke rumah besar. juga Sean yang mengemudi satu mobil bersama Fani .

Dan Papi yang juga membawa mobil sedari kemarin pun pergi tentu bersama Mama Rina istri barunya.

''Hmm.'' Sean tiba-tiba berdehem cukup keras . Fani pun menoleh sekilas padanya, dan kembali menunduk.

''Fan.'' Sean memanggil

''Iya.'' balas Fani berucap pelan.

''Fan, cowok yang kemarin itu siapa sih?'' tanya Sean ingin tahu, padahal Sudah tahu

''Yang mana ya Kak?'' Fani balik bertanya.

''Itu, yang kemarin anterin kamu pulang, memang ada cowok yang lain lagi?'' nada Sean terdengar jengkel

''Oh itu, itu teman aku.'' jawab Fani apa adanya.

''Teman dekat banget ya?'' Sean sangat penasaran nih

''Ya'' Fani mengangguk.

''Tapi, kamu tidak suka kan padanya?''

''Kenapa tanya gitu, aku tidak suka sama siapapun'' jawab Fani polos

Namun jawaban Fani membuat bibir Sean terangkat senyum, Sean merasa lega aja gitu, Fani tak ada perasaan pada pria itu..

''Ya bagus deh, kalau kamu tidak ada perasaan apapun kepada Pria itu'' ujar Sean

Fani pun menatap bingung, 'Kenapa terasa senang Sean ini?' batin Fani.

*

Tiba di rumah besar, Sean membantu memasukkan barang-barang yang sebenarnya, tidak terlalu banyak. Juga si Mbok ikut membantu.

Fani dan Mama Rina pun duduk di kursi ruang keluarga.

''Ma, aku gak nyangka rumahnya Pak Yoga tidak akan sebesar ini'' ujar Fani

''Iya Fan, Mama juga nyangka nya gak bakal sebesar ini sih'' sahut sang Mama.

''Mungkin Pak Yoga sangat kaya ya, Ma.'' kata Fani

''Iya Fani, Mama ngerasa jadi seperti tidak pantas Nak bersanding dengan Pak Yoga.'' Mama Rina merendah.

Fani hanya bisa mengusap bahu Mamanya

dia tahu betul yang Mama nya rasakan.

Hari-hari sudah mereka lalui di rumah besar ini, Ibu dan anak itu cukup merasa nyaman berada di rumah ini, karena Papi Yoga yang semakin memanjakan Mama Rina. Juga tentunya Sean yang menghormati keduanya.

Fani pun mengakui bahwa Sean ini ternyata baik juga orangnya, hangat, dan selalu perhatian padanya dan Mama Rina.

Sean juga menghormati sang Mama, Mama Fani..

Itu yang membuat Fani betah di rumah ini. Namun, rupanya si Mami, sudah mendengar kedekatan mereka itu.

Jiwa si Mami meradang, dia merasa Sean jadi jauh darinya. Malah dekat dengan keluarga barunya itu.

Mami merasa mereka membawa dampak buruk bagi hubungannya dengan sang anak..

[Sean, kamu dimana?] Sang Mami menanyakan keberadaan anaknya lewat telpon.

[Ya di rumah Mi.] jawab Sean tapi berbohong.

[Benar, di rumah?]

[Iya, Mami kenapa sih?] Sean nampak risih

[Gak, apa-apa. Hanya Mami ingin ke rumah Papi mu sekarang, kalau memang benar kau di rumah.] sang Mami berkata dengan tegas di balik telpon.

[Mami, dimana sekarang?] Sean merasakan kami nya seperti di luar, karena Sean mendengar suara kebisingan.

[Kau mau tahu dimana Mami?]

[Iya, dan Sean yakin Mami lagi di luar kan, mungkin sedang melakukan arisan.] tebak Sean tahu kebiasaan Mami nya.

[Iya kamu benar.] jawab Mami nya.

[Yasudah, Mami jangan dulu ke rumah.]

[Kenapa?]

[Ya nanti saja.]

[Ini kamu dimana? Kok sepertinya kamu juga berisik, benar kamu di rumah?] tanya sang Mami , ingin dengar lagi jawaban anaknya.

[Iya Mam, sudahlah.]

Tut. panggilan Sean putus begitu saja..

''Sial, kurang ajar, sudah berani dia sama Mami nya sendiri. Ini semua gara-gara perempuan itu. Aku harus cari tahu siapa itu perempuan.'' dengan menahan marah sang Mami menatap anaknya sedang bersama wanita di dalam restoran mall..

Tadi, Sepulang dari kampus. Sean mengajak Fani untuk menonton bioskop, lalu saat ini mereka tengah makan di restoran masih di mall tersebut.

Dan rupanya, tanpa Sean sadari, sang Mami juga tengah berada di sana. Benar seperti yang Sean tebak Mami nya tengah berkumpul untuk arisan. Tapi tiba-tiba Mami Sarah, melihat anaknya sedang bersama perempuan, yang anehnya Sean kenapa harus berbohong, sehingga Mami curiga..