NovelToon NovelToon
Terpikat Sekretaris Ayah

Terpikat Sekretaris Ayah

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Angst / Romansa
Popularitas:2.3k
Nilai: 5
Nama Author: Anjana

Aleena terpaksa harus menolak perjodohan karena dirinya sama sekali tidak menyukai laki-laki pilihan orang tuanya, justru malah tertarik dengan sekretaris Ayahnya.

Berbagai konflik harus dijalaninya karena sama sekali tidak mendapatkan restu dari orang tuanya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Anjana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Episode 3# Penasaran dengan foto

Merasa sudah cukup menikmati pemandangan diatas bukit, Aleena mengajak Devan pulang. Namun, saat Devan mau membukakan pintu mobil, tiba-tiba dirinya dikagetkan dengan suara dering ponsel.

Takutnya ada hal penting, Devan segera merogoh ponselnya didalam saku celananya. Melihat nama kontak, Devan langsung menerima panggilan.

"Apa! Ibu jatuh. Iya iya, Kakak pulang. Kamu jagain Ibu, sekarang juga Kakak langsung pulang."

Devan langsung memutus panggilan telpon.

"Sebelumnya saya minta maaf, Nona, Ibu saya jatuh, dan saya minta izin untuk pulang, saya mengkhawatirkan kondisi Ibu saya."

"Gak apa-apa, aku ikut sekalian, pulangnya nanti juga gak apa-apa, ayo,"

"Terima kasih, Nona,"

Devan segera membukakan pintu mobil.

"Aku mau duduk didepan aja, gak nyaman duduk dibelakang. Apalagi kamu sedang mencemaskan ibu kamu, biar aku aja yang nyetir."

"Tidak usah, kaki Nona aja masih sakit. Biar saya aja yang nyetir, saya masih bisa kok," ucap Devan dan segera membukakan pintu mobil yang didepan.

Kemudian, Aleena segera masuk dan duduk. Kini, dirinya tidak lagi berpura-pura, dan langsung bisa saat memasang sabuk pengaman. Sedangkan Devan segera melajukan mobilnya dengan kecepatan lumayan tinggi. Tidak memakan waktu lama, akhirnya sampai juga di rumah ibunya Devan.

Sampai di depan rumah, Devan menyempatkan diri untuk membantu Aleena turun dari mobil. Lalu, buru-buru masuk ke rumah dengan perasaan khawatir.

"Livia! Ibu mana?" teriak Devan memanggil adiknya dan menuju kamar ibunya.

"Ibu, gimana keadaan Ibu? mana yang sakit? tangan, kaki, atau mana, Bu?"

Ibunya justru mengarahkan pandangannya pada Aleena yang tengah berdiri diambang pintu.

"Dia siapa, Dev?"

"Apa kabarnya, Bu? saya pacarnya anak Ibu."

Aleena langsung mendekati ibunya Devan, yakni Ibu Mariana.

"Bukan, Bu. Dia becanda, dia Nona Aleena, calon istrinya Tuan Veriando, yakni putrinya Tuan Arvian sama Nyonya Meli, tepatnya adiknya Bernio."

Ibunya justru tersenyum mendengarnya.

"Kirain beneran pacarnya Devan, Ibu sudah senang tadi. Ya sudah lah, hari ini Ibu dapat candaan yang sudah menghibur Ibu, makasih ya, Nak."

"Maafin Aleena ya, Bu, udah ngerjain Ibu," ucap Aleena merasa bersalah, dan berdiri didekatnya Ibu Mariana.

"Tidak apa-apa, Ibu juga becanda tadi. Silakan duduk, Nona."

"Jangan panggil saya Nona, panggil aja Aleena. Soalnya saya tidak begitu suka dipanggil Nona, kurang nyaman aja,"

Ibu Mariana pun tersenyum, dan Aleena segera duduk.

"Bu, Devan anter Ibu ke Dokter ya, biar diperiksa. Devan takut kenapa-napa."

"Ibu udah diperiksa tadi, ini si Livia yang heboh, langsung nelpon kamu. Ibu udah ngelarang tadi, eee malah tetap aja nelpon kamu. Memangnya kalian dari mana? kamu gak ke kantor? kok sama putrinya Bos kamu. Kalau kalian dimarahin gimana?"

"Tidak kok, Bu. Papa saya yang nyuruh sekretaris Devan buat nganterin saya jalan-jalan. Terus pas mau pulang, sekretaris Devan dapat telpon dan katanya Ibu jatuh, jadinya saya ikut sekalian,"

"Gak bohongin Ibu, 'kan?"

"Tidak kok, Bu," jawab keduanya bersamaan.

"Cieee.. cocok nih."

"Livia, jaga bicaramu, yang sopan."

"Mendingan kamu buatkan minum, kasihan baru pulang, cepetan sana kedapur."

"Iya, Bu, iya deh. Kirain tadi pacarnya Kak Devan, gak taunya bukan. Eh, tapi mirip loh sama foto yang ada didompetnya Kak Devan,"

"Livia, kamu disuruh apa tadi sama Ibu, buatin minuman 'kan, buruan sana ke dapur."

"Iya sih iya, nyebelin banget punya kakak satu ini,"

Aleena pun tersenyum, rupanya hubungan kakak-beradik tidak jauh beda antara dirinya dengan kakaknya sendiri. Mengingat dengan ucapan yang terlontar lewat mulutnya Livia soal foto didalam dompetnya Devan, pun membuatnya penasaran dan ingin tahu apakah beneran mirip, pikirnya.

"Nak Aleena, makasih ya, udah ngizinin Devan pulang ke rumah. Ngomong-ngomong kamu sudah ngasih kabar belum sama orang tua kamu, kalau kamu ikut kesini."

Aleena menggelengkan kepalanya.

"Maaf ya, Bu, saya mau terima telpon dulu," ucap Aleena yang tengah dikagetkan dengan suara getar pada ponselnya.

Melihat siapa yang menelpon, rasanya begitu males untuk menerima panggilan.

"Kok cuma dilihatin doang, gak kamu angkat telponnya kah?"

"Gak penting." Saat itu juga, Aleena memilih mematikan ponselnya, yakni karena tidak ingin diganggu.

Devan sendiri masa bodoh atas sikap Aleena, dan masuk ke kamar untuk mandi agar badan tidak gerah dan risih.

Aleena yang tengah menemani Ibu Mariana, rupanya Livia ikutan duduk bareng.

"Aku belum kenalan tadi sama Kakak, kenalin, aku Livia, adiknya Kak Devan, panggil Livia aja, tau Livi juga boleh," ucap Livia yang langsung mengulurkan tangannya.

"Nama Kakak, Aleena, panggil aja Kak Aleena atau yang kamu sukai,"

Livia justru mengamati dengan serius, yakni membandingkan serta menyamakan wajah Aleena dengan foto yang ada didalam dompet kakaknya.

"Kakak tidak mempunyai kembaran, 'kan?"

"Enggak, punyanya cuma Kakak laki-laki, dan tinggal di luar negri, memangnya ada yang mirip ya,"

Livia mengangguk, yakni merasa yakin kalau Aleena sangat mirip dengan foto yang ada didalam dompet kakaknya.

"Iya, beneran mirip ya, Bu,"

"Mana Ibu tau, Liv. Lihat dompetnya aja Ibu gak pernah, apalagi ada foto," kata ibunya.

"Livia, kamu itu ya, sukanya bikin orang penasaran. Sejak kapan didompetnya Kakak ada foto perempuan, yang ada kamu itu ngada-ngada."

"Ish! mana ada akunya ngada-ngada. Tapi ya udah lah, debat sama Kak Devan mah gak bakalan bisa menang, yang ada juga kalah terus."

Aleena cuma tersenyum mendengarnya. Saat baru saja minum, rupanya ponsel Devan berdering, dan segera melihat siapa yang menelpon.

"Baik, Tuan, saya segera pulang sekarang,"

Panggilan telpon dari Bosnya, pun terputus.

"Papa ya yang nelpon,"

"Iya, Nona, Tuan Arvian meminta Nona untuk segera pulang, katanya Kakaknya Nona pulang, dan sudah berada di rumah."

Seketika, Aleena melotot.

"Kak Bernio beneran udah di rumah? mam-pus."

"Kok mam-pus, apanya?"

Aleena cuma bisa nyengir kuda, lantaran sudah menolak panggilan dari kakaknya.

"Ya udah kita pulang," jawabnya. Lalu, Aleena berpamitan sama Ibu Mariana, juga Livia.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!