NovelToon NovelToon
Bound To The CEO

Bound To The CEO

Status: sedang berlangsung
Genre:Mafia / CEO / Playboy / Diam-Diam Cinta / Kaya Raya / Romansa
Popularitas:2.7k
Nilai: 5
Nama Author: Priska

⚠️Mature Content (Harap bijak memilih bacaan)

“Dia hanya bosku… sampai aku terbangun di pelukannya."

Aku mencintainya apapun yang mereka katakan, seburuk apapun masa lalunya. Bahkan saat dia mengatakan tidak menginginkan ku lagi, aku masih percaya bahwa dia mencintaiku.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Priska, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Kembali Pulang

Restoran kecil itu kini mulai sepi. Beberapa meja sudah kosong, tinggal suara riuh dari dapur dan dentingan sendok garpu yang terdengar.

Jonathan meletakkan sendoknya dan bersandar di kursi. “Aku harus mengakui… ini di luar dugaan. Aku tidak ingat kapan terakhir kali makan di tempat seperti ini.”

Anna menyeka ujung bibirnya dengan tisu. “Saya menduga Anda akan menyerah di suapan pertama.”

Jonathan menggeleng, senyum tipis muncul. “Awalnya memang ragu. Tapi setelah mencicipinya… entah kenapa rasanya justru mengingatkan pada sesuatu yang akrab. Bukan masakan rumahku, tentu saja, tapi… ada kehangatan yang tidak ada di restoran mewah.”

Anna menatapnya sekilas sebelum kembali fokus pada piringnya. “Mungkin karena dimasak tanpa terburu-buru. Resepnya juga sudah turun-temurun.”

Jonathan mengangguk, matanya menatap ke luar jendela yang dipenuhi lampu jalan. “Menarik. Kau sering makan di sini Nona Anna?”

“Cukup sering. Kalau sedang terlalu lelah untuk masak, atau sekadar ingin suasana yang tidak formal,” jawab Anna

“Sendirian?” tanyanya, nadanya seperti pertanyaan ringan tapi matanya menunggu jawaban.

Anna tersenyum samar. “Kadang sendiri, kadang bersama teman. Pernah juga dengan keluarga.” Jawab Anna sambil tersenyum tipis. Seperti sedang mengingat momen tertentu.

Jonathan memainkan gelas minumnya, membiarkan percakapan mengalir. “Aku tidak pernah berpikir kau tipe orang yang nyaman di tempat seperti ini. Selama ini kupikir kau… selalu rapi, teratur, dan lebih cocok di tempat yang elegan.”

Anna mengangkat bahu. “Penampilan di kantor berbeda dengan kehidupan pribadi, Mr. Jonathan. Sama seperti Anda. Saya yakin di luar kantor, Anda tidak selalu duduk di kursi kulit dan memeriksa laporan.”

Jonathan tertawa pendek. “Itu benar. Meskipun… sayangnya, sebagian besar hidupku hanya untuk bekerja.”

Anna memandangnya sejenak, lalu berkata pelan, “Mungkin itu sebabnya Anda butuh tempat seperti ini sesekali. Mengingatkan bahwa dunia tidak hanya tentang kantor dan kerja saja. Cobalah dunia ini masih banyak hal untuk kau nikmati.”

“Sepertinya kau benar,” jawab Jonathan, nada suaranya lebih tenang. “Dan aku tidak menyangka pelajarannya datang darimu.”

Anna hanya tersenyum, memilih tidak menanggapi lebih jauh.

Beberapa menit berikutnya mereka membicarakan hal-hal ringan—makanan yang mereka pesan, kisah lucu dari pengalaman makan Anna di tempat lain, hingga Jonathan yang bercerita singkat tentang perjalanan dinasnya di negara lain yang berakhir dengan makanan yang “tidak bisa dikenali, bahkan sangat aneh untuk di bilang makanan ”.

Saat hidangan terakhir habis dan teh hangat tersaji, Jonathan bersandar di kursinya. “Baiklah… aku akui, malam ini pilihanmu tepat. Dan kau berhasil membuatku memakan habis semuanya… tanpa terpaksa.”

Anna tertawa kecil. “Saya harus mencatat itu. Siapa tahu suatu hari perlu membawakan Anda makan siang dari sini.”

Jonathan menggeleng sambil tersenyum. “Hati-hati. Kalau itu terjadi, aku mungkin akan terbiasa, dan kita tidak akan bisa makan di restoran mahal lagi.”

Mereka berdua tertawa pelan sebelum akhirnya bangkit. Jonathan membayar di kasir tanpa memberi kesempatan Anna menolak, lalu berjalan keluar bersama. Udara malam Amsterdam cukup dingin, tapi tidak menusuk. Jalanan di sekitar restoran masih ramai, namun langkah mereka santai.

Di dalam mobil, suasana sempat hening. Lampu jalan berganti-ganti di kaca jendela, memantulkan cahaya lembut di wajah mereka. Jonathan menyetir tanpa terburu-buru.

“Aku penasaran,” katanya tiba-tiba. “Kalau aku tidak memaksamu memilih tempat makan, kau akan langsung menolak, kan?”

Anna menoleh, lalu tersenyum tipis. “Mungkin.”

“Mengapa?” tanyanya, nada suaranya tidak menginterogasi, hanya ingin tahu.

“Karena saya pikir Anda tidak akan nyaman di tempat seperti itu. Saya tidak ingin membuat Anda… merasa salah tempat,” jawab Anna.

Jonathan mengangguk pelan. “Itu masuk akal. Tapi terkadang, keluar dari zona nyaman itu perlu. Dan malam ini… ternyata menyenangkan.”

Anna menatap jalan di depan. “Saya senang kalau begitu.”

Beberapa saat, mereka hanya diam. Mobil melaju melewati kanal yang berkilau oleh pantulan lampu kota.

“Anna,” ujar Jonathan tiba-tiba.

“Ya, Mr. Jonathan?”

“Terima kasih,” katanya singkat.

Anna mengerjap, sedikit terkejut. “Untuk… makan malam ini?”

“Untuk selalu membantu pekerjaanku, bahkan ketika aku tidak mudah dihadapi.” Nada suaranya rendah, namun tulus.

Anna menunduk sedikit, merasa pipinya menghangat. “Itu sudah bagian dari pekerjaan saya.”

Jonathan tersenyum tipis. “Tetap saja… tidak semua orang bisa melakukannya sepertimu.”

Mereka kembali terdiam, tapi bukan diam yang canggung. Hanya keheningan yang terasa… nyaman.

Mobil berhenti di depan rumah Anna. Lampu terasnya menyala, memantulkan cahaya hangat di jalan kecil itu.

Jonathan mematikan mesin dan menoleh. “Sampai di sini.”

Anna membuka pintu, lalu menatapnya. “Terima kasih untuk… malam ini, Mr. Jonathan.”

“Terima kasih untuk pilihan restorannya,” jawabnya, kali ini dengan senyum yang sedikit lebih lebar. “Dan untuk mengingatkanku bahwa makan enak tidak selalu butuh meja marmer.” Ungkap Jonathan

Anna tersenyum, mengangguk singkat, lalu melangkah turun. Sebelum menutup pintu, ia sempat melihat Jonathan masih menatap ke arahnya.

Mobil itu baru bergerak pergi ketika Anna masuk ke rumahnya, meninggalkan suara mesin yang perlahan menghilang di kejauhan—dan meninggalkan perasaan yang ia sendiri tidak bisa jelaskan.

---

Lampu teras rumah Anna sudah menyala, menebar cahaya kuning hangat ke jalan kecil di depannya. Dari balik tirai ruang tamu, Andrew berdiri bersama Isabell, pandangan mereka tertuju pada mobil hitam elegan yang baru saja berhenti.

Seorang pria turun sedikit memajukan badan ke sisi penumpang, membuka pintu dari dalam untuk Anna. Walau jaraknya cukup jauh, postur tubuhnya, cara duduknya di balik kemudi, dan kilasan wajahnya di bawah lampu jalan… membuat Andrew dan Isabell saling melirik cepat.

“Itu dia,” bisik Isabell, nyaris tak terdengar.

“Jonathan Vanderlicht?” tanya Andrew, meski nadanya lebih ke pernyataan daripada pertanyaan.

Isabell mengangguk. “Persis seperti di foto majalah bisnis itu. Dan mobilnya… Anna pernah cerita kan?”

Anna melangkah turun dari mobil. Tak ada tawa lebar, tak ada senyum manis—hanya percakapan singkat di tepi pintu mobil, lalu ia menutup pintu dengan hati-hati. Jonathan menatapnya sebentar sebelum kembali memegang setir. Mobil itu melaju perlahan meninggalkan rumah, lampu belakangnya memudar di kejauhan.

Begitu Anna masuk dan menutup pintu, Isabell sudah berdiri menunggunya di ruang tamu dengan tatapan penuh arti. “Baru pulang, sayang?”

Anna mengangguk sambil melepas sepatu. “Iya, Ma.”

Andrew yang duduk di sofa memandangnya lekat-lekat. “Itu tadi Mr. Jonathan, kan?”

Anna menoleh cepat. “Dari mana Papa tahu?”

Isabell tersenyum tipis. “Mama nggak perlu ketemu langsung untuk tahu. Dari ceritamu, dari berita… dan dari mobilnya, Mama yakin.”

Anna menghela napas, mencoba tersenyum. “Kami cuma makan malam. Tidak ada yang istimewa.”

Andrew menyandarkan punggung, nada suaranya sedikit menggoda. “Kalau tidak istimewa, kenapa wajahmu seperti habis rapat panjang?”

Anna terkekeh kecil. “Papa bisa saja.” Ia kemudian berjalan menuju kamarnya. “Aku mau istirahat dulu.”

Pintu kamar menutup, meninggalkan Andrew dan Isabell saling pandang.

Isabell berkata pelan, “Kalau memang cuma makan malam, kenapa tatapannya waktu mengantar terasa… lain?”

Andrew mengangguk tipis. “Kita lihat saja nanti.”

1
HAI ❤️
Hai para readers jangan lupa like dan bintang ⭐️⭐️⭐️⭐️⭐️
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!