Sebelas tahun lalu, seorang gadis kecil bernama Anya menyelamatkan remaja laki-laki dari kejaran penculik. Sebelum berpisah, remaja itu memberinya kalung berbentuk bintang dan janji akan bertemu lagi.
Kini, Anya tumbuh menjadi gadis cantik, ceria, dan blak-blakan yang mengelola toko roti warisan orang tuanya. Rotinya laris, pelanggannya setia, dan hidupnya sederhana tapi penuh tawa.
Sementara itu, Adrian Aurelius, CEO dingin dan misterius, telah menghabiskan bertahun-tahun mencari gadis penolongnya. Ketika akhirnya menemukan petunjuk, ia memilih menyamar menjadi pegawai toko roti itu untuk mengetahui ketulusan Anya.
Namun, bekerja di bawah gadis yang cerewet, penuh kejutan, dan selalu membuatnya kewalahan, membuat misi Adrian jadi penuh keseruan… dan perlahan, kenangan masa lalu mulai kembali.
Apakah Anya akan menyadari bahwa “pegawai barunya” adalah remaja yang pernah ia selamatkan?
---
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon inda, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 19
Waktu berjalan, dan Mommy mulai membicarakan pernikahan.
“Kita harus segera menentukan tanggal,” kata Mommy pada suatu sore saat mereka berkumpul di rumah keluarga Mahendra.
Anya canggung duduk di sofa megah itu, sementara Adrian merangkul bahunya.
“Kita tidak usah mewah-mewah, Mom,” ujar Adrian. “Aku ingin sederhana, sesuai keinginan Anya.”
Mommy tersenyum. “Tentu, tapi tetap harus ada pesta resepsi resmi. Banyak pihak yang menunggu undangan.”
Anya mengangguk pelan. Dalam hatinya ia takut tak bisa menghadapi gemerlap pesta itu. Tetapi Andara meraih tangannya diam-diam, memberi kode agar ia tenang.
“Yang penting kau bahagia,” bisik Andara.
Hari-hari berikutnya dipenuhi persiapan. Gaun, undangan, tempat, bahkan daftar tamu yang jumlahnya mencapai ribuan.
Di sela-sela itu, Anya tetap bekerja di kafe. Ia tidak ingin kehilangan jati dirinya. Adrian mendukung penuh.
“Justru itu yang membuatku jatuh cinta,” katanya. “Kamu tidak pernah berubah meski dunia mencoba menarikmu.”
Seminggu sebelum pernikahan, sebuah skandal bisnis menimpa perusahaan Adrian.
Salah satu pesaing menyebarkan dokumen palsu yang menuduh Mahendra Group melakukan manipulasi keuangan. Saham anjlok, media ramai memberitakan.
Adrian sibuk siang-malam membersihkan nama perusahaan. Ia hampir tidak tidur, wajahnya pucat.
Anya cemas. “Apa pernikahan kita harus ditunda?”
Adrian menatapnya dengan mata lelah tapi tegas. “Tidak. Justru pernikahan ini yang jadi alasan aku bertahan. Kau sumber tenagaku, Anya. Jangan biarkan dunia mengambil itu dariku.”
Anya terdiam, lalu memeluknya erat. Ia tahu, kali ini bukan hanya tentang cinta, tapi juga tentang perjuangan melawan badai besar.
----
Akhirnya, hari itu tiba. Ballroom hotel keluarga Mahendra dipenuhi bunga putih dan lilin berkilau. Anya berjalan dengan gaun sederhana namun anggun. Semua mata tertuju padanya, tapi ia hanya melihat satu: Adrian, berdiri di ujung pelaminan akad menunggunya dengan senyum penuh cinta.
Saat mereka bertatapan, semua keraguan lenyap.
Ijab kabul berlangsung khidmat. Tepuk tangan menggema ketika mereka resmi menjadi suami istri. Mommy dan Daddy menangis haru, Andara bersorak gembira.
Anya menatap Adrian, berbisik lirih, “Aku tidak percaya semua ini nyata.”
Adrian menggenggam tangannya erat. “Ini nyata, Sayang. Dan ini baru awal.”
Mereka berciuman di depan semua orang, di bawah sorak sorai dan gemerlap cahaya.
---
Malam itu, di balkon hotel setelah resepsi, Adrian dan Anya berdiri berdua. Kota berkilau di bawah mereka.
“Apakah kau bahagia?” tanya Adrian.
Anya menatap bintang, lalu tersenyum. “Bahagia sekali. Tapi aku juga takut… karena ini terlalu indah.”
Adrian meraih wajahnya, menatap penuh kesungguhan. “Kalau begitu, biar aku yang pastikan kebahagiaan ini tidak pernah hilang. Selamanya.”
Anya menutup mata, air matanya jatuh. Ia percaya. Untuk pertama kalinya, ia benar-benar percaya.
Dan malam itu, dua hati yang dulu dipisahkan kini menyatu dalam janji suci, siap menghadapi dunia bersama.
---
Balkon kamar hotel masih diterangi cahaya lampu kota. Angin malam berhembus lembut. Adrian dan Anya duduk berdampingan, masih mengenakan pakaian pengantin yang kini sedikit berantakan karena seharian digunakan.
“Akhirnya… aku bisa menarik napas lega. Kau sekarang resmi jadi istriku.” ujar Adrian sembari menyandarkan kepala di bahu Anya
“Aku pun hampir tidak percaya. Rasanya masih seperti mimpi. Tadi waktu berjalan ke altar… lututku bergetar. Kalau tidak ada tanganmu, mungkin aku jatuh.” Anya tersenyum lelah, mengusap rambut Adrian
“Kalau pun kau jatuh, aku tetap akan menjemputmu. Kau pikir aku akan biarkan istriku malu di depan ratusan tamu?”Adrian tertawa pelan
“Kau ini… selalu bisa membuat aku tenang dengan candaan.”Anya menepuk pelan dada Adrian
“Aku tidak bercanda kali ini. Aku sungguh tidak akan biarkan kau jatuh sendirian, Anya. Tidak di altar, tidak di hidupmu.” Adrian menatap wajah Anya serius
Anya terdiam. Air matanya kembali menggenang, tapi kali ini bukan karena sedih. Ia memeluk Adrian erat.
bersambung
lgian,ngpn msti tkut sm tu nnek shir....
kcuali kl ada rhsia d antara klian....🤔🤔🤔