Luka Dan Cinta Dalam Perjodohan

Zio menerima sesuatu yang disodorkan oleh Zaki. Itu adalah sebuah undangan pernikahan, seulas senyum getir tersungging diwajah tampannya kala membaca namanya tertulis sebagai tamu undangan yang berbentuk mewah itu.

Diam-diam Zaki memperhatikan ekspresi Zio lewat kaca spion. Entah kapan tuannya itu mengakhiri hubungan dengan Laura, dia sendiri juga tidak tau juga tidak mau tau privasi Zio, sebab itu bukan ranahnya. Ia hanya ingin fokus profesional bekerja dengan Zio.

Jujur saja, sebenarnya ada rasa berat hati saat Zaki menyodorkan undangan itu. Pasti perasaan Zio semakin hancur tak karuan setelah menerima undangan tersebut. Tapi, sebagai asisten pribadi Zio. Zaki harus melaporkan segala informasi apapun yang ia terima.

"Bos?" panggil Zaki lirih ketika Zio terus saja diam dan menatap kartu undangan itu

Zio tersadar dari lamunannya lalu menarik nafas panjang, namun saat ia hendak membuang kartu undangan itu tiba-tiba ada sesuatu yang menarik atensi nya.

Ya, nama pengantin pria yang berhasil menarik perhatiannya. Zio urungkan niat nya untuk membuang kartu undangan itu, ia buka dan baca dengan teliti nama dari calon suami mantan kekasih nya.

"Bangsat!" umpat Zio berteriak saat dia membaca dengan jelas nama lengkap mempelai pengantin pria yang tertulis didalam kartu undangan tersebut.

Zaki berjingkat terkejut mendengar teriakan Zio, reflek ia memutar badannya menghadap kearah Zio.

"Bos, anda baik-baik saja ?" ujar Zaki bertanya dengan hati-hati

"Katakan siapa yang mengirim undangan ini ?" Zio balik bertanya menatap Zaki penuh selidik

"Manager nona Laura sendiri yang mengantarkannya bos. Dia menitipkan undangan itu dibagian Frontline". Jawab Zaki jujur

Zio menyodorkan kasar kartu undangan itu pada Zaki. "Lihat dan baca baik-baik pengantin pria nya".

Zaki menerima kartu undangan tersebut lalu membuka nya, bola matanya kontak membulat sempurna membaca nama yang akan menjadi mempelai pengantin pria nya. Karena saat karyawan bagian resepsionis itu memberikan dia kartu undangan tersebut, Zaki hanya langsung menerima nya dan tak sempat membaca nya dulu sebab terburu-buru untuk menghadiri rapat investor mewakili Zio.

"Bagas Nalendra..." Zaki menyebut nama lengkap calon mempelai pengantin pria nya dengan lirih, dan langsung mendongak menatap Zio ingin tau ekspresi lelaki itu.

Braakkk ..

Zio menendang kursi bagian depan dengan keras. Amarah yang sudah ia redam semalaman seketika naik lagi ke ubun-ubu, tangannya mengepal erat dan rahangnya mengeras hingga urat-urat dileher nya menonjol.

"Bedebah sialan! Pengkhianat!!!" Umpat Zio, amarahnya meledak-ledak tak terkendali. Ia memukul kaca jendela mobil sampai retak. Jika saja Zaki tidak menghentikannya mungkin bukan hanya kaca yang menjadi sasarannya, tapi mobilnya pun bisa terbakar.

Siapa yang tidak marah dan sakit hati jika dirinya baru saja diputuskan dengan sang kekasih pujaan hati dan belum ada satu Minggu sudah mendapat undangan pernikahannya. Dan, yang lebih membuat amarah semakin membara adalah calon pengantin pria nya adalah Bagas Nalendra, sahabat sekaligus rekan bisnis Zio.

Bayangkan saja sehancur apa jika jadi Zio? belum lagi masalah perjodohan yang papa Kai atur. Sejujur nya, Zio enggan menerima perjodohan itu, ia sudah tidak punya tenaga lagi untuk berurusan dengan yang nama nya wanita.

Tapi, demi membuktikan pada Laura jika dirinya bisa melupakan wanita itu dan juga untuk membuktikan pada mantan kekasihnya jika wanita yang nanti akan menjadi istrinya adalah wanita yang lebih baik dari dia.

"Bos, tenangkan diri anda. Jangan ikuti kemarahan hati anda bos". Ucap Zaki mencoba menenangkan tuannya itu

"Bangsat!!" kata-kata umpatan itu terus terlontar dari bibir Zio. Perasaan nya bukan lagi sakit dan kecewa tapi hancur berkeping-keping.

Berkali-kali Zio menarik nafas dalam-dalam mencoba menetralkan emosi nya. Setelah dirasa sedikit reda, Zio kembali duduk dengan nyaman dikursi penumpang.

"Oasis Club sekarang!" perintah Zio

Zaki mengerutkan dahinya,"Anda yakin bos ?"

"Aku tidak akan mengulangi ucapan ku untuk kedua kalinya Zaki". Kata Zio dengan tegas dan penuh penekanan

Mendengar itu, Zaki tak lagi banyak bertanya. Ia segera membenarkan posisi duduknya menghadap kemudi dan segera menyalakan mesin mobilnya. Kemudian, ia mulai melajukan mobilnya menuju Oasis Club.

.

.

Setelah menempuh perjalanan 20 menit, akhirnya mobil yang dikemudikan Zaki tiba ditempat parkir VIP Club Oasis.

Zio segera turun tanpa harus menunggu Zaki membukakan pintu. Kaki jenjang nya melangkah memasuki club.

Begitu masuk, Zio langsung disuguhi deretan lampu neon yang berkelap-kelip dan musik elektronik yang berdentang keras. Suasana club yang meriah dan ramai membuatnya sejenak melupakan rasa sakit hatinya, yang seketika lenyap dalam irama musik yang menggelegar.

Zio langsung berjalan menuju meja bartender, ia menarik kursi tinggi lalu duduk disana.

"Berikan aku satu gelas wishkey". Pinta Zio pada bartender

"Baik tuan, tunggu sebentar". Sahut bartender tersebut dan mulai meracikkan minuman pesanan Zio.

Tak lama kemudian, bartender itu datang membawa pesanan Zio. "Satu gelas Wishkey untuk anda tuan". Ucapnya seraya meletakkan gelas berisi Wishkey itu dihadapan Zio.

Tanpa pikir panjang, Zio langsung menyambar gelas tersebut dan meminumnya hingga tandas.

Braakk!!!

Zio meletakkan kembali gelas itu dengan kasar diatas meja bartender."Berikan aku satu gelas lagi!"

Tak berselang lama Zaki datang, ia menyusul masuk setelah menerima panggilan telepon. Mata nya mencari-cari keberadaan Zio. Setelah menemukan pria itu, Zaki bergegas menghampiri nya.

"Bos.." panggil Zaki seraya menganggukkan kepalanya tanda hormat

Zio hanya meliriknya sekilas tanpa berminat menjawabnya.

"Bos, maafkan saya.. Tapi, bisakah saya izin pulang sekarang. Ibu saya sedang sakit". Kata Zaki

Tanpa nengatakan apapun Zio mengangkat tangannya melambaikan memberi kode pada Zaki untuk segera pulang. Melihat itu, Zaki mengulas senyum tipis dan segera pamit undur diri.

Sepeninggalan Zaki, Zio terus saja meminta wishkey pada bartender. Entah sudah berapa gelas yang ia teguk, namun nyatanya ia belum semabuk itu dan sialnya pikirannya kembali mengarah pada pengkhianatan Laura dan sahabat nya itu. Tidak.. Tidak.. Bagas Nalendra bukan lagi sahabatnya.

Jika sahabat tidak mungkin bukan, dia akan menikam Zio dari belakang.

"Aaaregghhh... Pengkhianat! Semua nya pengkhianat!" Zio mulai meracau, memaki-maki Laura dan Bagas.

Kemudian, sebuah tepukan dibahunya membuat ia menoleh pelan. Dilihatnya, sosok tinggi berdiri disampingnya seraya mengangkat sebelah alis nya.

"Hey bro, ada apa ini ? Kacau sekali penampilan mu". Ucapnya menyapa Zio

"Bas..." balas sapa Zio pada Bastian, pemilik Club tersebut juga sahabat nya dan Bagas.

Bastian menarik kursi lalu duduk disamping Zio. Pria berkulit putih berdarah blasteran itu menelisik penampilan Zio dari atas hingga bawah. Kemudian, ia menggeleng-gelengkan kepalanya seraya berdecak pelan.

"CK!CK!CK! Kenapa kau ini? Laura lagi ?"

.

.

.

Jangan lupa dukungannya! Like, vote dan komen 🌹❤️