"Sampai kapan kamu akan berlindung di ketiak mama? Kalau sikap kamu manja seperti ini mana ada laki-laki yang mau menikahi kamu. Abang tahu kamu sering dimanfaatkan oleh pacar-pacar kamu itu 'kan?"
"Abang, jangan meremehkan aku. Aku ini bukan gadis manja seperti yang kau tuduhkan. Aku akan buktikan kalau aku bisa mandiri tanpa bantuan dari kalian."
Tak terima dianggap sebagai gadis manja, Kristal keluar dari rumahnya.
Bagaimana dia melalui kehidupannya tanpa fasilitas mewahnya selama ini?
Yang baca wajib komen!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nirwana Asri, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Jangan lari
Meilani terus mencoba menghubungi Kristal. Saat dia capek menelepon, Meilani mengirim pesan untuknya.
Semalaman menangis membuat Kristal tertidur lelap. Dia bahkan malas menjawab telepon yang masuk.
Pagi itu, alarm di handphonenya berbunyi. Mau tak mau Kristal meraih handphone miliknya itu kemudian mematikannya. Tapi sebelum dia meletakkan kembali handphonenya, Kristal melihat banyak sekali panggilan masuk dari Meilani. Dia juga mengirimkan pesan. Kristal jadi penasaran apa yang membuat sahabatnya itu terlihat khawatir.
Kristal pun membuka pesan dari Meilani. Betapa terkejutnya dia saat membaca pesannya. Buru-buru dia menonton video viral dirinya yang dimaksud.
"Hiih dasar orang iseng. Mereka tidak tahu apa yang mereka kira om-om genit ini papaku," gerutu Kristal yang kesal saat membaca komen netizen yang julid.
Dia merasa gondok banyak yang mengatai dirinya di video itu. "Hai para netizen, kalian ini sok benar padahal kalian sendirilah yang munafik. Dasar gak jelas."
Pagi-pagi Kristal sudah dibuat marah saat membaca komen netizen yang sangat menyakitkan. Tapi dia tidak berniat membalasnya karena dia tahu hal itu akan sia-sia.
Kristal tak mau ambil pusing. Dia pun tak menghiraukan video saat dia menaiki mobil papanya itu.
Sementara itu Ruli berniat datang ke restoran untuk mencari tahu soal video viral yang tengah mengusik gadis yang dia cintai. Dia yakin saat itu Kristal tengah berada di depan restoran miliknya itu.
Ketika dia sampai di restoran, Ruli mencari Gilang. "Ke mana Gilang?" tanya Ruli pada salah seorang karyawannya.
"Pak Gilang sedang mengecek stok bahan baku di gudang, Pak," lapornya pada Ruli.
Kemudian Ruli menyusul Gilang. "Aku ingin bicara denganmu. Sebaiknya kamu ke ruanganku sekarang!" Perintah Ruli pada sepupunya itu. Gilang mengangguk patuh.
"Ada apa? Apakah ada sesuatu hal yang penting?" tanya Gilang setibanya di ruangan Ruli.
"Kamu sudah lihat video viral yang menampakkan wajah Kristal?" tanya Ruli memastikan.
"Aku belum membuka media sosial akhir-akhir ini. Memangnya kenapa? Apa ada masalah yang serius?" tanya Gilang penasaran.
"Sebaiknya kamu buka handphonemu."
Gilang pun menuruti perintah Ruli. Dia berselancar sejenak lalu menemukan video Kristal sedang trending di media sosial. "Ini nggak bener, kan? Aku ingat saat dia memakai baju ini. Dia baru keluar dari restoran ini. Tempatnya pun di depan restoran kita," kata Gilang menganalisis.
"Jadi apa pendapatmu?" Ruli ingin laki-laki itu berpikir agar menemukan solusinya.
"Tidak menutup kemungkinan kalau video ini diunggah oleh pegawai di restoran kita," jawabnya.
"Aku setuju denganmu. Cari tahu siapa yang telah menyebarkan video ini!" Gilang mengangguk patuh. Setelah itu dia keluar dari ruangan Ruli.
Gilang sempat mencurigai Meilani karena dia berpikir bisa saja gadis itu musuh dalam selimut bagi Kristal. Tapi Gilang tidak mau gegabah dengan menuduh orang sembarangan. Dia akan melihat CCTV di restoran pada waktu itu.
Gilang pun pergi ke ruangan keamanan. Dia memutar video rekaman CCTV di waktu Kristal keluar dari restoran. Saat itu dia mengamati bagian dalam restoran dan ketemu. Di video itu, Gilang melihat Yanti sedang memegang handphone yang diarahkan ke luar jendela di tangannya.
Gilang pun memanggil Yanti. "Meilani, suruh Yanti ke ruangan saya." Perintahnya pada gadis itu.
"Baik, Pak."
Meilani berjalan mencari keberadaan Yanti. "Yanti, kamu dipanggil sama Pak Gilang tuh. Disuruh ke ruangannya sekarang juga."
"Ah rupanya firasatku benar. Aku akan mendapatkan bonus dari Pak Gilang langsung," ucapnya penuh dengan percaya diri.
Meilani tersenyum sinis mendengar ucapan Yanti. Yanti pun masuk ke ruangan Gilang dengan bersemangat. "Bapak manggil saya?" tanya Yanti memastikan.
Gilang bangkit dari tempat duduknya. "Saya ingin kamu melihat ini." Gilang menunjukkan rekaman CCTV yang dia copy di handphonenya.
Yanti membelalakkan matanya ketika melihat dia ketahuan merekam saat-saat Kristal masuk ke dalam mobil laki-laki yang usianya jauh lebih dewasa.
"Jelaskan pada saya! Untuk apa kamu merekam Nara lalu menyebarkan videonya?"
Yanti terdiam dan menunduk. "Kamu punya mulut bukan?" Desak Gilang.
"Saya tidak melakukan hal itu, Pak," elaknya kemudian. "Saya hanya melihat keluar jendela tapi tidak merekamnya."
"Lalu untuk apa kamu memegang handphone?" Gilang masih berusaha mencari tahu kebenarannya. Dia tahu Yanti berbohong. Yanti tidak bisa menjawab. Dia memilih diam.
"Saya minta kamu mengundurkan diri." Yanti terkejut dengan keputusan Gilang.
"Tapi saya tidak melakukan kesalahan, Pak." Dia masih saja berbohong agar tidak dipecat.
Gilang tersenyum sinis. "Maling mana ada yang ngaku," ucapnya sebelum pergi dari ruangannya. Yanti tak terima. Tangannya mengepal karena menahan marah.
Setelah itu, Gilang melapor pada Ruli. "Aku sudah tahu siapa yang menyebarkan video viral itu."
"Apa salah satu pegawai kita?" tebak Ruli. Gilang mengangguk.
"Aku sudah meminta dia untuk menyerahkan surat pengunduran dirinya."
"Kerja bagus. Sekarang aku ingin menemui seseorang. Handle restoran saat aku pergi!" Ruli menyambar jasnya lalu mengambil kunci mobil. Dia harus menemui Kristal hari ini. Ruli berniat menyambangi tempat kerja gadis yang dia sukai saat itu juga.
"Kamu tidak bisa lari lagi dariku Kristal."
Ruli menjalankan mobilnya menuju ke hotel tempat Kristal bekerja sebagai seorang sekretaris.
Ketika sampai di lobi, dia meminta resepsionis untuk menyampaikan kedatangannya pada Alex.
"Apa anda sudah janjian dengan bos kami?" Tanya resepsionis tersebut. Alex mengangguk tapi sebenarnya dia berbohong agar resepsionis itu mau menuruti permintaannya.
Sesaat kemudian resepsionis itu menelepon ke ruangan sekretaris. "Ada yang ingin bertemu dengan Pak Alex," kata resepsionis itu melalui sambungan telepon antar ruangan.
"Suruh tunggu sebentar Pak Alex akan menemuinya di bawah." Kristal lupa menanyakan nama orang yang ingin bertemu dengan abangnya itu.
"Ah sudahlah, namanya juga lupa," gumamnya seorang diri.
Kristal berjalan memasuki ruangan abangnya. "Bang, ada yang ingin bertemu denganmu di bawah."
Alex masih sibuk mengetik di depan laptopnya. "Siapa?" tanya Alex tanpa melihat ke arah Kristal.
"Aku lupa menanyakan namanya."
Alex memicingkan matanya menatap ke arah Kristal sekilas lalu kembali menatap layar laptopnya. "Kamu saja yang temui dia. Aku sedang sibuk sekarang."
Kristal hanya mencibir. "Baiklah," ucapnya dengan malas."
Di lobi Ruli masih menunggu kedatangan Alex, dia ingin izin pada abang Kristal untuk mengajaknya keluar sebentar agar mereka dapat berbicara dari hati ke hati.
Namun, siapa sangka malah Kraital sendiri yang datang pada Ruli. Saat melihat garis yang dia sukai keluar wajah Ruli berbinar. Dia berjalan ke arah Kristal.
Di sisi lain Kristal terkejut ketika melihat Ruli berjalan ke arahnya. Dia cepat-cepat berputar balik untuk menghindari Ruli. Sayangnya, Ruli lebih dulu menangkap tangan Kristal.
"Kumohon jangan lari! Aku takut aku lelah mengejarmu." Ucapan itu sukses membuat Kristal menghadap Ruli.