Clara mengetahui dirinya mengandung setelah bercerai dengan suaminya Bara yang menikah dengannya di saat pria itu mengalami amnesia.Clara akhirnya melahirkan dua anak laki-laki kembar.
Di saat sedang membawa kedua bayinya jalan-jalan di taman, Clara kehilangan salah satu bayinya yang ternyata ditemukan oleh Bara, sang mantan suami. Bara yang biasanya tidak terlalu menyukai anak kecil, entah kenapa dia menyukai bayi yang ditemukannya dan memutuskan untuk mengangkatnya sebagai anak. Setelah besar, anak-anak yang dilahirkan Clara ternyata memiliki IQ tinggi.Tanpa sengaja anak-anak kembar itu bertemu di suatu tempat, karena suatu hal akhirnya mereka berdua bertukar posisi.Yang bersama Clara,tinggal dengan Bara dan begitu juga sebaliknya. Di saat sedang bertukar posisi,mereka mengetahui sebuah rahasia.
Rahasia apakah itu? apakah anak kembar itu akan berhasil mengungkapkan rahasia itu dan menyatukan kembali Clara dan Bara?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rosma Sri Dewi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
mengetahui kenyataan lagi
Clara baru saja naik ke atas tempat tidurnya setelah wanita itu selesai mandi. Sebelum tidur, wanita itu meraih ponselnya dan terlihat fokus ke layar ponsel.
Tiba-tiba, ada yang mengetuk pintu kamarnya dan dia yakin kalau itu adalah putranya Bima.
"Masuk aja, Sayang!" titah Clara dari dalam.
Benar saja ketika pintu terbuka, tampak sosok Bimo yang sudah lengkap dengan piyama tidurnya, berdiri di ambang pintu.
"Ada apa, Sayang?" tanya Clara sembari meletakkan ponselnya di atas nakas.
Bimo mengayunkan kakinya, melangkah mendekati wanita yang sangat dirindukannya selama ini. "Ma, bisa tidak malam ini aku tidur dengan Mama?" tanya Bimo dengan tatapan penuh harap.
Clara sontak mengrenyitkan keningnya, bingung dengan permintaan putranya yang lagi-lagi tidak seperti biasanya.
"Kenapa kamu tiba-tiba ingin tidur dengan Mama?" tanya Clara masih dengan alis yang bertaut.
Bimo menggaruk-garuk kepalanya yang tidak gatal sama sekali, bingung mau memberikan alasan yang masuk akal pada mamanya itu.
"Emm, malam ini seperti aku merasa ingin saja tidur dengan, Mama dan dibacakan dongeng seperti waktu kecil dulu," ucap Bimo, yang sangat yakin kalau sang mama pasti sering membacakan dongeng tidur untuk Bima, mengingat tadi Bimo menemukan banyak buku dongeng di kamar Bima
Clara sontak merasa terharu dan meraih tubuh Bimo, membawa putranya itu ke dalam pelukannya.
"Baiklah,kamu bisa tidur sini dan mama juga akan membacakan dongeng untukmu," ucap Clara setelah melerai pelukannya.
" Sekarang kamu naik ke ranjang, mama keluar dulu untuk mengambilkan buku dongengnya," Clara berucap dengan penuh semangat, dan senyum yang tidak penting memudar dari bibirnya.
Raut wajah Bimo terlihat berbinar, karena keinginannya bisa tidur sembari memeluk mamanya itu akan kesampaian.
"Emm, kamu mau Mama bacakan cerita apa, Sayang?" Clara yang sudah berdiri di pintu memutar tubuhnya dan bertanya kembali pada Bimo. Terlihat jelas kalau wanita itu sangat bahagia dengan permintaan putranya. Dia merasa kalau putranya kini sudah kembali ke sikap, sebagai mana lajimnya anak kecil. Bukan seperti biasanya yang seperti seorang figur orang dewasa yang bersembunyi di balik tubuh anak kecil.
"Cerita apa saja,Ma. Apapun yang Mama bacakan pasti Bimo suka," saking bahagianya, Clara tidak terlalu memperhatikan kalau anak yang dia kira Bima itu, menyebut namanya Bimo.
Wanita itu tetap saja melangkah menuju kamar Bima, untuk mengambil buku seperti yang diinginkan oleh anaknya itu.
Sementara itu,Bimo yang ditinggalkan sendiri, mengedarkan tatapannya segala penjuru ruangan kamar mamanya. Anak laki-laki itu dengan keingintahuan yang besar menarik sebuah laci.
Dia melihat ada tumpukan buku di dalam laci itu. Bimo meraih satu buku dan membukanya. Tanpa sengaja, ketika dia membalikkan lembaran buku itu, ada sesuatu yang terjatuh dari balik lembaran buku.
Bimo berjongkok untuk mengambil benda yang jatuh yang bisa dipastikan kalau itu adalah sebuah photo.
Di saat Bimo membalikkan lembaran photo itu, mata Bimo membulat sempurna dengan mulut yang terbuka. Bagaimana mungkin Ia tidak kaget, karena photo yang dia lihat adalah photo pernikahan Clara dengan seorang pria yang sangat familiar baginya.
"Pa-Papa Bara?" gumam Bimo dengan suara yang bergetar. "I-ini benaran Papa Bara kan?" Bimo mengucek-ngucek matanya, untuk memastikan kalau dia tidak salah lihat.
"Iya, ini benar Papa Bara. Ta-tapi bagaimana bisa? atau mereka hanya mirip saja?" batin Bimo bertanya-tanya.
"Bima, apa yang kamu lakukan, Nak?" Bimo terjengkit kaget, mendengar suara Clara yang ternyata sudah berdiri di belakangnya. Saking fokusnya menatap photo itu, Bimo sampai tidak mendengar langkah mamanya ketika masuk ke dalam kamar.
Sementara itu, kekagetan juga dirasakan oleh Clara, sampai-sampai dia tidak memiliki tenaga lagi, sehingga dua buku yang ada di tangannya terjatuh ke lantai.
"Bi-Bima, bagaimana bisa photo itu ada di tanganmu?" suara Clara terdengar bergetar dan tangannya dengan cepat merampas photo itu dari tangan sang putra.
Bimo menatap perubahan wajah mamanya yang sekarang terlihat sangat pucat seperti tidak dialiri oleh darah sama sekali.
"Apa laki-laki itu adalah papaku?" tanya Bimo dengan nada suara yang pelan namun penuh tuntutan.
Clara terdiam, tidak menjawab sama sekali. Wanita itu justru melangkah dan mengambil buku tempat photo itu ditemukan oleh Bimo. Kemudian, Clara menyelipkan kembali photo itu di lembaran buku dan memasukkan ke dalam laci.
"Ayo sekarang kita tidur! mama akan membacakan dongengnya ke kamu," alih-alih menjawab pertanyaan Bimo, Clara dengan sengaja mengalihkan pembicaraan.
"Mama belum menjawab pertanyaanku. Apa laki-laki di photo tadi adalah papaku? dan siapa namanya?" Bimo tidak beranjak sama sekali dari tempat dia berdiri.
Clara mengembuskan napasnya dengan cukup berat dan kemudian mendaratkan tubuhnya duduk di atas ranjang.
"Mama kenapa diam? apa aku tidak pantas tahu siapa Papaku sebenarnya?" lagi-lagi Bimo bersuara, dan kali ini penuh tekanan.
"Iya,dia papamu! dan nama papamu itu Bara Eduardo Prayoga," akhirnya Clara tidak bisa mengelak lagi.
Bimo tercenung untuk beberapa saat. Anak laki-laki itu bahkan sedikit tersungkur ke belakang, untungnya dia masih bisa menahan agar tubuhnya tidak terjatuh.
"Jadi selama ini aku dibesarkan oleh papa kandungku sendiri?" bisik Bimo pada dirinya sendiri.
"Bima, kamu kenapa, Sayang?" Clara menghambur ke arah Bimo yang mematung dengan mata yang berembun.
"Apa laki-laki itu meninggalkan Mama?" tanya Bimo memastikan, walaupun dia ragu dengan pertanyaannya.
Clara menghela napas dan menggelengkan kepalanya. "Papa tidak pernah meninggalkan mama. Hanya takdir yang membuat mama dan Papa harus berpisah. Saat mama menikah dengan papamu, papamu itu tidak ingat akan masa lalunya sama sekali. Mama dan papamu jatuh cinta dan memutuskan untuk menikah. Tapi, ketika usia pernikahan mama dan papa baru dua bulan, mamanya papamu datang dan meminta mama mau bercerai dengan papamu karena ternyata papamu sudah mempunyai seorang istri dan anak. Mama sudah tidak bisa berkata apa-apa lagi, Nak. Dengan berat hati terpaksa mama mau bercerai, walaupun saat itu papamu menolak bercerai dengan mama," tutur Clara dengan panjang lebar. Ingatan tentang kejadian itu kembali berkelebat di kepala Clara hingga membuat air matanya kembali menetes.
Bimo bergeming. Tenggorokannya seperti tercekat sehingga dia merasa seperti tidak sanggup untuk mengeluarkan sepatah katapun.
"Apa mungkin karena darah papa mengalir di tubuhku sehingga Papa bisa sangat menyayangiku? padahal dia tidak tahu kalau aku ini anak kandungnya," Bimo justru sibuk dengan pemikirannya sendiri.
"Maafkan, Mama, Nak! Mama sebenarnya tidak bermaksud menutupi ini darimu selama ini. Hanya saja, Mama takut kamu pergi mencari papamu, dan ketika dia tahu kalau kamu anaknya, mama takut papamu akan mengambilmu dari mama dengan menggunakan kuasanya. Mama sudah kehilangan adikmu, mama tidak mau kehilangan kamu lagi, Nak" ucap Clara yang merasa takut ketika tidak mendapati tanggapan sama sekali dari putranya itu.
"Lagian papamu sama sekali tidak tahu kalau saat kami bercerai, mama ternyata sudah mengandung kamu dan adikmu," lanjut wanita itu lagi.
Bimo masih tetap berdiri di tempat dia berdiri. Anak kecil itu masih belum menyangka kalau dirinya justru berada dekat dengan papa kandungnya. "Apa itu berarti kalau Tristan adalah kakak kandungku juga? tapi kenapa hatiku seakan menolak ya?" lagi-lagi Bimo bermonolog pada dirinya sendiri.
Diamnya Bimo membuat Clara panik. Kali ini wanita benar-benar merasa takut kalau yang dia takutkan selama ini akan terjadi.
"Bima, kenapa kamu diam saja, Nak? kamu tidak akan meninggalkan mama kan? kamu tidak akan mencari papamu itu kan?" desak Clara sembari mengguncang-guncang tubuh kecil Bimo.
Pekikan Clara sontak membuat Bimo tersadar. Anak laki-laki itu langsung memeluk mamanya dan menggeleng-gelengkan kepalanya. Anak kecil itu benar-benar terharu melihat ketakutan mamanya, yang sepertinya benar-benar takut kehilangan lagi. "Tidak, Ma. Yang Mama takutkan tidak akan pernah terjadi. Mama tenang saja!" pungkas Bimo akhirnya.
Tbc
umpatan laknat itu kasar banget