Gadis cantik bernama Adinda Putri, usianya baru 20 tahun, terpaksa harus tiba-tiba menikah karena sebuah perjodohan, ia menikah dengan laki-laki yang usianya 7 tahun lebih tua darinya.
Namun laki-laki yang ia nikahi secara resmi itu ternyata punya kekasih dan setelah menikah, suaminya pun masih menjalin hubungan dengan kekasihnya.
Akan seperti apa cerita mereka?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Maisy Asty, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Rasa kecewa Reno
"Akan aku jelaskan semuanya Ren," ujar Devan pada Reno.
"Jadi foto ini,"
"Kamu dapat foto ini darimana? Kenapa Vira bisa bersama," tak kuat rasanya untuk menanyakan hal ini pada Devan, hatinya masih tidak percaya.
"Foto ini di ambil beberapa waktu yang lalu, kamu ingat waktu Vira pergi keluar kota, Paman Restu juga pergi keluar kota dan mereka sebenarnya janjian, bahkan yang menjeput Vira juga orang suruhan Paman Restu, mereka bertemu di bandara, ini foto-foto yang di ambil oleh Reza, kamu ingat kan Reza, ia tidak sengaja bertemu dengan Paman Restu di bandara, lalu ia mengambil foto mereka secara diam-diam dan mengirimkan semalam padaku, ia tadinya mau mengirimkannya padamu langsung, namun ia tidak punya no ponsel kamu," cerita Devan pada Reno.
"Dan setelah orang-orang suruhanku menyelediki semuanya, memang benar di hari itu Paman Restu dan Vira satu pesawat, mereka naik kelas VVIP, mereka juga duduk berdampingan yang tidak habis pikir Vira terus bersandar mesra di bahu Paman Restu, Reza juga mengambil foto itu secara diam-diam," lanjut Devan, ia kembali menunjukkan sebuah foto Vira sedang berada di bangku pesawat dan ia sedang bersandar mesra di bahu Restu yang tidak lain adalah papanya Reno, sungguh sulit di percaya. Namun ini nyata, bukan mimpi di siang bolong.
"Ini bagaikan mimpi, rasanya aku tidak percaya, tapi aku melihat semua bukti terpampang nyata di ponselmu Van, haruskah aku tidak mempercayai semua ini?" Reno langsung menjatuhkan kepalanya di atas meja, ia tampak lesu, seketika hatinya juga sangat sakit.
"Kenapa harus papaku?"
"Kenapa Devan?!"
Devan termenung tidak tega rasanya melihat saudaranya ini tampak kecewa berat, ingin memeluknya untuk menguatkan Reno namun Devan tidak mau kalau pendatang restoran yang lainnya menganggap dirinya jeruk makan jeruk. Kan tidak lucu.
"Ini semua sulit aku percaya Dev, aku masih tidak habis pikir."
"Kenapa harus papa? Vira berkhianat dan itu dengan papaku."
Reno semakin frustasi dengan pikirannya, tak habis pikir wanita yang selama ini di cintai, di sayangi dengan tulus tapi malah berhianat dengan papanya sendiri.
"Ren, untuk membuktikan semua ini benar atau tidak, kita harus mencari bukti nyata!" tutur Devan, ia tahu saat ini Reno sedang tidak baik-baik saja, mungkin hatinya bagikan di sambar petir di siang bolong.
"Cari bukti nyata, Dev!!" titah Reno dengan tegas.
"Aku ingin melihat Vira dan papaku, aku ingin menyaksikannya semua secara langsung," lanjutnya dengan suara penuh amarah.
"Aku pasti akan cari tahu, nanti aku suruh orang-orang suruhanku untuk matai-matai Vira dan Paman Restu, aku yakin pasti secara diam-diam darimu pasti mereka akan diam-diam bertemu kembali," ujar Devan dengan yakin.
"Lihat saja! Aku akan buktikan semuanya," tegas Devan penuh amarah juga.
Dalam hati Devan, Vira aku tidak akan membiarkanmu hidup tenang, kamu sudah membuat Reno saudaraku sakit hati, kamu juga sudah membuat Tante Ria sakit hati, aku tidak akan membiarkanmu hidup tenang!!
"Segera hubungi aku jika sudah menemukan bukti selanjutnya!" titah Reno, biarpun hatinya sangat kecewa, namun Reno akan tetap tenang bermain cantik.
"Apa maksudmu kamu punya hubungan dengan papaku?" batin Reno dalam hatinya.
"Pasti Ren,"
"Aku pamit ya, aku masih ada urusan lain soalnya," pamit Devan dan ia beranjak dari tempat duduknya.
"Oh iya, Ren, bayar tagihannya ya! Aku lupa membawa dompet tadi buru-buru soalnya," ujar Devan sebelum berlalu pergi.
"Dasar bodoh, selalu saja seperti itu," cebik Reno kesal tapi Devan malah tersenyum mencibir.
Padahal lagi galau berat tapi Devan itu masih saja bersikap menyebalkan, namun Reno ya selalu memaklumi hal itu.
Devan langsung melajukan mobilnya entah dia mau menuju kemana lagi?
****
Jam menunjukkan pukul 12 siang, Reno sudah sampai di rumah.
Kini dia berada di dalam kamar saja sambil bengong menatap lampu yang nyala.
"Mas, makan siang dulu, sudah di tunggu mama dan papa di meja makan," dengan nada lembut Dinda berbicara pada Reno, Reno menarik nafasnya berat.
"Aku belum lapar, kamu makan saja duluan," ujar Reno dengan nada sendu.
"Baiklah," akhirnya Dinda keluar dari dalam kamar dan kembali ke meja makan.
"Kok Reno tidak ikut, nak?" tanya Ria menatap Dinda lembut.
"Katanya Mas Reno, belum lapar ma," jawab Dinda dan ia duduk di kursi sebelah Ria.
"Ya sudah nak, kamu makan duluan saja, nanti Reno kalau sudah lapar dia juga pasti makan sendiri," titah Restu dengan nada lembut dan Dinda mengangguk. "Iya papa."
Kini mereka hanya makan siang bertiga, setelah selesai makan siang, Dinda kembali ke dalam kamar.
Sesampainya di dalam kamar, Dinda hanya melihat Reno tampak murung tidak seperti biasanya.
"Mas," lirih Dinda hati-hati.
"Aku sedang tidak ingin bicara, biarkan aku sendiri dulu ya," tutur Reno cuek.
Dinda mengangguk, mungkin Reno ada masalah di kantornya atau apalah, Dinda juga tidak tahu.
Dinda yang tadi duduk di tepi ranjang, ia beranjak dan memilih duduk di sofa sambil menonton televisi.
Reno yang biasanya ketus, sinis, suka berdebat, tapi hari ini jauh berbeda dari hari-hari sebelumnya.
****
Di sisi lain Vira tampak sedang marah-marah sendiri karena dari tadi berusaha menghubungi Reno, namun lagi-lagi Reno tidak mengangkat telponnya ataupun membalas pesan dari dirinya.
"Mas Reno ini kenapa sih?"
"Kenapa dia di hubungi susah sekali.
"Pasti ini semua karena gadis tidak tahu diri itu," katanya dengan yakin.
Dengan perasaan yang penuh dengan amarah, Vira mengepalkan kedua tangannya. "Akan aku jambak dia saat bertemu nanti," batinnya dalam hati.
"Aku harus bertemu Reno sekarang, tidak aku tidak boleh bertemu dengan Reno sekarang. Apalagi dengan keadaan aku yang penuh dengan tanda merah karena ulah Heru," buru-buru Vira mengurungkan niatnya untuk bertemu dengan Reno.
Heru yang baru saja keluar dari dalam kamar mandi, ia menghampiri Vira, lalu duduk di sebelah Vira.
"Kok kamu keliatan murung, apa kurang dengan permainan tadi malam?" Goda Heru, ia memainkan jari-jarinya di wajah cantik Vira.
"Reno mengabaikanku selama beberapa hari ini, aku tidak tahu dia kenapa padaku?" lirihnya dengan nada sendu, Vira menghambur ke pelukan Heru dengan mesra.
Heru membalas pelukan Vira dengan erat.
"Sudahlah, untuk apa juga kamu terus memikirkan Reno? Lebih baik kita minum lagi, lalu kita main perang-perangan lagi," sarannya dengan nada menggoda.
Vira tersenyum kecil, ia mengangguk semangat dan seketika melupakan rasa marahnya pada Reno.
Dasar Vira, ia memang wanita tidak tahu diri, ia doyan sama siapa saja. Mungkin jika kucing atau singa mau dengannya, Vira juga tidak akan menolak, apalagi jika benda tumpulnya besar dengan senang hati Vira menyerahkan rumah keongnya untuk di nikmatinya.
Bersambung
Terimakasih para pembaca setia