Ketidaksengajaan nya bertemu seorang pria di sebuah pesta danca membuat nya terpaksa mengakui pria itu sebagai pacarnya, padahal dia tidak mengenal sama sekali pria tersebut.
Hingga dia dibuat terkejut ketika mengetahui bahwa pria yang dia sewa sebagai pacar semalamnya adalah Presdir diperusahaan tempatnya bekerja........
Aluna Agung Santoso, usia 25 tahun. Cantik. Periang. Somplak. Lucu dan ceroboh dia harus terikat hubungan dengan Presdir nya sendiri.
Alvaro Radiana Putra Zein, Pria matang berusia 30 tahun. Dia Presdir diperusahaan milik keluarga nya sendiri. Dia pria dingin tak tersentuh. Tak pernah tersenyum. Terkesan cuek dan sombong. Pertemuannya dengan seorang gadis mengubah segalanya, dia menjadi pria yang bucin tingkat dewa.
Bagaimana kah kisah mereka?
Yuk simak.
Ini sekedar hiburan jadi mohon bijak dalam menanggapi bacaan.......
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon FitrianiYuriKwon, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pacarku Presdir-20
Happy Reading 🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹
"Tanda tangani". Alvaro menyerahkan selembar kertas berisi tanda tangannya.
"Maksud Bapak?". Tanya Aluna tak mengerti.
"Kamu jiplak aja tanda tangan saya. Saya lagi banyak kerjaan gak sempat tanda tangani berkas itu". Ketus Alvaro.
"Pak yang bener aja, mana boleh". Protes Aluna.
"Boss nya siapa?". Tanya Alvaro tajam.
"Bapak". Jawab Aluna polos.
"Yang suruh siapa?". Ujar Alvaro lagi.
"Bapak". Jawab Aluna lagi.
"Ya udah kamu kerjain aja". Ketus Alvaro. Padahal dia sengaja mengerjai Aluna. Dia tahu Aluna tidak akan bisa menjiplak tanda tangannya.
Aluna mengendus kesal. Dalam hati sudah menyimpan Alvaro dengan berbagai umpatan.
"Iya Pak".
Aluna mengambil kertas dan melihat tanda tangan Alvaro. Lalu dia mengambil pulpen yang Alvaro berikan
Hanya butuh waktu sepuluh menit gadis itu sudah menyelesaikan semuanya dengan cepat
"Udah Pak". Aluna meletakkan kertas itu.
"Udah?". Ulang Alvaro setengah tak percaya. Dia mengambil kertas itu dan memeriksanya. Benar saja bahwa tanda tangan yang Aluna bubuhkan sangat mirip dengan tanda tangannya.
"Dia benar-benar jenius". Batin Alvaro menatap Aluna tak percaya
"Pak udah kan?". Tanya Aluna mulai gerah.
"Udah.... Gimana cara kamu jiplak tanda tangan saya?". Tanya Alvaro menyelidik.
"Gak gimana-gimana Pak. Cuma liat aja udahhh". Jawab Aluna ringkas "Ya udah Pak, saya mau bawa ini ke Pak Andre". Ujar Aluna mengambil berkas itu
Brakkkkkkkkkkk
Pintu ruangan Alvaro terbuka membuat Aluna dan Alvaro reflek melihat kearah pintu.
"Dicky". Ketus Alvaro.
"Al, elu harus liat ini". Dicky masuk dengan tergesa-gesa sambil membawa iPad ditangannya.
"Apa?". Alvaro melirik iPad Dicky "Gimana bisa kek gini?". Tanya Alvaro setengah tak percaya.
"Gue juga gak tahu. Semua data perusahaan elu dan guee habis diretas dan bentar lagi kita bakal bangkrut Al". Renggek Dicky mendesah. Dia belum menyadari kehadiran Aluna.
Aluna mengerutkan keningnya heran. Setahu Aluna dia sudah membuat sistem keamanan untuk perusahaan Alvaro. Jika ada yang bisa membobolnya dipastikan orang itu adalah orang yang berada diperusahaan nya. Tapi siapa?
"Elu udah cek dibagian IT?". Tanya Alvaro sedikit gusar. Bisa turun harga sahamnya jika data mereka diretas.
"Udah. Tapi gak ada yang bisa melacak dan mengambil kembali data kita". Sahut Dicky panik. Dia mencoba mengotak-atik iPad nya
"Pak boleh minta laptop?".
Sontak Alvaro dan Dicky menoleh kearah Aluna. Dicky bahkan mengangga dengan mulut terbuka lebar melihat kecantikan alami diwajah Aluna. Gadis berambut sebahu, dengan poni yang bertengger rapih dijidatnya membuat gadis itu imut dan juga menggemaskan.
"Buat apa?". Tanya Alvaro heran.
"Buat main game Pak". Jawab Aluna asal.
"Kamu mau pinjam laptop buat main game?". Tanya Alvaro tajam dan juga kesal.
Aluna menghela nafas pelan "Udah Pak, kagak usah banyak tanya. Siniin laptop Bapak". Ketus Aluna. Dicky tercenggang mendengar ucapan Aluna pada Alvaro dan herannya Alvaro tidak marah sama sekali.
"Ini". Ucap Alvaro dingin.
Aluna mengambil laptop dari tangan Alvaro. Jari munggilnya dengan cepat berlarian di stut keyboard laptop. Alvaro dan Dicky saling melihat tak percaya. Bahkan mereka melonggo melihat bagaimana cara Aluna memainkan tombol-tombol laptop itu
"Kamu tahu kata sandinya?". Tanya Alvaro tak percaya.
Aluna mengangguk "Iya Pak". Sahut Aluna masih fokus pada layar laptop didepannya tanpa melihat wajah terkejut Alvaro.
"Gimana bisa?". Tanya Alvaro lagi.
"Saya liat dari jari tangan Bapak". Ujar Aluna.
Tidak butuh waktu sepuluh menit Aluna sudah berhasil mengembalikan data perusahaan Alvaro dan Dicky.
"Liat Pak".
Alvaro dan Dicky melihat layar laptop Aluna. Mata kedua pria itu membulat sempurna saat melihat data mereka sudah ada dilaptop Alvaro.
"Gimana bisaaa?". Tanya Dicky tercenggang.
"Semua aman Pak. Data Bapak udah saya kembaliin. Bapak hati-hati seperti nya ada penyusup diperusahaan Bapak. Tapi saya udah buat sistem keamanan jadi gak bakal bisa lagi dihacker". Jelas Aluna.
"Ya udah Pak saya permisi". Aluna mellengang pergi.
Sementara Alvaro dan Dicky masih belum sadar dari keterkejutan mereka.
"****".
"Al".
Kedua nya saling melihat tak percaya pada apa yang mereka lihat. Seorang gadis ceroboh dengan penampilan biasa saja bisa memulihkan data dari sistem yang diretas.
.
.
.
.
Yura dan Mira sudah menunggu Aluna untuk makan siang. Hari ini para kekasih mereka tidak bisa makan siang bersama, karena ada beberapa tugas yang harus mereka selesai.
"Elu lama banget sihh Lun?". Gerutu Yura kesal.
"Badan guee pegel-pegel banget Yur". Seru Aluna sambil mengoyangkan tangannya.
"Elu kerja apa sihhh pake pegel segala?". Tanya Mira heran.
"Gueee tiduran, trus bantalnya tangan guee jadi pegel dehhh".
Mira mengendus kesal. Aluna benar-benar ajaib, dijam istirahat saja dia masih sempat-sempatnya tidur.
Mereka masuk ke area kantin dan memilih makanan mereka.
"Ada Pak Presdir". Bisik Yura pelan.
"Serius elu?". Tanya Mira penasaran.
"Nohhhh". Tunjuk Yura pada Alvaro, Dicky dan Andre yang tengah asyik makan di kantin.
Sementara Aluna tidak mau tahu, dia sudah memesan makan duluan. Cacing diperutnya sudah mendemo agar dikasih jatah.
"Lun, sini". Andre melambaikan tangannya. Alvaro dan Dicky ikut melihat.
"Aduhhh ngapain pake acara manggil gue segala sihh?". Batin Aluna kesal
"Lun, sekalian aja kita satu meja ama mereka. Kapan lagi coba bisa satu meja sama pacar elu?". Bisik Yura pelan sambil terkekeh melihat wajah kesal Aluna.
"Pacar elu dari Hongkong". Gerutu Aluna.
Mereka bertiga berjalan menuju meja Alvaro, Dicky dan Andre. Langsung saja menjadi pusat perhatian. Aluna sudah merasa tidak nyaman apalagi dia harus mendapat tatapan tajam dari Alvaro.
"Lun, kamu duduk didekat Pak Al aja". Suruh Andre
"Iya Pak". Aluna hanya menurut. Entah kenapa hidupnya harus sial karena bertemu dengan Presdir nya itu.
"Silahkan makan". Seru Dicky sopan pada Mira dan Yura.
"Makasih Pak". Yura dan Mira kesem-kesem malu, seperti anak perawan mau dilamar.
"Hai kenalin Dicky. Kita belum kenalan kan tadi?". Dicky mengulurkan tangannya pada Aluna.
"Aluna Pak. Maaf gak bisa balas jabat tangan Bapak, tangan saya kotor". Aluna menujukkan tangannya yang terkena saos.
"Iya gak apa-apa". Dicky menarik tangannya.
"Saya Dicky". Dicky mengulurkan tangan pada Yura dan Mira
"Yura Pak".
"Mira Pak".
Aluna makan dengan lahap tanpa peduli pada tatapan Alvaro. Dia sengaja tidak menjaga image nya didepan Alvaro dan Dicky apalagi didepan Andre supaya Alvaro tidak menyukainya dan membatalkan pertunangan mereka.
Uhuk Uhuk Uhuk Uhuk
"Pelan-pelan". Alvaro menyerahkan segelas air putih pada Aluna dan mengelus punggung gadis itu "Kamu makan kek rebutan aja?". Omel Alvaro tanpa sadar karena dia panik.
Dicky dan Andre menatap heran melihat cara Alvaro memperhatikan Aluna. Sedangkan Mira dan Yura hanya bisa mencibir kesal saja. Meski mereka tidak tahu jika Aluna dan Alvaro hanya pacaran pura-pura tapi mereka kurang suka jika Aluna bersama Alvaro.
"Makasih Pak". Aluna sedikit menggeliat agar tangan Alvaro segera turun dari punggungnya.
Bersambung.....