"Segera tangkap dia,aku tidak ingin pernikahan ini gagal!"Ucap seorang laki-laki paruh baya dengan stelan jas hitam dan sangat rapi.
"Tapi tuan saya sudah berusaha nona Sena telah kabur bersama seorang laki-laki."Ucap seorang yang seperti nya adalah pesuruh dari laki-laki berpakaian rapi tadi.
Laki-laki paruh baya itu terdiam wajah nya memerah menahan amarah yang saat ini sedang ia rasakan.
Penasaran kan sama ceritanya hehe ayo ikuti kisah-kisah selanjutnya dari novel author yang kesekian ini, semoga suka ya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nadia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 21
Zia tidak bisa menahan emosi nya dan mengambil guling yang berada di dekat nya kemudian memukul Rafael.
"Ahhh,apa yang kau lakukan!"Teriak Rafael karena merasa sakit di lengan nya.
"Itu lah hukuman untuk orang yang sudah berani membuat aku kesal."Jawab Zia yang kemudian menarik selimut nya untuk tidur.
"Jadi sekarang kau mulai berani kepada ku?"Tanya Rafael dengan nada pelan.
"Mengapa tidak? Kau yang masuk ke kamar ku,naik ke ranjang ku dan berniat jahat."Ucap Zia di dalam selimut nya.
Rafael begitu gemas mendengar suara lucu Zia yang di dalam selubungnya.
"Ziana."Lirih Rafael tiba-tiba.
"Hmm."Jawab Zia sudah mulai mengantuk.
"Boleh kah aku meminta sesuatu?"Ucap Rafael yang masih dalam posisi duduk.
Zia membuka selubung nya dan menatap Rafael sambil menaikan satu alis kebingungan.
"Apa?"Ucap Zia khawatir jika Rafael akan meminta yang tidak-tidak.
"Boleh kah aku memeluk mu?"Ucap Rafael dengan wajah yang polos.
"M-memeluku?"Ucap Zia gugup.
"Iya."Jawab Rafael singkat.
"Bo-Boleh."Jawab Zia pelan.
Mana mungkin Zia akan menolak karena itu suaminya.
"Kemari lah."Ucap Rafael yang kemudian menampilkan senyum manisnya.
"Oh,ya Tuhan senyuman yang langka, akhirnya aku bisa melihat nya."Batin Zia menatap suaminya dan kemudian beranjak mendekati Rafael dan mengatur posisi untuk berbaring.
"Good night."Ucap Rafael sambil memeluk Zia.
"Night too."Ucap Zia dengan detak jantung yang tidak karuan.
Cuph ... Sebuah ciuman dari Rafael berhasil mendarat di pucuk rambut Zia dengan lembut.
Seketika mata Zia melotot kaget karena ia tidak menyangka jika Rafael akan seormantis itu kepada nya.
"Jangan memelototi ku,dan pejam kan matamu."Ucap Rafael tiba-tiba.
"Hah? Apa kau bisa melihat ku?"Ucap Zia kaget.
"Hanya menebak."Ucap Rafael kemudian memejamkan matanya.
"Kau ini."Ucap Zia memukul pelan dada Rafael.
Namun siapa sangka Rafael akan lebih mempererat pelukannya.
Sungguh begitu romantis nya pasangan ini mereka tidur berpelukan dan terlihat saling mencintai meskipun belum saling mengungkap perasaan satu sama lain.
Jatuh cinta setelah menikah itu sangat menyenangkan.
Rafael pun akhirnya bisa tidur dengan nyenyak setelah memeluk Zia.
Keesokan harinya.
Rafael dan Zia kini tengah bersiap-siap untuk pergi kerumah sakit.
"Apa kau yakin Ingin di temani oleh ku?"Tanya Zia.
"Mengapa bertanya seperti itu?"Tanya Rafael bingung.
"Tidak ada hanya memastikan."Ucap Zia kepada Rafael.
"Yasudah ayo."Ucap Rafael mengulur kan tangan nya kepada Zia.
"Hmm,ayo!"Ucap Zia memegang tangan Rafael dan menuntun nya masuk ke dalam mobil.
Sopir pribadi Rafael pun menyalakan mesin mobil kemudian melaju dengan kecepatan sedang menuju rumah sakit.
Tidak butuh waktu lama mereka pun akhirnya tiba di rumah sakit.
Rafael dan Zia pun turun dari dalam mobil,Zia kembali menuntun Rafael untuk masuk ke dalam rumah sakit.
Di sana dokter pribadi keluarga Desmond menyambut hangat kedatangan mereka dan sudah menyiapkan ruangan khusus hanya untuk Rafael.
"Tuan muda Rafael silahkan masuk."Ucap dokter tersebut dengan sopan.
"Terima kasih."Jawab Zia sementara Rafael hanya diam saja.
Dokter tersebut pun mulai memeriksa kondisi mata Rafael ia mulai berbicara banyak tentang kondisi mata Rafael yang memang harus cepat mendapatkan donor mata,jika tidak itu akan berbahaya.
"Apakah aku tidak akan bisa melihat lagi?"Ucap Rafael kepada dokter tersebut.
"Bisa tuan muda, namun harus mendapatkan donor mata yang cocok."Ucap dokter tersebut.
"Apa kau sudah berhasil menemukan nya?"Tanya Rafael lagi.
"Maaf tuan muda,sejauh ini saya masih berusaha dan belum juga mendapatkan nya."Ucap dokter itu.
Sementara itu Zia benar-benar sedih melihat Rafael yang seperti nya cukup ingin bebas dari dunia gelap nya.
"Apa yang harus aku lakukan? Aku tidak mungkin diam saja seperti ini."Batin Zia.
Karena tidak tahan melihat Rafael yang seperti nya makin terpukul dengan Jawaban dokter Zia pun memilih keluar dari ruangan tersebut dan mulai menangis.
"Hiksss,apa yang harus aku lakukan?"Ucap Zia terduduk di luar ruangan Rafael dengan air mata yang mengalir.
"Kak Zia."Lirih Rossi yang pada saat itu sedang berjalan-jalan bersama Dani dengan kursi roda.
"Rossi apa yang kau katakan?"Ucap Dani yang tidak menyadari adanya Zia di sana.
"Kak Dani! Lihat itu kak Zia dia di sana."Ucap Rossi dengan raut wajah bahagia.
Dani pun menoleh dan melihat arah jari telunjuk Rossi.
Benar saja itu adalah Zia yang sedang menangis di depan sebuah ruangan.
"Kak ayo kita ke sana! Ayo!"Ucap Rossi mengajak Dani.
Sementara itu Dani hanya dia dengan tatapan kosong.
"Kak,ayo lah kak, mengapa kau diam saja?"Ucap Rossi kepada Dani.
Dani pun tersadar dari lamunannya,ia menatap wajah sang adik yang sepertinya sangat bahagia melihat Zia.
Dani pun tidak tega untuk tidak menuruti keinginan Rossi,ia berjalan pelan mendorong kursi roda Rossi untuk menemui Zia.
"Kak Zia."Lirih Rossi saya tiba tepat di depan Zia.
Zia mendongak melihat orang yang memanggil nya, ia buru-buru berdiri dan menghapus seluruh sisa air matanya.
"Kak, Zia aku merindukan mu."Ucap Rossi berdiri dari kursi roda nya dan memeluk Zia.
Zia membulat kan matanya kaget karena ia belum sempat berkata apa-apa dan Rossi langsung memeluk nya.
Sementara itu Dani mengalihkan pandangannya Tampa menatap Zia.
Zia membalas pelukan hangat itu dengan raut wajah yang masih ragu-ragu.
Tidak lama kemudian Rossi pun melepaskan pelukan nya dan menatap Dani dan Zia secara bergantian.
"Kak Dani! Mengapa diam saja? Kakak tidak merindukan kak Zia? Ini benar kak Zia kan?"Ucap Rossi polos yang tidak tau apa-apa.
"Ros-rossi, ini benar-benar kau? Sudah lama tidak bertemu."Lirih Zia menatap wajah pucat Rossi sambil memegang pipinya.
"Kak Zia, iya ini aku Rossi, lihat lah kak Dani yang bodoh itu dia hanya diam saat melihat mu, mungkin dia sedang syok karena merindukan mu dan lama tak bertemu."Ucap Rossi sambil tersenyum manis.
"Rossi aku,apa em aku sudah." Ucap Zia terputus.
"Zia aku merindukan mu,kau dari mana saja, lama tidak bertemu."Ucap Dani yang tiba-tiba memeluk erat Zia.
Zia kembali di buat kaget,ia tidak mengerti apa yang sebenarnya terjadi,bukan kah seharusnya Dani marah dan membenci dirinya lalu mengapa sikap Rossi terlihat seolah tidak tau apa-apa seharusnya Dani menceritakan itu kepada keluarga nya.
"Tolong bersandiwara lah."Bisik Dani ke telinga Zia.
Saat mendengar bisikan itu baru Zia mengerti jika ada sesuatu yang tidak ia ketahui tentang keluarga Dani yang sekarang.
Bersambung ....