Seorang tuan muda pewaris keluarga kaya raya yang menghilang akibat kecelakaan yang dialamainya. Dikabarkan meninggal namun keluarganya tidak percaya karena mayatnya tidak ditemukan. Dan seorang Nenek tua bersama seorang cucu perempuannya menyelamatkan sang tuan muda dalam keadaan hidup walau terluka sangat parah. Sang tuan muda hidup kembali dengan identitas baru karena ditemukan dalam ke adaan hilang ingatan dan cacat pada wajah serta kakinya. Namun naas sang tuan muda di fitnah sehingga harus menikahi cucu sang nenek. Disaat cinta kian tumbuh dihati mereka, sang tuan muda ditemukan kembali oleh orang-orang kepercayaan Keluarganya dan dibawa paksa kembali ke tengah keluarganya. Bagaimanakah kisah sang tuan muda dengan status barunya? Dan bagaimanakah nasib cucu perempuan nenek sang penolong? Akankah cinta mempertemukan mereka kembali?
Inilah kisahnya 👍
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Guspitria Kamal, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
21 Kemurkaan Tuan Agung 2
'' Aaaaa....Mas toloooooong.'' Teriak Mayang saat dua orang berbadan kekar mendorongnya masuk kedalam sebuah mobil dan melaju cepat menghilang dalam padatnya jalanan kota. Dan ponsel Mayang yang masih menyala tergelatak di pinggir trotoar jalan karena sempat terlepas dari genggaman Mayang saat tubuhnya di dorong paksa masuk ke dalam sebuah mobil tadi.
'' May..Maaaay... Mayaang! Halo May, jangan bercanda sayang.''
Danu mulai cemas saat suara minta tolong Mayang tidak terdengar lagi, yang ada hanya bunyik gemericik dan suara jangkrik yang terdengar sunyi.
'' Haloo..halooo...'' Danu langsung melompat dari tempat tindur dan berlari sekencang-kencangnya menuju pintu. Dia sudah tidak peduli dengan luka bekas operasi di pinggangnya yang sudah terlihat rembesan darah di bajunya. Dalam pikirannya sekarang adalah keselamatan Mayang dan calon anaknya.
Rasa menyesal langsung mengalir deras dalam dada Danu, jika terjadi sesuatu dengan istrinya maka dia tidak akan bisa memaafkan dirinya sendiri. Danu terlihat berlari tertatih-tatih berusaha menahan sakit yang mulai menyeruak di bagian pinggang belakangnya. Baju bagian pinggangnya benar-benar sudah basah oleh darah yang keluar dari luka bekas operasinya. Namun Danu malah tidak menghiraukannya, dia tetap berlari sekuat tenaga agar cepat sampai menyusul tempat Mayang terakhir berada.
Mata Danu langsung menangkap sebuah benda pipih yang tergeletak di atas trotoar jalan, dan benar itu adalah ponsel Mayang. Tidak jauh dari sana terlihat buah apel berserakan dari kantong plasti yang robek, serta beberapa barang belanjaan yang kemungkinan besar adalah milik Istrinya.
'' Tidak, Mayaaaang...Mayaang..hiks...hiks...Maaay dimana kamu sayaang? Oh Tuhan lindungilah istri dan anak hamba. Apa yang sudah terjadi dengan mu May hiks..hiks...'' Lutut Danu jatuh merosot ke trotoar dengan tangannya yang menggenggam erat ponsel Mayang. Bahunya bergetar hebat, kakinya mulai lemah untuk berdiri tegak, tenaganya seakan menghilang entah kemana. Danu hanya bisa terduduk dan terus menangis memanggil-manggil istrinya.
Baru saja dia merasakan kebahagian yang begitu indah bisa kembali bersama dengan istri yang sangat dicintainya, sekarang semua itu hancur seketika dengan menghilangnya Mayang akibat kelalaiannya. Hujan terlihat kembali turun, seakan membantu Danu meluruhkan kehancuran hatinya saat ini.
Tepat saat Danu mulai hilang kesadarannya entah akibat kehabisan darah atau karena kesedihan yang mendalam, sebuah mobil sedan hitam berhenti mendadak tepat di samping Danu.
'' Bos..Bos, apa yang terjadi? Oh ya tuhan darah, bagaimana bisa begitu banyak darah di bajumu Bos?'' Tanpa menunggu jawaban Danu, Beni langsung mengangkat Danu masuk ke dalam mobil dan membaringkannya di kursi belakang.
Tujuannya saat ini adalah rumah sakit, Beni takut Danu kehabisan darah akibat terlihat begitu banyak darah membasahi bajunya.
Sebenarnya Danu selalu memberi pengamanan pada Mayang tepatnya sejak Mayang mengetahui bahwa dia adalah Rangga. Namun sejak Mayang selalu bersama Danu akibat musibah penusukan oleh Viona, Danu menyuruh bodyguardnya itu untuk membantu Beni menjalankan misinya yang lain.
Di rumah utama terlihat Tuan Agung membentak keras orang suruhannya yang telah lalai menjaga Mayang, terlihat jelas kemurkaan Tuan Agung telah melebihi ambang batas. Matanya merah, nafas di dadanya terlihat turun naik, dan tangan keriputnya mengepal dengan sangat kuat.
'' Apa saja yang kalian lakukan hah, ini sudah kali kedua kita kecolongan. Saya sudah bilang jangan terlalu jauh dari target, inilah akibatnya kalau saya pekerjakan orang-orang yang tidak becus seperti kalian. Saya tidak mau tau, cari sampai dapat meski kelubang semut sekalipun. CEPAT!''
'' Baik Tuan.'' Dengan sigap tiga orang bodyguard itu langsung berjalan keluar ruang kerja Tuan Angung.
'' Bagaimana Rudi, apa ada perkembangan?'' Tuan Agung menatap tajam ke arah sekretaris Rudi yang tengah berdiri di samping meja kerja Tuan Agung. Aura panas mulai memenuhi seisi ruangan meski AC sudah berada pada suhu terendah.
'' Keberadaan Nona Mayang masih dalam pencarian Tuan, tapi------''
'' Tapi apa!'' Ucap Tuan Agung menatap Rudi dengan mata merah menyala.
'' Tapi Tuan Danu harus dilarikan ke rumah sakit Tuan. Beni baru saja mengabari saya.'' Jawab Rudi gemetar sambil membungkukan badannya.
'' Hah...'' Tuan Agung membuang kasar nafasnya.
'' Kenapa Bagas bisa tahu langkah kita Rudi?'' Ujar Tuan Agung.
'' Sepertinya Tuan Bagas mengetahui saat kita meretas data dari dokumen pribadinya Tuan.'' Jawab Rudi.
'' Dimana posisi Bagas sekarang?''
'' Sepertinya Tuan Bagas ikut mengilang Tuan, Tuan Bagas juga membawa semua berkas-berkas penting perusahaan.'' Rudi mulai takut, saat mata tajam Tuan Agung menatapnya penuh amarah.
'' Lakukan tugasmu sekarang Rudi. Seret bajingan itu hidup-hidup, aku ingin dia melihat seberapa kejam Agung Baragajasa.'' Ujar Tuan Agung penuh penekanan.
'' Baik Tuan.'' Sekretaris Rudi bergegas pergi untuk melaksanakan tugas besar dari majikannya.
Tuan Agung nampak hendak berdiri dari tempat duduknya, namun tubuhnya kembali terduduk dengan salah satu tangannya memegang dadanya. Wajah Tuan Agung terlihat meringis menahan sakit, nafasnya turun naik dengan keringat yang sudah bercucuran di wajah keriputnya.
Tok..tok...tok...
'' Kakek, apa Kakek masih di dalam?'' Tama mulai mengetuk pintu ruangan Tuan Agung saat mengetahui Kakeknya tidak kunjung keluar sejak Rudi meninggalkan rumah utama.
'' Kakek..Kakek di dalam?'' firasat Tama mulai tidak baik, karena biasanya sekali panggil Kakeknya akan langsung menjawab.
Ceklek...
Betapa kaget Tama saat melihat Kakeknya terkulai lemah tak sadarkan diri di atas kursi kerjanya. Dengan sigap Tama berlari menghampiri Tuan Agung.
'' Ya Tuhan, Kakek...Kakek..ya Tuhan bangun Kek, ada apa ini? Oh ya Tuhan , Yusuuuf..Yusuf!!! Ijaah...Ijaah!!! Tolong Kakek!!!!'' Tama berteriak histeris memanggil para pekerja di rumah utama.
Sudah 11 jam Danu tidak sadarkan diri pasca operasi kedua yang dilakukan padanya akibat lukanya kembali sobek. Dokter harus kembali mengoperasi karena luka sobekannya yang tidak teratur.
Sekarang Beni tengah tertidur pulas karena dia baru saja bisa memejamkan matanya tepat azan subuh berkomandang. Dari semalam Beni disibukan dengan terus menghubungi para anak buahnya yang telah menyebar mencari keberadaan Mayang yang sudah dapat dipastikan di culik. Hal itu terlihat dari rekaman cctv pada TKP dimana Mayang di dorong paksa memasuki sebuah mobil In*va putih.
Di atas tempat tidur rumah sakit terlihat Danu mulai membuka matanya, sesaat kemudian dia langsung bangkit dan berteriak histeris.
'' Mayaaaang.....'' Teriakan Danu langsung membuat Beni terlonjak kaget sehingga hampir jatuh dari kursi tempat dimana Beni tengah tertidur pulas.
'' Bos...Bos... tahan Bos. Tenang dulu, tenang Bos...tenang, lukamu baru saja selesai dijahit kembali.'' Ujar Beni yang langsung memeluk Danu yang terlihat sangat pucat.
'' Ben, Mayang Ben. Mayang diculik, gue ga bisa tenang Ben. Istri dan anak gue dalam bahaya, ga bisa..gue harus menyelamatkannya.'' Jawab Danu yang bahkan sudah turun dari tempat tidurnya.
'' Kita ga boleh gegabah Bos, lo harus tenang dulu. Kalo luka lo sobek lagi maka lo ga akan bisa mencari Mayang. Jadi sekarang lo tenang duduk dulu, orang-orang kita sudah menyebar. Dan tim dari Tuam Agung sepertinya juga sudah lebih dulu bergerak.''
'' Gue yakin, Mayang pasti dapat kita temukan oke.'' Beni mulai meyakinkan Danu dan Danu hanya bisa menurut saat Beni menuntunnya kembali berbaring di tempat tidurnya.
'' Bagaimana Dokter Hengki? Apa Kakek perlu kita bawa ke rumah sakit?'' Ucap tama yang sudah sangat panik karena dia sangat menghawatirkan Kakeknya itu.
'' Saya tidak yakin Tuan Agung akan mau Tuan Tama, sebaiknya semua peralatan penunjang medis kita bawa ke sini. Tuan Agung sepertinya mengalami syok berat, sehingga mengakibatkan tekanan darahnya melonjak tinggi sekali. Kita berikan Beliau tempat senyaman mungkin, kalau di rumah sakit Beliau pasti akan langsung minta di bawa pulang.'' Jelas Dokter Hengki.
'' Baiklah Dok, segera siapkan semuanya sekarang juga.'' Titah Tama dengan tatapan yang tak lepas memandang tubuh tua yang terbaring lemah di atas ranjang.
'' *Apa yang sedang Kakek sembunyikan? Aku harus mencari tau, sepertinya ada hal besar yang tidak aku ketahui*.'' Batin Tama.
'' Baik Tuan.'' Dokter Hengki pun segera menghubungi pihak rumah sakit.
Di tempat lain tepatnya disebuah vila yang jauh dari rumah-rumah penduduk, terlihat seorang wanita hamil tengah terbaring di atas tempat tidur dalam sebuah kamar yang gelap dan tertutup rapat dengan kedua tangan dan kakinya terikat.
'' Bagaimana wanita hamil itu?'' Tanya seorang pria berkemeja putih yang baru saja datang.
'' Sepertinya dia belum sadar Tuan, mungkin 20 atau 30 menit lagi.'' Jawab salah seorang penjaga yang tengah berdiri di samping pintu.
'' Usahakan sesuai rencana, segera bawa ke ruangan saya jika wanita itu sudah sadar.'' Ujar pria berkemeja putih tersebut.