Namaku Chloe Isabel dan aku ditugaskan untuk membunuh Dimitri D’Arcy.
Demi menyelamatkan hidup saudaraku, aku menyamar sebagai seorang pelayan di Kastil D’Arcy.
Dimitri D’Arcy, namanya saja membuat semua orang bergidik. Dia sosok yang misterius. Setelah dua minggu bekerja disana, suatu malam aku memiliki satu kesempatan untuk membunuhnya.
Tapi aku gagal.
Aku kira Tuan Dimitri akan membunuhku dengan cara aneh, dia melakukan sesuatu pada leherku. Aku yang bisu tiba-tiba bisa mengeluarkan sedikit erangan, membuat kita berdua terkejut.
“Kamu adalah manusia yang unik, babu kecil.”
Aku tidak mengerti apa yang dia maksud tapi sejak itu aku menjadi mainan Tuan Dimitri.
Follow Instagram: @misscapri._
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Miss Capri, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ketahuan
Aku sedang menumbuk daun herbal di dapur ketika Gladys masuk dan mengikat apron ke pinggangnya. Dia melihat keranjang cucian yang telah kosong dan mengerutkan keningnya.
“Chloe, kemana pakaian yang semalam kulihat menumpuk disini?”
“Pagi, Gladys… Aku sudah mencuci semuanya dan telah kujemur. Aku juga sudah menyapu halaman belakang.”
Daun herbal itu telah digiling halus dan aku pindahkan pada saringan, air panas yang kumasak di atas tungku juga telah matang.
“Kenapa, Chloe? Batal jadi nyonya besar ya? Katamu Dimitri mau melamarmu jadi istrinya. Kok kamu masih di dapur dengan pakaian pelayan dan mengerjakan tugas pelayan, sih…” ejek Gladys.
Aku menuangkan air panas pada gelas dan berbalik menghadap Gladys dengan senyuman.
“Kamu benar, Gladys. Aku sungguh bodoh karena berharap Tuan Dimitri mau menikah denganku. Ternyata aku hanya dipermainkan…”
Gladys tersentak mendengar perkataanku. Semakin kubilang dengan lantang, semakin terasa realitas yang menyakitkan itu.
Teh herbal yang sudah tergiling aku rendam dengan air panas, sambil menunggunya hangat, aku duduk di meja khusus untuk pelayan.
Dengan ragu, Gladys duduk di depanku, “Jadi memang benar Tuan Dimitri memberimu sebuah kamar di samping kamarnya hanya untuk mendapat akses lebih nyaman… Pria memang arogan, mereka tidak pernah bisa mengerti perasaan wanita.”
Aku mengangkat satu alis mendengar Gladys seakan membelaku.
“Kamu mau hidup sebagai wanita simpanan Tuan Dimitri selamanya?” Gladys mendekatkan wajahnya ke padaku dan berbisik, “Aku bisa menyelamatkanmu dari sini, Chloe. Aku akan membantumu.”
“Tidak mungkin, aku tidak bisa lari dari Tuan Dimitri. Aku hanya bisa menunggunya bosan padaku dan membiarkanku pergi.”
Aku menggelengkan kepalaku sedih dan tertunduk, melihat kepulan uap dari gelas teh yang ada di tanganku.
“Besok siang, kurir yang mengantar bahan-bahan keperluan rumah akan datang. Aku bisa membantumu menyelinap pergi dari kastil ini. Kamu bisa pergi ke kerajaan tetangga dan memulai hidup baru.”
Aku sedikit ragu dengan rencana Gladys, tapi aku sudah sangat ingin pergi dari sini, pergi menjauh dari Tuan Dimitri.
“Baiklah… Aku akan mencobanya,” ucapku lirih.
Gladys tersenyum dan memegang tanganku, “Ini pasti akan berhasil, Chloe. Sesudah makan siang dan begitu dapur kosong, kamu turun kesini. Aku akan menunggumu…”
Belum sempat aku mengangguk, Tuan Dimitri masuk dengan wajah kesal.
“Chloe, kenapa kamu berpakaian seperti pelayan?”
“Pagi, Tuan Dimitri.” Gladys berdiri dan menyapa, “Chloe juga berbaik hati telah mencuci semua pakaian dan menjemurnya seorang diri. Dia pasti pagi-pagi sekali sudah bangun.”
Gladys!!!
Gladys melirikku dan aku dapat melihat sedikit senyuman tersungging di wajahnya. Dengan berat, aku menoleh ke arah Tuan Dimitri. Matanya tertuju pada cangkir teh yang belum sempat kuminum.
“Kamu minum apa, Chloe? Gladys, pesankan pada koki kalau mulai sekarang makanan Chloe sama dengan makananku. Dia tidak akan makan makanan pelayan lagi.”
“Baik, Tuan Dimitri. Permisi.” Gladys memberi hormat dan berlalu keluar.
Oh, jadi sekarang karena aku mengandung anaknya, aku bisa menyantap makanan yang lebih enak?
Aku menyesap teh yang masih panas itu dan lidahku terbakar. Belum lagi rasanya yang pahit membuatku mau muntah, tapi kutahan.
“Hati-hati, Chloe. Itu masih panas… Aku tidak pernah mencium bau teh herbal ini.”
Gawat! Tuan Dimitri tidak boleh tau apa kegunaan teh ini.
Kucoba untuk meneguknya lagi, tapi masih sangat panas! Aku melirik wajahnya dan bisa kulihat dia mulai curiga.
Aku meneguk lebih banyak lagi dan Tuan Dimitri mengeluarkan geraman yang menakutkan, dalam sekejap mata, Gelas itu sudah terlempar ke dinding dan pecah berkeping-keping.
“Dimitri!!”
“Katakan dengan jujur, Chloe! Itu teh apa?”
“A-aku tidak tau. Aku melihatnya dan iseng membuatnya untuk diminum.”
“Sudah berapa lama kamu minum teh itu?”
Aku dapat melihat tuan Denis, koki utama dan Ulrich masuk ke dapur. Mereka tidak berani berkata apa-apa lalu pergi meninggalkan ruangan, tapi Dimitri mencegah mereka.
“Denis! Kemari! Coba kamu lihat itu teh apa.” Tuan Dimitri menunjuk pada cairan yang ada di lantai.
Dengan ragu, tuan Denis menunduk dan dengan satu tangan menjilat teh itu.
“Ugh! Rasanya sangat pahit, Tuan Dimitri. Siapa yang tahan minuman seperti ini?”
Koki utama pun penasaran dan mencobanya juga, “Iya, tuan ini pahit, tidak mungkin bisa diminum. Dapur kita tidak pernah ada teh yang rasanya pahit begini. Sumpah Tuan Dimitri, saya tidak mungkin membeli teh yang pahit ini.”
Semua mata tertuju padaku.
“Kamu mau jujur sekarang atau tidak?” ancamnya dengan nada tenang.
Bibirku bergetar dan kugigit. Aku mengepalkan tanganku dengan erat, “Aku tidak akan pernah bilang padamu, Dimitri.”
Tuan Dimitri ngamuk dan menepik gelas-gelas yang ada di atas meja.
“Chloe, cepat mengaku! Kalau tidak aku akan memecatmu,” kata Tuan Denis.
Aku tertawa, “Pecat saja, aku malah senang bisa keluar dari sini!”
Tuan Dimitri sudah kehilangan kesabaran dan menarik tanganku sampai aku berdiri dari kursi. Jujur, aku sangat takut padanya. Tapi aku berusaha untuk menaikkan daguku dan menatap matanya lekat.
“Apa keguguran itu adalah perbuatanmu, Chloe?” Tuan Dimitri memegang perutku, “Kamu minum berapa teguk?”
Aku hanya diam, tapi mataku menantangnya.
Tuan Dimitri menghela napas, “Untung lah bayi ini tidak apa-apa. Denis, mulai sekarang semua makanan dan minuman Chloe harus diawasi. Dia tidak boleh membuatnya sendiri.”
“B-baik, tuan,” katanya sedikit bingung dengan perlakuan Tuan Dimitri padaku.
Seperti orang kesetanan, aku menepis tangannya dan berlari ke meja dekat tungku. Masih ada sisa daun disana, dan aku hendak menelannya mentah-mentah.
Aku bahkan tidak peduli jika dalam proses menggugurkan bayi ini, aku akan mati. Ya, aku lebih baik mati bersama bayi ini!
Baru saja sisa daun pahit itu ku masukkan ke mulut, belum sempat kutelan, Tuan Dimitri mencekik leherku dan memaksa tangannya masuk ke dalam mulutku.
“Muntahkan itu sekarang juga!”
Tangannya mengambil daun itu dari mulutku dengan paksa, tenggorokanku sakit karena ditekan sehingga mataku berair.
Aku terbatuk dengan hebat, tapi Tuan Dimitri tidak berhenti sampai disitu saja. Dia menarik lenganku dan mendorong tubuh bagian depanku ke atas meja, tangan besarnya berada di atas kepalaku, menahanku disana.
“Matikan semua tanaman yang berdaun seperti ini. Semuanya yang ada di sekitar kastil! Jangan sampai aku melihat walaupun hanya batangnya saja atau aku akan menebas kepala kalian!!”
Aku dapat mendengar derap kaki mereka berlarian dengan panik ke halaman belakang. Aku meronta tapi tak berdaya dengan kekuatan Tuan Dimitri.
“Kamu ibu yang kejam, Chloe! Kamu pikir bisa membunuh anakku begitu mudahnya?”
Tuan Dimitri mengangkat rok panjangku sampai ke pinggang, aku semakin berontak saat tangannya menurunkan pakaian dalamku dan sesaat kemudian dia menusuk ke dalam.
Sakit sekali!
Tapi aku menahan jeritanku, ini bahkan lebih sakit daripada pertama kali. Tangan kanannya masih menekan kepalaku ke atas meja, tangan kirinya memegang pinggulku.
Dalam setiap hunjaman aku menyumpahinya, dengan mata terbuka aku menatap ke api yang masih membara di tungku. Sama seperti rasa benci yang membara di hatiku pada Tuan Dimitri.
“Ini hukumanmu, Chloe. Kamu tidak akan merasakan kenikmatan kali ini.”
Bagus! Aku memang tidak ingin merasakan apapun selain rasa sakit.
Dia menurunkan rok panjangku kembali setelah memenuhiku dengan maninya. Tanpa sepatah kata, dia meninggalkanku. Aku tidak bergerak dalam waktu yang lama.
***
Eden menghampiriku di kamar, aku sedang duduk merenung menatap ke luar jendela.
“Chloe, aku sudah mendengar apa yang kamu lakukan. Dan aku mengerti mengapa kamu melakukannya… Aku tidak menyalahkanmu ingin membunuh anak yang dia paksa untuk lahir dari rahimmu.”
Aku tidak ingin mendengar nenek tua yang bersekongkol dengan vampir itu. Aku muak dengan mereka berdua!
“Ini, pakailah jika kamu ingin melindungi dirimu sendiri. Aku harap kamu menggunakannya dengan bijak.”
Aku melirik benda yang Eden letakkan di atas meja. Sebuah pisau kecil berlapis perak yang kugunakan untuk membunuh Tuan Dimitri.
“Kamu masih marah padaku? Maaf, Chloe. Tapi aku hanya bertindak sesuai dengan apa yang dapat ku ramal.”
Eden menutup pintu kamarku, dan aku masih melihat pisau itu. Tanpa banyak berpikir, aku menyimpannya dalam saku.
...----------------...
...Thank you semuanya yang uda setia support...
... ♚ Mainan Tuan Dimitri ♚...
...Like, Vote, Favorit & Comment kalian sangat berarti 🤗🥺...
kiranya sehat slalu dri mu
SDH tiga kali pengulangan ku bca novel mu
kapan kah ini akan berlanjut
wahai author terkasih