Axel sedang menata hidupnya usai patah hati karena wanita yang selama ini diam-diam ia cintai menikah dengan orang lain. Ia bahkan menolak dijodohkan oleh orang tuanya dan memilih hidup sendiri di apartemen.
Namun, semuanya berubah saat ia secara tidak sengaja bertemu dengan Elsa, seorang gadis SMA yang salah paham dan menganggap dirinya hendak bunuh diri karena hutang.
Axel mulai tertarik dan menikmati kesalahpahaman itu agar bisa dekat dengan Elsa. Tapi, ia tahu perbedaan usia dan status mereka cukup jauh, belum lagi Elsa sudah memiliki kekasih. Tapi ada sesuatu dalam diri Elsa yang membuat Axel tidak bisa berpaling. Untuk pertama kalinya sejak patah hati, Axel merasakan debaran cinta lagi. Dan ia bertekad, selama janur belum melengkung, ia akan tetap mengejar cinta gadis SMA itu.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mutzaquarius, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 19
Seharian di sekolah, Axel selalu memastikan Elsa aman dari gangguan Irfan. Namun, tanpa ia sadari, justru dirinyalah yang menjadi target sebenarnya.
Saat Axel tengah bersantai di tempat biasa, beberapa teman Irfan tiba-tiba muncul. Salah satu dari mereka merangkul bahunya, menekannya dengan cukup kuat.
"Hei, tukang kebun. Dari tadi kami mencari mu. Ternyata kau sembunyi di sini," ucap pria itu dengan nada mengejek.
Axel diam sejenak, menurunkan pandangan ke tangan yang mencengkeram bahunya dengan tatapan dingin. "Singkirkan tanganmu," ucapnya tajam.
Mereka tertawa keras, seolah ucapan Axel hanyalah lelucon murahan. Namun, bukannya melepaskan, mereka justru mendorong Axel agar ikut bersama mereka.
"Ayo, ikut. Kami mempunyai kejutan untukmu," ujar salah satu dari mereka, menahan senyum sinis.
Axel tidak melawan. Ia membiarkan dirinya dibawa, namun sorot matanya mulai waspada. Langkah mereka membawanya ke sebuah area sepi di luar lingkungan sekolah, tempat yang jarang dilewati siapa pun.
Di sana, seorang pria dengan tato besar di lengannya, tengah duduk sambil menyalakan rokok. Asap mengepul pelan dari bibirnya, sebelum ia menoleh ke arah Axel.
Teman Irfan mendorong Axel ke depan, nyaris terjatuh di depan pria itu
"Ini orangnya?" tanya pria bertato itu, dengan suara berat.
"Iya. Irfan ingin kau memberinya sedikit pelajaran," jawab salah satu dari mereka.
Axel mengangkat wajahnya, menegakkan tubuh sambil tersenyum sinis. "Jadi, pengecut itu tidak mempunyai nyali dan menyuruh orang lain untuk menyelesaikan masalahnya? Menggelikan."
Ucapan itu terdengar seperti ejekan yang membuat tinju pria bertato mendarat keras di perut Axel.
BUGH!
"Ugh ..." Axel mengerang tertahan. Tubuhnya membungkuk, satu tangan refleks memegangi perut yang terasa nyeri. Namun, tatapannya tidak goyah. Ia mendongak, menatap lurus pria bertato itu, lalu perlahan kembali berdiri tegak.
"Wah, kau kuat juga, ya," seringai pria bertato itu. Ia kembali melayangkan pukulan, kali ini lebih keras dan cepat.
Namun, Axel dengan sigap menghindar ke samping dengan gerakan tidak kalah cepat, lalu membalas dengan pukulan telak ke wajah lawannya.
BUGH!
Pria bertato itu tersungkur menghantam tanah. Ia menyeka darah yang mengalir di sudut bibirnya dan mencoba bangkit, tetapi belum sempat ia berdiri tegak, Axel lebih dulu mengayunkan tendangan ke dadanya.
DUAGH!
Tubuh pria itu terlempar ke belakang, terhempas keras ke tanah. Napasnya memburu, dan matanya membelalak.
Teman-teman Irfan ternganga melihatnya. Mereka tidak menyangka pria bertato yang biasa mereka andalkan bisa dikalahkan secepat itu oleh Axel. Dan, tanpa pikir panjang, mereka berbalik dan berusaha untuk kabur.
Namun Axel tidak tinggal diam. Ia melesat mengejar dan menendang punggung salah satu dari mereka.
BRAK!
Pria itu terjerembab mencium tanah, dan mengerang kesakitan. Axel tidak memberi ampun. Ia menghajar mereka satu per satu, tanpa belas kasihan.
Namun, pria bertato itu tidak tinggal diam. Saat ada kesempatan, ia menyerang Axel dari belakang, membuat Axel tersungkur.
Dia menghampiri Axel dan memukulnya tanpa henti. Tapi, Axel berhasil membalas dengan menendang perut pria itu hingga mundur beberapa langkah.
Axel mengambil kesempatan itu untuk bangkit dan membalasnya dengan pukulan keras. Tidak hanya itu, ia juga kembali memberi pelajaran pada teman Irfan yang menyerangnya.
Dalam waktu singkat, mereka semua tersungkur, menjerit dan mengerang kesakitan di tanah yang berdebu
Axel terengah-engah menatap teman-teman Irfan, lalu, ia menoleh saat pria bertato itu lari terbirit-birit, menghilang dari pandangannya.
Ia menarik napas panjang, lalu melangkah mendekati teman-teman Irfan yang masih tergeletak. Ia jongkok perlahan, menatap tajam wajah-wajah ketakutan itu satu per satu.
"Sampaikan pada pengecut itu untuk menghadapi ku secara langsung. Dan, minta dia untuk segera membayar hutangnya," ucap Axel.
Mereka mengangguk cepat dengan wajah pucat, dan tubuh gemetar.
"Good." Axel berdiri, membalikkan badan dan mulai berjalan meninggalkan tempat itu. Namun, baru beberapa langkah, ia berhenti. Ia berbalik, menatap salah satu dari mereka dengan pandangan dingin.
"Oh, ya, Aku tidak suka, kau merangkul bahuku. Kau mengerti?"
Pria itu mengangguk cepat sebagai jawaban, bahkan ia nyaris tersedak karena gugup.
"Anak pintar." Axel tersenyum kecil dan berjalan pergi, meninggalkan mereka yang masih terkapar dengan rasa takut yang membekas dalam.
...****************...
Jam pelajaran telah usai. Siswa-siswi mulai berbondong-bondong keluar dari kelas masing-masing untuk pulang.
Begitu juga dengan Elsa. Ia berdiri di dekat gerbang sekolah, sambil sesekali melirik ke sekeliling. Tangannya meremas tali tas ransel, seolah sedang menahan rasa gelisah.
"Di mana Kak Axel? Biasanya dia sudah di sini menungguku," gumamnya pelan
Baru saja ia hendak mengeluarkan ponsel dari tas, sosok yang ia kenal muncul dari arah taman belakang sekolah. Axel berlari kecil menghampirinya, dengan rambut yang sedikit acak-acakan dan keringat membasahi pelipisnya.
"Maaf, membuatmu lama menunggu," ujarnya dengan nafas yang terengah.
Elsa mengerutkan kening. Tatapannya langsung tertuju pada luka lebam di sudut bibir Axel dan goresan merah samar di pelipisnya.
"Wajahmu …" ucapnya lirih. Tangan Elsa terangkat secara refleks, hendak menyentuh luka itu.
Namun Axel lebih cepat. Ia menangkap lembut pergelangan tangan Elsa, lalu menggeleng pelan sambil tersenyum tipis.
"Tidak apa-apa. Ayo, aku antar kau ke cafe. Jangan sampai kau terlambat bekerja."
"Tapi ... "
"Aku baik-baik saja, El." Suara Axel terdengar tenang, namun cukup tegas untuk menghentikan pertanyaan lebih lanjut.
Elsa terdiam. Sorot matanya masih menatap luka di wajah Axel dengan perasaan cemas. Ia berjalan di samping pria itu dalam diam, langkahnya terasa berat oleh pikiran yang mulai muncul di kepalanya.
"Apa yang sebenarnya terjadi? Siapa yang menyakitinya? Jangan-jangan … dia baru saja dipukuli oleh penagih utang?" batin Elsa.
Pertanyaan itu terus menggelayut dalam benaknya. Namun, ia tidak ingin memaksa Axel untuk bercerita jika belum siap. Meski begitu, hatinya mulai terusik oleh rasa khawatir yang tidak bisa ia abaikan.
Di sepanjang perjalanan, Elsa mencoba mencairkan suasana dengan memberitahu jika Kakaknya di terima bekerja di perusahaan AL'X Company. Kali ini, bukan sebagai OB, tapi, sebagai staf di divisi pemasaran.
"Wah, kakakmu hebat sekali. Aku ikut senang mendengarnya," ucap Axel.
"Ya, aku pun begitu." Elsa tiba-tiba, menatap Axel dengan ekspresi serius. "Aku yakin, suatu saat nanti, kau juga bisa seperti kak Roy. Kau hanya perlu bersabar menghadapi cobaan yang kau alami saat ini. Semangat!"
Axel menaikkan kedua alisnya. Dia tertawa pelan dan mengangguk, "baiklah, terima kasih."
Tidak membutuhkan waktu yang lama, mereka sampai di depan Cafe, tempat Elsa bekerja.
Elsa melambaikan tangan, sebelum masuk ke cafe tersebut. Sedangkan Axel, masih terdiam di tempatnya sambil tersenyum, membalas lambaian tangan Elsa.
Tapi, sedetik kemudian, raut wajahnya berubah dingin dan tajam. Seorang pria berpakaian hitam, mendekat dan membungkuk hormat.
Tanpa mengatakan apapun, Axel melewatinya begitu saja, dan masuk ke dalam mobil yang terparkir di seberang jalan.
axel martin panik bgt tkut kebongkar
hayolah ngumpet duluu sana 🤭🤣👍🙏❤🌹
bapak dan anak sebelas duabelas sangat lucu dan gemesin....