Mentari Senja, gadis desa yang berusia 18 tahun. Anak terakhit dari pasangan Jaka dan Santi. Dia merupakan salah satu gadis yang menjadi primadona di desanya. Dia mempunyai keluarga yang sederhana dan ayah yang sangat disayanginya. Mentari adalah sosok gadis yang lembut, cantik dan pendiam serta sangat menuruti permintaan sang ayah. Namun siapa sangka Mentari tiba-tiba saja dijodohkan oleh sang ayah dengan sosok lelaki yang dia tidak kenal sama sekali. Dia terpaksa harus menerima perjodohan itu demi kesembuhan sang ayah. Mengubur semua cita-citanya selama ini dan harapannya untuk melanjutkan pendidikan. Hidup dengan seorang laki-laki yang berstatus sebagai suaminya, tapi tidak pernah dianggap dan dicintai.
Chapter 3
Arumi menghampiri adiknya yang sedang bersedih itu. Dia menatap punggung Mentari yang bergetar karena menahan tangisannya agar tidak bersuara.
“Tari” ucap Arumi,, dia mengusap lembut kedua bahu Mentari.
“Teh” ucap Mentari, dia langsung memeluk Arumi dan menangis didalam pelukan sang kakak.
“Kamu nangis aja,, teteh akan ada disini untuk kamu” ucap Arumi lembut.
Dia berusaha menahan air matanya agar tak ikut jatuh membasahi pipinya.
“Maafin Tari ya teh kalau selama ini selalu merepotkan teteh” ucap Mentari diantara isak tangisnya.
“Tari nggak pernah ngerepotin teteh,, jadi kamu nggak perlu ngomong seperti itu” ucap Arumi lembut.
Mentari menatap Arumi dalam,, lalu ia tersenyum manis.
“Kamu jaga diri disana ya,, ingat disini masih ada ayah dan juga teteh” ucap Arumi,, yang langsung dianggukan oleh Mentari.
“Udah kamu jangan sedih lagi,, teteh yakin kamu kuat” lanjut Arumi sambil menghapus air mata Mentari.
.
Kini Willie dan Mentari sudah berada di dalam kamar gadis itu.
Suasana canggung menerpa dua remaja yang baru saja berubah status menjadi sepasang suami istri dan akan menempuh bahtera rumah tangga.
“Eh Mentari..” ucap Willie sinis pada Mentari.
“Iya kak kenapa?” tanya Mentari lembut.
“Jangan lu fikir gua menerima pernikahan ini ya,, gua nggak suka punya istri gadis kampung kayak lu ini” ketus Willie.
“Aku sadar diri kak,, tapi aku berharap kita bisa mempertahakan pernikahan ini sampai akhir hayat” ucap Mentari dewasa menyikapinya.
Willie tersenyum sinis. “ Gua udah punya cewek. Masih yakin lu mau mempertahani pernikahan ini?” ketus Wiilie.
Mentari langsung tertohok dengan pernyataan yang baru saja disampaikan oleh suaminya itu. Entah apa yang terjadi pada dirinya saat ini,, ia dipaksa menikah dengan cowok itu, berpisah dengan keluarganya dan sekarang harus mendapatkan sebuah fakta baru.
Tapi tidak apa,, Mentari tidak akan mundur. Kita akan lihat saja nanti bagaimana perjalanan rumah tangganya ini.
“Iya kak,, mau kakak punya cewek atau pun nggak itu urusan kak. Aku nggak peduli kak” ucap Mentari santai sambil menatap Willie dalam.
Willie langsung saja menyeringai mendengar ucapan gadis itu,, dia merebahkan dirinya di atas kasur gadis itu.
Ketika Mentari hendak naik keatas kasur Willie langsung saja terkejut.
“Lu mau ngapain?” tanya Willie ketus.
“Ya Tari mau tidur lah kak” ucap Mentari santai.
“Nggak,, lu tidur dikursi itu. Gua nggak mau satu tempat tidur sama lu” ucap Willie,, dia melempar satu bantal pada Mentari.
“Tapi kak..” ucap Mentari.
“Kasur lu ini aja kecil,, mau tidur berdua. Gua juga ogah satu kasur sama lu” ucap Willie ketus,, dia langsung saja merebahkan kembali tubuhnya tanpa memperdulikan Mentari.
‘Sabar Tari’ batin Mentari menarik nafasnya dalam.
.
.
Keesokan hari nya kini Willie, keluarganya dan juga Mentari bersiap-siap untuk balik ke Jakarta.
“Sayang kamu nggak usah bawa baju banyak-banyak” ucap Inggrit lembut.
“Karena mama udah siapin baju kamu disana” lanjut Inggrit.
“Iya ma” jawab Inggrit singkat dengan tersenyum.
Setelah selesai untuk siap-siap,, mereka semua berpamitan pada Jaka dan juga keluarganya.
“Ayah Tari pamit dulu ya,, ayah jaga kesehatan disini” ucap Mentari pada ayahnya.
“Ayah jangan lupa makan dan minum obatnya” lanjut Mentari.
Mentari berusaha untuk tidak menangis di depan ayahnya,, karena ia tidak ingin sang ayah ikutan bersedih.
“Iya sayang,, ayah akan minum obat dan juga makan” ucap Jaka tersenyum.
“Kamu jaga diri disana ya,, dan jangan lupa pesan ayah” ucap Jaka,, dia mencium puncak kepala putri kecilnya itu.
Mentari langsung saja memeluk tubuh sang ayah dengan sangat erat.
Kemudian dia juga berpamitan pada kakaknya dan abang iparnya.
“Teh, Aa Tari titip ayah ya,, kalau terjadi sesuatu sama ayah hubungi Tari” ucap Tari pada Arumi dan Andre.
“Iya Tari,, teteh aku selalu jaga ayah disini” ucap Arumi tersenyum.
“Tom titip putri ku ya” ucap Jaka pada Tomi.
“Putri mu sekarang juga sudah menjadi putri ku juga Jak” ucap Tomi tersenyum.
“Nak Willie jangain putri ayah ya,, jangan buat dia menangis” ucap Jaka pada Willie.
Willie tidak menjawabnya,, dia hanya mengangguk saja sambil tersenyum.
Mereka semua langsung saja masuk ke dalam mobil,, mobil yang dikendarai oleh Willie melesat dari halaman rumah Mentari.
“Tari kalau kamu capek kamu bisa tidur aja ya sayang” ucap Inggrit pada Mentari.
“Iya ma” ucap Mentari singkat.
.
Cukup panjang dan lama perjalanan dari rumah Mentari ke rumah Willie,, dan kini mereka semua sudah sampai disebuah rumah yang sangat besar dan megah.
“Sayang yuk kita turun” ucap Inggrit pada Mentari.
Mentari dibuat melongo dengan kemegahan rumah yang dimiliki oleh mertuanya itu. Seumur hidup dia tidak pernah bermimpi akan bisa tinggal dirumah bak istana seperti ini.
“Nggak usah kayak orang kampungan banget lu” sindir Willie pada Mentari.
Membuat Mentari langsung sadar dengan sikapnya itu,, dia merasa malu karena Willie memergoki dirinya yang terkagum dengan rumah itu.
“Pak tolong barang-barang diatas mobil dibawa masuk semuanya ya” ucap Tomi pada satpam rumahnya.
“Ayuk sayang kita masuk,, kamu jangan malu-malu gitu. Sekarang ini juga udah menjadi rumah kamu” ucap Inggrit,, dia mengelus puncak kepala Mentari lembut.
Mentari hanya mengangguk saja dengan senyuman manis di wajahnya.
Mereka semua masuk ke dalam rumah itu dan duduk di ruang keluarga.
“Will mulai sekarang kamu ada teman tidurnya” ucap Inggrit pada putranya.
“Maksud mama?” tanya Willie bingung.
“Kamu kan udah nikah sama Mentari,, jadi ya mulai hari ini Mentari tidur dikamar kamu” ucap Inggrit dengan senyuman manisnya.
Willie langsung saja terkejut,, dia melupakan akan hal itu. Pasti dirumah nya ini mama dan papanya akan mengawasi dirinya dan juga Mentari.
“Owh itu,, iya dong ma” ucap Willie santai,, namun dia menatap Menteri datar.
“Yasudah kamu antar Tari ke kamar,, pasti dia ingin istirahat dan merasa lelah” ucap Tomi pada Willie.
“Yuk” ajak Willie pada Mentari.
Dia berjalan begitu saja tanpa menunggu Mentari terlebih dahulu,, dan Mentari mengikuti dirinya dari belakang.
Tomi merasa geram dengan tingkah putranya itu,, yang acuh saja dengan istirnya.
“Mama lihat itu sikap anak kamu,, udah tau Tari itu istrinya tapi sikapnya seperti itu” ucap Tomi pada Inggrit.
“Maklum aja lah pa,, kan mereka belum kenal satu sama lain lebih dalam” ucap Inggrit lembut pada suaminya.
.
Sedangkan kini Willie dan Mentari yang sudah sampai di kamar cowok itu langsung saja masuk ke dalam. Mentari kembali dibuat kagum dengan nuansa kamar cowok itu, tidak hanya besar dan luas namun Willie sangat pandai dalam memilih dekor kamarnya.
“Gua tau kamar gua ini empat kali lebih luas dari kamar lu,, tapi bisa nggak wajah lu itu biasa aja” ucap Willie ketus.
“Iya kak,, maaf” ucap Mentari menundukkan kepalanya.
“Ya udah sana lu masukin baju-baju kampung lu ini ke lemari itu” ucap Willie ketus,, dia langsung saja merebahkan tubuhnya diatas kasur empuk kamarnya.
Mentari hanya diam saja,, dia menatap suaminya itu sekilas lalu menyusun semua bajunya di dalam lemari yang ditunjuk oleh Willie.
Saat membuka lemari tersebut Mentari merasa heran karena melihat sudah banyak baju wanita yang tersusun di dalam.
“Kak..” panggil Mentari pada Willie,, dan tak mendapat tanggapan.
“Kak Willie” ucap Mentari lagi.
Willie mengerjapkan matanya,, dia menatap Mentari dengan kesal. “Apa?”
“Ini semua baju-baju siapa kak?” tanya Mentari menunjuk kearah tumpukan baju perempuan.
Willie dibuat mendelik,, dirinya langsung duduk dan menatap kearah lemari itu, dia terkejut dengan semua isi baju itu.
‘Ini pasti ulah mama’ batin Willie kesal.
“Nggak tau gua,, baju lu dari mama mungkin” ucap Willie santai.
“Sebanyak ini kak?” tanya Mentari masih dengan wajah bingungnya.
“Banyak tanya lu ni,, tinggal pake aja ribet banget lu” ucap Willie ketus.
‘Dasar cowok tengil’ batin Mentari menatap kesal ke arah Willie.
“Kenapa lu lihatin gua kayak gitu?” tanya Willie ketus.
“Nggak papa kak” ucap Mentari,, dia langsung saja memasukan baju-bajunya kedalam lemari itu.
“Ganggu gua aja lu” gumam Willie,, lalu dia berlalu masuk ke dalam kamar mandi.
“Ganteng sih,, tapi ngeselin” gumam Mentari melihat Willie telah masuk kedalam kamar mandi.
“Bodo amatlah.”
.
Willie selesai mandi,, dia menatap datar ke arah Mentari yang sedang duduk diatas kasur.
“Sana lu mandi,, ngapain lihatin gua. Awas ya kalau lu suka sama gua” ucap Willie ketus.
“Ihh PD banget kakak” ucap Mentari pelan,, dia langsung saja masuk ke dalam kamar mandi sebelum Willie ngamuk.
Willie menatap tajam istrinya itu. “Buat gua emosi aja tu anak” gumam Willie.
Dia bersiap-siap dan memakai jaketnya berjalan ke luar kamarnya. Saat berjalan menuju pintu rumahnya ternyata ada mamanya yang lagi duduk diruang keluarga.
“Mau kemana kamu?” Inggrit meletakkan majalahnya.
“Eh ma” ucap Willie gugup.
“Mau kemana kamu malam-malam gini?” tanya Inggrit,, membuat Willie merasa takut.
Dia bingung mau mencari alasan apa kali ini untuk bisa nongkrong dengan teman-temannya,, apalagi saat ini dia sudah memiliki istri.
“Em.. itu ma,, Willie ada urusan sebentar” ucap Willie tersenyum kikuk.
“Urusan apa?” tanya Inggrit ketus.
“Em.. urusan pekerjaan model ma” Willie tersenyum manis.
“Yaudah ma,, Willie pergi dulu sebentar ya. Takut kemaleman nanti pulangnya juga jadi kemalaman juga” Willie bersalaman dengan mamanya.
Dia langsung saja berjalan cepat keluar sebelum sang mama bertanya lagi.
Bersambung…