Elsheva selalu percaya keluarga adalah tempat paling aman.
Sampai malam itu, ketika ia menjadi saksi perselingkuhan terbesar ayahnya—dan tak seorang pun berdiri di pihaknya.
Pacar yang diharapkan jadi sandaran justru menusuk dari belakang.
Sahabat ikut mengkhianati.
Di tengah hidup yang runtuh, hadir seorang pria dewasa, anggota dewan berwajah karismatik, bersuara menenangkan… dan sudah beristri.
Janji perlindungan darinya berubah jadi ikatan yang tak pernah Elsheva bayangkan—nikah siri dalam bayang-bayang kekuasaan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yazh, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Konsep halal
.
.
.
Sebelum bertemu dengan Heksa, Els sempat menimbang jalan terakhir yang bisa dikatakan konyol. Kabur tanpa tujuan, tidak punya uang, lalu bertemu pria botak mesum yang sialnya ia terjebak tanggung jawab, lengkap sudah alasan untuk mengakhiri hidupnya. Ia ingin menghilang dari kehidupan yang sudah sangat mengecewakannya.
Sama sekali tidak menyangka kalau niatnya tersebut justru akan berakhir seperti ini, menyeretnya masuk kedalam kehidupan mewah seorang Heksa Sulivan.
Heksa menatap gadis itu lama, lalu tanpa banyak kata ia merogoh dompet dan memberikan satu black card miliknya di pangkuan Els.
“Itu unlimited, beli semua kebutuhan kamu, apapun yang kamu perlukan, pastikan yang high class. Lakukan threatment seluruh badan tanpa ada yang terlewat. Gwen akan mengurus kuliahmu, mungkin dua atau tiga hari lagi kamu sudah bisa berkuliah di sini.”
Els terperangah menatap kartu itu. Namun, yang membuat jantungnya hampir berhenti berdetak bukanlah kartunya, melainkan kalimat Heksa berikutnya.
“Mulai hari ini kamu bisa tinggal di appartemen saya, saya jarang menempatinya karena tinggal di rumah bersama istri.”
Elsheva mengangkat wajah, kedua alisnya menyatu. “Sebentar, sebentar.. Anda punya istri??” sela Els seraya memicingkan matanya. Sementara Heksa menyandarkan tubuhnya, terlihat tenang.
“Iyaa, tadi saya di pengadilan untuk menghadiri sidang perceraian dengan istri saya. Tapi sidang itu berakhir dengan mediasi. Dia tidak bisa melayani saya sebagai istri itulah kenapa saya butuh kamu,” jawab Heksa enteng.
Els terdiam, benar-benar tidak tahu harus merespon seperti apa. Hanya jantungnya yang mendadak berdegub tak karuan. “Lalu pekerjaanku apa?” tanya Els masih belum mengerti, dengan polosnya ia mengira kalau Heksa itu pria lajang. Sepertinya Els kurang jauh mainnya selama ini, hidupnya hanya berkutat di sekitar tumpukan buku kedokteran, lab dan perpustakaan. Waktu untuk berpacaran saja ia batasi hanya ketika weekend.
Mata Heksa menatap lurus, tanpa basa basi ia menjawab. “Menjadi wanitaku. Merawat tubuhmu, belajar memuaskanku, dan menemaniku saat aku membutuhkan. Sebagai gantinya, aku akan memberimu hidup yang tidak pernah kamu bayangkan.”
Els sempat tercengang, kata-kata itu menghantamnya. Separuh hatinya ingin lari, tapi di sudut lain hatinya yang sudah penuh luka, nyaris tak mau ambil pusing. Sekarang sudah ada yang bisa menjamin kehidupannya, tidak mungkin ia sia-sia kan, meski harus mengorbankan harga dirinya. Daripada ia harus luntang-lantung tidak jelas di jalanan dan berakhir mengenaskan nantinya.
Anggap saja ini bentuk pertolongan yang disiapkan untuk Els.
“Kalau, kalau sampai ketahuan istri pak Heksa gimana?” tanya Els sangsi.
“Aku nggak mau yaa nanti diviralin terus muka aku muncul di mana-mana dengan julukan pelakor, ani-ani dan lain sebagainya, udah cukup aku banting harga diri aku di depan pak Heksa. Biar pak Heksa aja yang tau gimana jeleknya aku.” celoteh Els lagi panjang lebar. Ia banyak mendengar kasus wanita simpanan yang dilabrak dan dipermalukan oleh istri sah, dan dia sendiri masih amatiran dalam hal seperti ini.
Sejauh ini Els hanya mendengar kata wanita pelakor atau ani-ani, simpanan dan sejenisnya itu di linimasa media sosial. Sekarang ia sendiri harus berperan seperti itu, secara tidak langsung dia tidak berbeda jauh dengan wanita penggoda ayahnya juga sahabat yang mengkhianatinya. Wah! Kejutan apa lagi yang sedang semesta siapkan untuk Elsheva?
Heksa terkekeh pelan, bagaimana bisa, dari puluhan deretan nama selebgram cantik yang siap menjadi wanitanya justru ia menjatuhkan pilihannya pada Els. Mahasiswa gen z dengan sejuta kerandomannya. Bukannya terpuaskan, sepertinya Heksa akan kewalahan menghadapi tingkahnya.
“Tenang saja, selama kamu menurut. Kamu akan aman.”
“Kalau gitu aku boleh minta untuk menutup semua informasi tentangku? Agar orang-orang yang mencariku nggak bisa mengerti keberadaanku sekarang?”
“Itu gampang, akan saya atur semuanya.” tampaknya Heksa sudah mempersiapkan semuanya dengan matang. Keinginan untuk terpuaskan membuat ia bisa melakukan banyak hal gila. Termasuk menjerat Elsheva.
Els menarik napas panjang, lalu menghembuskannya pelan. “Okay, satu lagi. Kita harus menikah, walaupun siri. Aku hanya ingin melaksanakan tugas berdosa itu dalam konteks halal. Tidak perlu pengakuan hukum, asal sah aja menurut agama,” kata Els. Sisa-sisa akal sehatnya masih berfungsi dan mampu berpikir jernih untuk hal itu.
Bagaimana pun juga sebelum ini Els berpacaran dengan sangat sehat, kebetulan ia mahasiswi kedokteran juga jadi pasti tahu konsekuensi apa yang akan ditanggung kalau sembarangan berhubungan badan. Tidak bisa mengelak ia pun tahu bagaimana konsekuensi secara agama.
Gwen yang sudah berada di balik kemudi menengok sekilas ke arah belakang, ikut menunggu jawaban dari atasannya tersebut.
“Baiklah, Gwen... Urus semuanya yaa?” Heksa menyetujuinya, dari awal ia tahu Elsheva bukanlah wanita murahan, yang akan dengan suka rela menjajakan tubuh padanya, jadi ia juga tidak ingin memperlakukannya secara rendah.
“Baik pak,” sahut Gwen tegas, dia adalah assisten pribadi yang merangkap sebagai penolong serba bisa untuk Heksa.
“Sekarang kamu antar saya ke kantor, lalu bawa Elsheva untuk threatment dan membeli segala kebutuhannya. Dan, bawa dia pulang ke appartemen ya?” lanjut Heksa.
“Baik pak,” Gwen menunduk patuh. Els sampai heran wanita itu nyaris tanpa ekspresi, selalu patuh melakukan semua perintah atasannya tanpa banyak membantah dan bertanya.
Gwen akan membawa Els untuk melalui hari yang paling melelahkan sekaligus membingungkan baginya. Mulai dari melakukan perawatan sebadan-badan, di sebuah salon kecantikan mahal. Spa, pijat, hair threatment, sampai kuku-kukunya juga dipoles hingga berkilau. Semua dilakukan oleh tenaga professional yang cekatan.
Els sampai tidak sempat menikmati semua pelayanan kelas atasnya karena sibuk untuk kaget. Berikutnya, Gwen menyeret langkah Els untuk mengelilingi mall, membeli semua yang gadis itu butuhkan.
Mulai dari semua kebutuhan pribadi, skincare, bodycare, haircare, perlengkapan kuliahnya, make up, dan aksesoris. Part akhir adalah ketika masuk ke butik, Els mulai kikuk di sana. Tumpukan gaun elegan, setelan rapi, sampai lingerie sutra terpampang di depannya. Gwen dengan tenang mencomot beberapa potong lingerie tipis warna hitam dan merah, sesuai request Heksa lalu menyerahkannya ke kasir tanpa banyak tanya.
Els tercekat. “Ka… Kak Gwen, itu… aku…”
“Pak Heksa yang minta.” Jawab Gwen datar, seakan tahu apa yang ada dalam pikiran Els. Dalam hatinya bertanya, ‘apa antara dia dan bosnya selalu blak-blakan seperti itu?’
Pipi Els memanas. Jantungnya berdegup kacau. Entah malu, entah marah, atau… takut. Lepas dari segala kerusuhan hari itu, Els masih memikirkan apa yang akan Heksa lakukan padanya malam nanti?
Ah! Membayangkan saja Els tidak sanggup. Berani sekali dia yang tidak punya skill dan pengalaman dalam dunia dewasa itu menerima tawaran konyol Heksa Sulivan.
.
.
.
semangat kakak 🤗🤗