*** Menjadi pemuas nafsu suami sendiri tetapi mendapat bayaran yang sangat besar. Itulah yang keseharian dilakukan Jesica Lie dan suaminya yang bernama Gavin Alexander. Status pernikahan yang di sembunyikan oleh Gavin, membuat Gavin lebih mudah menaklukan hati wanita manapun yang dia mau sampai tak sadar, jika dirinya sudah menyakiti hati istrinya sendiri.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon gustikhafida, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 3
"Bohong apa? Tante tidak tahu apa yang kamu ucapkan, Jes? Dan kenapa kamu masih di sini? Bukankah, Tante sudah minta kamu pergi dari sini dan ibumu biar menjadi urusan Tante." ucap Raisa yang berusaha membela diri.
"Aku sudah dengar semuanya dan aku sangat kecewa denganmu." teriak Jesica.
"Mulai besok, aku tidak akan mengirim uang lagi. Biar aku sendiri yang membayar semua pengobatan ibuku."
"Tidak bisa, Jesica! Kamu harus kirim semua uangmu ke Tante!" ucap Raisa lalu mencengkram tangan Jesica. "Selama ibumu sakit, Tante yang merawatmu. Dan Tante mau, kamu membalas semuanya dengan uang! Tante capek bekerja dan Tante mau, kamu kirim uang setiap hari."
"Aku tidak mau, Tan!" tolak Jesica.
"Aku juga capek bekerja, Tan!" ucap Jesica lagi.
"Haha … capek bekerja? Apa Tante tidak salah dengar? Kamu capek kerja darimana, ha? Selama ini, kamu selalu minta uang ke pacarmu dan kamu bilang, kamu capek bekerja!" teriak Raisa dengan amarah yang menggebu.
Jesica terdiam, dia memutar tubuhnya dan pergi dari hadapan Tante nya.
'Batinku lelah!' gumamnya dalam hati.
Raisa menatap kepergian Jesica, dan tak sengaja matanya melihat selembar kertas kecil yang terjatuh dari tas Jesica.
"Gavin Alexander, pemilik perusahaan TENAR JAYA." gumam Raisa.
"Bukankah, perusahaan ini perusahaan besar dan sukses. Apa jangan-jangan, pacar Jesica adalah Gavin Alexander? Aku harus memastikannya. Dan aku harus mengambil keuntungan." ucap Raisa lagi.
"Aku akan buktikan kepadamu, Jesica. Walaupun kamu tidak mau memberiku uang lagi, tapi aku bisa mendapatkan uang dari pacarmu."
Sedangkan di sisi lain.
Gavin baru saja menyelesaikan meeting klien pertamanya di hari ini.
"Jam berapa jadwal meeting selanjutanya? Waktuku tidak banyak." tanya Gavin kepada sekertarisnya.
"Satu jam lagi, Tuan." jawab sekertaris yang memberikan dokumen meeting selanjutnya.
"Okeh." ucap Gavin membuka dan membaca dokumen yang akan di bahas sewaktu meeting nanti.
Sekertaris Gavin bergegas keluar ruangan meninggalkan Gavin seorang diri.
Tok … Tok ….
Suara ketukan pintu membuat Gavin meletakkan dokumen yang sedang dia baca di atas meja.
"Masuk!" teriaknya.
Seseorang pria masuk kedalam ruangan Gavin.
Gavin menatap malas pria yang baru saja masuk kedalam ruangannya.
"Hai, teman! Kedatanganku kesini karena aku ingin mengajakmu bersenang-senang."
"Aku tidak bisa." jawab Gavin.
"Ayolah! Masa kau tega menolak ajakan sahabatmu sendiri."
"Aku sedang sibuk, Boy! Ajak temanmu yang lain." jawab Gavin.
Boy, pria tampan dan ceria. Hobinya hanya bersenang-senang.
"Aku akan memberimu banyak wanita." bujuk Boy menaik turunkan alisnya.
Mendengar kata 'wanita' tiba-tiba Gavin teringat dengan Jesica.
"Sudah lama kita tidak bersenang-senang, Gav!" ajak Boy.
Gavin mengambil ponselnya. 'Tidak ada pesan masuk dari dia. Apa dia masih sibuk mengurus ibunya yang koma?' gumamnya dalam hati.
"Apa yang kamu pikirkan, Gav?" tanya Boy.
Tok … Tok ….
Gavin menatap pintu ruangan.
Sekertaris Gavin masuk kedalam ruangan. "Maaf, Tuan. Ada seseorang yang mencari Tuan, dia bilang ini sangat penting." ucapnya.
"Siapa?" tanya Boy. "Perempuan atau laki-laki?" tanyanya lagi.
"Sepenting apakah?" tanya Gavin.
"Dia bilang, ini menyangkut wanita yang bernama Jesica Lie." jawab sekertaris membuat Boy menautkan kedua alisnya.
Gavin terkejut, dia menatap Boy di sampingnya.
"Keluarlah, Boy!" ucap Gavin.
"A-aku? Kamu tega mengusirku, Gavin?" tanya Boy. "Kita sudah sahabatan lama sekali dan kamu masih tidak mau terbuka denganku?"
"Pergilah! Aku akan menjelaskan semuanya setelah aku menemui tamu itu." ucap Gavin yang meyakinkan.
"Kamu tidak berbohong, kan?"
Gavin menatap dingin sahabatnya.
Melihat tatapan yang menyeramkan itu, Boy langsung keluar dari ruangan sahabatnya.
Setelah berada di luar ruangan, Boy melihat wanita dewasa yang sedang berdiri di depan ruangan.
'Apa mata Gavin bermasalah? Kenapa dia mencari wanita yang seleranya seperti ibu-ibu?' batin Boy sembari melewati wanita itu.
Sekertaris masuk bersama seseorang yang ingin bertemu dengan Gavin.
"Kau bisa pergi tinggalkan kita berdua." pinta Gavin kepada sekertarisnya.
"Baik, Tuan." jawab sekertaris lalu keluar ruangan.
Gavin bangkit dari tempat duduknya. "Silahkan duduk," ucap Gavin mempersilahkan tamu nya duduk di sofa.
"Terimakasih."
"Apa kepentingan anda bertemu dengan saya?" tanya Gavin yang duduk berhadapan dengan tamu nya.
"Aku tahu, kamu kenal dengan wanita yang bernama Jesica Lie, kan?"
"Perkenalkan, namaku Raisa." ucap Raisa yang mengulurkan tangannya.
Gavin melihat uluran tangan Raisa tanpa ingin membalasnya.
Raisa tersenyum tipis dan menarik uluran tangannya. "Baiklah, Tuan. Saya tidak ingin menghabiskan waktu anda. Kedatangan saya hanya ingin meminta Jesica melunasi hutangnya."
'Hutang? Anak itu mempunyai hutang? Kenapa dia tidak bicara denganku? Apa uang yang selama ini aku berikan kurang?' gumam Gavin dalam hati.
"Kalau anda tidak percaya, anda bisa melihat ini." Raisa memperlihatkan foto berdua dengan Jesica. Kebetulan, saya tante dari Jesica. Dan saya yang selama ini merawat ibunya Jesica yang sedang koma." ucap Raisa panjang lebar.
"Apa Jesica sendiri yang memintamu datang kepadaku?" tanya Gavin.
"Jesica pernah bilang kalau dia punya pacar yang sangat kaya raya. Berapa uang yang dia minta, pasti selalu diberikan. Kebetulan, ibunya sedang membutuhkan biaya 50juta untuk pengobatannya dan saya tidak mau membebankan Jesica terus menerus. Jadi, saya berinisiatif datang sendiri." jawab Raisa.
"Jesica tidak mengetahui kedatanganmu? Dan dia bilang kalau saya pacarnya?" tanya Gavin lagi.
"Saya tidak bisa memberikan uang itu karena ini bukan masalah saya. Anda bisa meminta uang kepada yang bersangkutan yaitu Jesica sendiri. Saya sudah memberikan uang yang sangat banyak kepadanya." ucap Gavin lagi.
'Sial, kenapa dia sangat pelit, sih! Padahal, bagi dia, uang 50juta tidak ada apa-apanya. Dia kan pengusaha besar!' batin Raisa.
"Tapi, ibunya Jesica butuh uang itu hari ini juga. Sudah satu minggu tagihan di rumah sakit menunggak dan Jesica belum memberikan uang kepada pihak rumah sakit. Saya tidak berbohong, kalau tidak percaya, anda bisa hubungi Jesica sendiri untuk memastikannya." ucap Raisa lagi.
"Semua ini demi keselamatan orang tuanya Jesica."
Gavin mengambil ponselnya dan menelfon Jesica.
Jesica yang sedang di dalam perjalanan pulang pun mendengar ponselnya berbunyi.
"Mas Gavin telfon aku? Apa ada sesuatu yang tertinggal?" gumam Jesica yang mengangkat telfon dari suaminya.
Gavin menatap dan mengamati gerak gerik Raisa. "Apa benar, tagihan rumah sakit membengkak karena satu minggu tidak di bayar?" tanyanya setelah telfonnya terhubung dengan sang istri.
"Iya, Mas. Kok, kamu bisa tahu?" tanya balik Jesica di dalam mobil.
Gavin menutup telfonnya. "Tulis nomer rekeningmu, uang itu akan di kirim oleh sekertaris saya." ucap Gavin menyodorkan kertas dan pulpen.
Raisa mengangguk, dia menuliskan nomer rekeningnya di kertas tersebut.
"Saya tidak pernah berbohong, Tuan. Dan saya sangat berterimakasih atas bantuannya. Jesica pasti senang sekali, mempunyai pacar yang baik dan perhatian kepada calon ibu mertuanya." ucap Raisa yang memuji Gavin.
"Mas, hallo—" Jesica meletakkan ponselnya lagi di dalam tas. "Kira-kira, kenapa Mas Gavin telfon seperti tadi?" ucap Jesica lagi.
"Kalau begitu, saya permisi, Tuan. Saya harus pergi ke rumah sakit untuk membayar semua biaya rumah sakit." ucap Raisa lalu berjalan keluar ruangan.