Cat Liu, seorang tabib desa, tak pernah menyangka hidupnya berubah setelah menyelamatkan adik dari seorang mafia ternama, Maximilian Zhang.
Ketertarikan sang mafia membuatnya ingin menjadikan Cat sebagai tunangannya. Namun, di hari pertunangan, Cat memilih pergi tanpa jejak.
Empat tahun berlalu, takdir mempertemukan mereka kembali. Tapi kini Maximilian bukan hanya pria yang jatuh hati—dia juga pria yang menyimpan luka.
Masihkah ada cinta… atau kini hanya tersisa dendam?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon linda huang, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 3
Cat memundurkan langkahnya dengan wajah cemas. Sementara itu, Maximilian justru semakin mendekatinya, menatap wajah polos gadis itu yang tanpa riasan. Namun, terlihat cantik natural.
"Paman, maaf... aku tidak berniat mengganggu kalian. Aku hanya ingin lewat jembatan ini. Aku akan segera pergi," ucap Cat sambil menunduk, menutupi wajahnya. Ia tidak berani menatap pria itu.
Maximilian menahan lengannya. “Paman? Berapa usiamu?”
“Delapan belas tahun. Paman adalah orang dewasa, tidak mungkin mempermasalahkan hal sepele dengan gadis kecil sepertiku, kan?” sahut Cat gugup.
"Aku hanya dua belas tahun lebih tua darimu, dan kau memanggilku paman?” tanya Maximilian, alisnya terangkat.
“Paman... maksudku, Tuan! Tolong jangan bunuh aku. Aku masih muda dan tidak sengaja melihat semuanya. Aku bisa pura-pura tidak mengenalmu," ucap Cat sambil memohon.
Maximilian mencubit dagu Cat pelan dan bertanya, “Siapa namamu?”
“Cat... Marga Liu,” jawabnya pelan.
Di kejauhan, Charles bergumam, “Ada apa dengan Bos? Kenapa banyak sekali pertanyaan pada gadis itu? Tidak biasanya Bos begitu dekat dengan wanita.”
Tiba-tiba terdengar teriakan dari kejauhan.
“Gadis itu di sana! Tangkap dia!” Lima orang pria berlari ke arah mereka di atas jembatan.
“Sepertinya banyak yang berminat padamu,” ujar Maximilian sambil menoleh ke arah mereka.
“Aku benar-benar dalam bahaya… yang satu buaya, satu lagi serigala,” gumam Cat, panik.
“Siapa yang kau maksud buaya dan serigala?” bisik Maximilian.
“Bukan itu maksudku... Paman adalah serigala. Yang hebat dan kuat,” jawab Cat terbata.
“Hei! Siapa kalian?! Serahkan gadis itu!” bentak salah satu pria yang mengejar.
Charles maju cepat dan menendang pria itu hingga terjatuh, lalu menodongkan pistol ke arah mereka.
“Hanya dua pilihan. Mati atau hidup!” ujar Charles tegas.
Kelima pria itu ketakutan dan langsung kabur dari jembatan.
“Hei! Kalian mau ke mana? Bukankah kalian tadi berniat menculikku?!” teriak Cat kesal.
Para pengejarnya lari terbirit-birit, bahkan ada yang sampai menabrak pagar jembatan dan jatuh berguling.
“Dasar pengecut. Tidak berguna!” gumam Cat. “Lebih baik jatuh ke tangan mereka, setidaknya aku masih bisa melawan.”
Ucapan itu terdengar jelas di telinga Maximilian.
“Nona, tenanglah. Mereka sudah kabur dan Anda sudah aman,” ujar Charles menenangkan.
“Aman?” Cat menatap Maximilian dengan ragu. “Apa mungkin aku lebih aman di tangannya?” gumamnya pelan.
“Karena Anda telah menyelamatkan Tuan Muda kami, maka kami akan melindungi Anda,” kata Charles serius.
“Aku bahkan tidak tahu siapa itu Tuan Muda kalian,” jawab Cat.
“Tuan muda kami sempat kambuh asmanya, dan Anda yang menolongnya. Kami juga tengah mencari Anda. Selain itu, Anda pantas menjadi tabib pribadi beliau,” jelas Charles.
“Tidak perlu berterima kasih. Biarkan aku pergi. Anggap saja kita tak pernah bertemu,” ujar Cat buru-buru hendak pergi. Namun belum sempat ia melangkah, tubuhnya langsung diangkat oleh Maximilian dan diletakkan di pundaknya.
“Hei! Lepaskan aku! Jangan bunuh aku! Aku sudah menyelamatkan tuan muda kalian, kenapa malah menculikku?!” teriak Cat panik.
Maximilian tak menjawab. Ia melangkah mantap menuju mobilnya, membawa Cat di pundaknya.
Cat terus meronta saat tubuhnya terangkat ke pundak pria itu.
"Turunkan aku! Aku tidak punya urusan dengan mafia sepertimu!" teriaknya sambil memukul punggung Maximilian.
Namun Maximilian tetap melangkah dengan tenang, membawa gadis itu seakan tak berbobot menuju mobil hitam mewah yang terparkir tak jauh dari jembatan.
"Charles, buka pintunya," perintah Maximilian dingin.
Charles menurut tanpa suara. Pintu belakang mobil terbuka, dan dalam satu gerakan cepat, Maximilian melempar tubuh mungil Cat ke dalam. Gadis itu mendarat di jok dengan wajah panik, berusaha cepat-cepat bangkit dan melarikan diri. Tapi sebelum ia sempat bergerak, Maximilian sudah masuk dan menutup pintu. Mobil pun langsung melaju, meninggalkan jembatan yang kini sunyi.
Cat mundur ke pojok mobil, napasnya memburu.
"Apa yang kau inginkan dariku?" tanyanya, suaranya bergetar, menahan rasa takut dan marah sekaligus.
Maximilian mendekat pelan. Wajahnya datar, tapi matanya penuh intensitas saat menatap Cat yang masih tanpa make-up, polos, dan ketakutan.
"Aku benci dipanggil paman," katanya lirih.
Cat semakin meringkuk. "Maaf… aku hanya ingin hidup. Aku tidak akan bicara ke siapa pun—"
Ucapan Cat terpotong. Dalam satu gerakan yang cepat dan tak terduga, Maximilian menarik tubuhnya mendekat dan membungkam mulutnya dengan ciuman.
Mata Cat terbelalak, tubuhnya membeku. Ciuman itu kasar dan penuh emosi. Bukan ciuman yang lembut, Tapi ciuman penuh nafsu.
Charles terbelalak kaget melihat aksi bosnya melalui cermin di atas.
“Bos mencium wanita? Apakah dunia akan segera kiamat? Bos paling benci disentuh wanita, apalagi mencium salah satunya? Siapa sebenarnya Cat Liu? Baru pertama kali bertemu, bos sudah kehilangan kendali?" batinnya tak percaya.
Sementara itu, Cat Liu mencoba melepaskan diri dari pelukan Maximilian. Wajahnya memerah bukan hanya karena emosi, tapi juga ketakutan.
"Lepaskan aku!" teriaknya, mencoba mendorong dada pria itu.
Maximilian akhirnya melepaskan ciumannya, tetapi lengannya tetap melingkar erat di pinggang gadis itu. Senyumannya mencurigakan, matanya tajam mengunci pandangannya.
“Usiamu masih terlalu muda. Sepertinya kau belum pernah berciuman,” ucapnya dengan nada menggoda.
"Apa yang kau inginkan sebenarnya, aku hanya tidak sengaja melihatmu membunuh orang," kata Cat.
Maximilian tidak tersinggung. Sebaliknya, ia justru tertawa kecil.
“Tidak ada yang bisa lepas dari tanganku, Cat Liu,” katanya dingin.
“Apa kau akan membunuhku? Hidupku sudah cukup berantakan tanpa harus terlibat denganmu. Tolong lepaskan aku…” Suara Cat mulai gemetar.
Alih-alih menjawab, Maximilian menyentuh pelan bagian belakang kepala gadis itu, menatap bibirnya seolah ingin kembali melakukan hal yang sama.
“Sayangnya, aku tidak pernah melepaskan apa yang sudah aku pilih,” ucapnya dengan nada tajam, lalu perlahan kembali mendekat dan melanjutkan ciumannya.
Ciuman Maximilian semakin brutal sehingga gadis itu tidak mampu melawan.
Cat menutup bibirnya dengan rapat dan memejamkan matanya.
"Buka mulutmu!" ucap Maximilian yang kemudian tangannya meraba paha gadis itu.
Cat yang dikejutkan dengan sentuhan itu, ia ingin berteriak, Namun Maximilian menjulurkan lidahnya ke dalam mulut gadis itu dan menguasai ciumannya dengan brutal.
smgat thor, up bnyk2 dong thor, tq!
thor smngat🫰di tnggu trs ni