Di Benua Sembilan Langit, kekuatan adalah hukum.
Lin Feng, anak sekte kecil yang dicap sampah karena "Nadi Spiritual Tersegel", terlempar ke jurang hinaan. Namun, di balik kelemahan itu tersembunyi rahasia besar: Physique Naga Void — warisan kuno yang mampu menelan segala Qi dan menembus batas langit.
Dari dunia fana yang penuh intrik sekte, hingga perang antar klan surgawi, perjalanan Lin Feng adalah pertaruhan hidup dan mati.
Balas budi sepuluh kali lipat. Balas dendam seratus kali lipat.
Di setiap langkah, ia akan melawan langit, menantang takdir, dan membuka jalan menuju kekosongan.
Saat naga terbangun, siapakah yang mampu menghalangi jalannya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon alhenamebsuta, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bayangan di Gunung Hitam
Pagi hari ketiga, kabut pekat merayap di lereng Gunung Hitam. Tim menemukan lokasi kafilah pertama yang hilang—deretan kereta masih berdiri, barang dagangan utuh, tapi tanpa satu pun jasad atau tanda kehidupan.
"Ini janggal," Li Xiaoting mengamati. "Perampok pasti sudah membawa barang. Tapi semuanya masih lengkap."
Lin Feng menyalakan Mata Naga Kekosongan. Sekilas, ia melihat sisa energi samar yang tak terlihat mata biasa. "Ada residu… mirip energi teleportasi."
"Teleportasi?" Wang Tianming terbelalak. "Minimal butuh kultivator setingkat Nascent Soul!"
Zhou Mei meneliti tanah. "Di sini ada bekas pola. Seperti formasi array."
Benar saja, guratan lingkaran dengan simbol aneh tampak samar, hampir terhapus waktu.
"Formasi Pemindahan Jiwa," Lin Feng bergumam, mengingat sebuah catatan kuno. "Teknik terlarang. Jiwa manusia dipindahkan ke tempat lain. Tubuhnya hancur jadi debu."
Li Xiaoting memucat. "Itu… teknik Sekte Iblis kelas tinggi. Jangan bilang—"
KRAK!
Ranting terinjak. Semua segera siaga.
Dari balik pepohonan, seorang pria berbaju hitam bertopeng tengkorak melangkah keluar. Auranya jelas, Kondensasi Qi tingkat lima.
"Hehehe… murid-murid Bambu Hitam yang terlalu ingin tahu," suaranya serak menusuk telinga. "Sayang sekali kalian sudah melihat terlalu banyak."
"Siapa kau?!" Li Xiaoting mengacungkan pedangnya.
"Panggil aku… Bayangan Pertama. Dan kalian akan menjadi korban berikutnya."
"Lari!" Lin Feng berteriak ketika merasakan semakin banyak aura mendekat.
Kelima murid itu berhamburan ke dalam hutan rimbun. Suara tawa menyeramkan terus mengikuti dari belakang, membuat bulu kuduk merinding.
"Ke gua itu!" Zhou Mei menunjuk ke arah mulut gua besar di lereng gunung.
Tanpa sempat berpikir, mereka langsung masuk. Gua itu gelap dan dalam, setidaknya memberi perlindungan sementara dari pengejaran.
"Hah... hah... apa tadi itu?" Li Xiaoting terengah.
"Sekte Iblis Api," jawab Lin Feng dengan wajah serius. "Mereka menggunakan jiwa manusia untuk tujuan terlarang."
Semakin jauh melangkah ke dalam, pemandangan mengerikan terbentang. Di lantai gua terukir formasi raksasa dengan simbol-simbol bercahaya merah redup.
Di tengah lingkaran itu, puluhan tubuh kering terbujur—seperti mumi.
"I-ini..." Zhou Mei menutup mulutnya, hampir muntah.
"Itulah korban kafilah yang hilang," Wang Tianming mengepalkan tangan gemetar. "Mereka menyedot jiwa orang-orang ini!"
Chen Wei yang sejak tadi diam, tiba-tiba gerakannya aneh. Matanya kosong sesaat sebelum kembali normal.
Lin Feng menajamkan tatapan. Dia... dikendalikan? Atau hanya berpura-pura?
"Formasi ini," Lin Feng berjongkok memeriksa, "hanya tahap awal pengumpulan jiwa. Ritual utama belum dilakukan."
"Maksudmu?" tanya Li Xiaoting tegang.
"Mereka membutuhkan lebih banyak jiwa. Ratusan... mungkin ribuan. Untuk apa, aku tidak—"
Tiba-tiba, suara dingin menggema dari arah mulut gua.
"Untuk membangkitkan Iblis Kuno."
Sosok berbalut bayangan muncul, diikuti empat kultivator bertopeng.
"Kalian beruntung," katanya tenang. "Karena akan menjadi bagian dari ritual agung ini."
"Ritual apa?!" Li Xiaoting berusaha tegar meski tubuhnya gemetar.
Bayangan Pertama tertawa rendah. "Di bawah Gunung Hitam tersegel Iblis Darah Merah, makhluk tingkat Nascent Soul yang terkurung lima abad. Dengan cukup jiwa, segel itu bisa dipatahkan."
"Kalian sudah gila!" Wang Tianming menghunus pedangnya. "Iblis itu akan meluluhlantakkan dunia!"
"Justru itu tujuan kami," jawab Bayangan Pertama sambil menyeringai di balik topeng. "Dari kehancuran, lahirlah kebangkitan. Dengan kekuatan iblis, Sekte Iblis Api akan menaklukkan segalanya."
Lin Feng menatap formasi ritual dengan teliti. Ia menangkap kelemahan kecil pada salah satu simbol—celah yang mungkin bisa dimanfaatkan.
"Oh, hampir lupa," Bayangan Pertama menoleh pada Chen Wei. "Anak baik, lakukan tugasmu."
Tanpa ragu, Chen Wei menyerang Li Xiaoting dari belakang.
"Chen Wei! Kau—!" Li Xiaoting terhuyung, bahunya tertusuk, darah mengalir deras.
"Hehehe…"
"Pengkhianat!" Zhou Mei berteriak marah.
"Itu bukan pengkhianatan," Chen Wei menyeringai. "Aku hanya memilih berada di pihak pemenang."
Lin Feng menarik napas dalam. "Aku sudah menduga. Tapi Chen Wei…" Tatapannya menusuk, penuh tekanan.
"Kau sungguh percaya mereka akan menepati janji? Lihat baik-baik. Ada lima titik pengorbanan di formasi ini. Kita berlima—termasuk dirimu."
Wajah Chen Wei mendadak pucat. "Tidak… Bayangan Pertama bilang—"
"Aku berbohong," tawa Bayangan Pertama meledak. "Jiwa pengkhianat lebih berharga untuk memanggil iblis!"
"Cukup permainan ini."
Suara asing membuat semua kepala menoleh. Dari kegelapan gua, muncul sosok berjubah merah darah. Auranya jelas—tingkat Pembentukan Inti awal.
"Mo Yan!" Bayangan Pertama segera menunduk hormat. "Putra Pemimpin Sekte!"
Mo Yan, pemuda tampan dengan sorot mata kejam, menatap Lin Feng tanpa berkedip. "Jadi kaulah yang memiliki tubuh khusus yang selama ini dicari ayahku."