Azzam Syauqi Atharis pria yang dulunya memilik sifat ceria dan jahil berubah menjadi sosok pria dingin setelah tragedi na'as yang terjadi di dalam keluarganya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Joelisha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 3
Semua orang menundukkan kepalanya saat Azzam melewati mereka. Wajah yang datar tanpa senyum sedikit pun membuat julukan CEO dingin itu melekat pada dirinya.
Memang nyatanya seperti itu saking dinginnya Azzam hanya beberapa orang saja yang bisa berkomunikasi dengan Azzam.
Masalahnya, semenjak kejadian itu Azzam sama sekali susah untuk tersenyum dan hanya orang terdekatnya saja yang bisa melihat senyuman manisnya.
"Apa jadwal ku hari ini?" tanya Azzam kepada Reno asisten pribadinya.
"Hari ini Tuan ada meeting dengan G.O Mall ,dan Makan siang dengan Tuan Billy wilson. Dan sorenya Tuan ada meeting dengan tim perencanaan."Reno memaparkan jadwal Tuannya hari ini.
Azzam hanya mengangguk tanpa mengeluh dengan jadwal yang sangat padat. Selain tak pernah senyum Azzam juga tidak pernah mengeluh dengan pekerjaan yang sangat banyak. Justru Om dan tantenya yang sering protes karna Azzam tak pernah ada waktu untuk dirinya sendiri.
"Siapkan semua materi meetingnya, akan aku pelajari dulu."pinta Azzam
"Baik Tuan, saya akan kirimkan lewat email." balas Reno.
Begitu keluar dari lift Azzam langsung berbelok dan masuk ke dalam ruangannya begitu juga Reno yang ruangannya tepat berada di sebelah ruangan Azzam.
Begitu masuk ke dalam ruangannya Azzam langsung melepas jasnya melemparnya asal ke arah sofa.
Hari ini Azzam hanya mengenakan baju kaos putih berlengan pendek dan di lapis oleh jas berwarna krim senada dengan celana yang ia kenakan.
Reno selaku asistennya saja merasa heran dengan staylis bos nya itu hari ini terlihat sangat berbeda dari biasanya. Dia tidak tahu saja kalau Azzam tidak bisa mengenakan kemeja karena tangannya sedang di perban.Tidak ada yang tahu mengenai lukanya kecuali Leo dan David sahabatnya.
"Hallo."
"Hallo Zam,dimana?"
"lo udah tau gue dimana pake nanya."
"gue di dekat kantor lo,lo lagi nggak meetingkan?"
"1 jam lagi,memang nya kenapa?"
"Oke,gue kesana sekarang. Tunggu"
sambungan telepon pun berakhir. dan tak butuh waktu lama Leo pun sudah sampai di lobby Athariz grub. Tidak ada adegan harus reservasi terlebih dahulu atau harus menunggu semua orang sudah mengenal siapa Leo jadi tak akan ada yang berani menghalangi langkahnya menuju ruangan CEO.
Bahkan dia masuk keruangan itu tanpa mengetuk terlebih dahulu.
Sebenarnya tidak ada masalah yang begitu penting hanya saja Leo tidak akan tenang jika tidak memastikan keadaan Azzam baik-baik saja.karena sebelumnya dia pernah menemukan Azzam beberapa kali tidak sadarkan diri.
"lo lagi sakit gini masih di paksain kerja? Gue nggak abis pikir Zam."
"kalo bukan gue yang handle nih perusahaan siapa lagi coba? Nggak mungkin kan gue suruh Razzan bangkit dari kubur buat gantiin gue."
" nggak gitu juga kali. Kan bisa suruh Reno atau siapa itu namanya...hmmm Daniel."ujar Leo
" lo lupa Daniel lagi di singapure jagain oma."tukas Azzam
"Oh iya ya,gue lupa."ucap Leo sambil menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.
Azzam hanya menggeleng melihat tingkah Leo,tapi Azzam juga sedikit terharu dengan perhatian Leo.
Terimakasih Leo batinnya
*
*
*
Setelah meeting selesai Azzam pun segera menuju
Restoran dimana dia akan bertemu Om nya Billy wilson. Sesampainya di restoran Azzam langsung masuk ke ruang VIP yang telah di pesan oleh Billy.
"Apa kabar ponakan Om yang sukses ini?" Billy menyambut kedatangan Azzam dengan hangat. Tidak ada senyuman Azzam hanya membalas pelukan Billy.
Billy sama sekali tidak tersinggung dia sudah biasa dengan sikap cuek Azzam." Perlu satu minggu Om mendapatkan jadwal kamu Zam" ledek Billy
"Maaf om, di kantor memang lagi sibuk. Kebetulan Athariz dapat tender baru."
"Iya om tahu, Leo sudah cerita sama om. Jadi kamu semakin nggak butuh investasi dari Opa Theo."
" Untuk sekarang belum Om, tapi jika aku butuh aku akan langsung bilang sama Opa."
Billy mengangguk dan salut dengan Azzam.
Di usianya yang masih 27 tahun Azzam sudah sukses mengembangkan perusahaan peninggalan orang tuanya hingga memiliki cabang di berbagai negara.
" Kita makan dulu, habis itu kita ngobrol" Azzam mengangguk dan mereka pun makan. Di sela-sela makan Om dan ponakan itu saling berbincang dari mulai bisnis sampai kehidupan pribadi.
"Apa kamu tidak ada keinginan untuk mencari pendamping,Zam?" tanya Billy
" Untuk saat ini belum Om. Azzam masih harus fokus ke perusahaan."
Billy meletakkan sendok makannya terdengar helaan nafas darinya. Azzam ini gila kerja terkesan tidak perduli dengan kehidupannya sendiri, Membuat Billy khawatir.
" Jangan terlalu di forsir Zam, tubuhmu itu juga butuh istirahat." nasehat Billy
"Aku mengerti Om, aku baik-baik saja."
mereka pun akhirnya melanjutkan makan dalam diam tidak ada lagi obrolan. Setelah selesai makan Azzam langsung pamit karena masih ada kerjaan di kantor yang harus di selesaikan.
Saat Azzam sudah sampai di depan pintu dan hendak keluar dari ruangan itu,Om nya kembali memanggilnya membuat pria itu menoleh.
" Jangan sungkan meminta bantuan, ingat kamu tidak sendiri Zam. Keluarga wilson selalu ada di belakangmu." ucap Billy
Azzam mengangguk dan kembali melanjutkan langkahnya meninggalkan ruangan itu.
*
*
*
Letta saat ini sedang berada di ruang keluarga kediaman Stanley, kejadian tadi malam di ketahui oleh Ayahnya jadilah tadi pagi Letta di gotong oleh orang suruhan ayahnya dan di bawa pulang..
Saat ini dia sedang di ceramahi di ruang keluarga itu ,tidak hanya Ayahnya tapi ibu serta kedua kakaknya juga ikut memarahinya.
"Sudah cukup ya,Ta! main-main di luarnya. Mama udah pusing dengan tingkah kamu, selama satu bulan kamu cuma pulang kerumah satu kali. Kamu nggak kangen sama mama?"tanya sang mama
"Kamu itu tidak kekurangan Letta, harta keluarga Stanley tidak akan habis kalau cuman buat kasih makan kamu. Jadi buat apa kamu kerja keras di luar sana?" tanya Nicholas selaku kakak tertua.
"Bosen"jawab Letta
"kalau bosen kamu bisa liburan kemana pun kamu mau, kalau pengen kerja kamu bisa kerja di perusahaan Papa atau perusahaan Abang kamu."Tegas Sean Ayahnya Letta.
Letta adalah putri bungsu keluarga Stanley
Pembisnis yang memiliki anak cabang perusahaan dimana-mana.Ibunya adalah seorang disainer ternama pemilik Miracle butik,toko pakaian ternama yang pelanggannya rata-rata orang-orang kalangan atas,bahkan artis terkenal.
Hidup Letta bagaikan seorang putri,namun dia selalu kesepian karna ayah dan ibunya terlalu sibuk dengan perkerjaan.kisah asmaranya juga berantakan.
Pernah menyukai seorang pria,tapi ternyata dia hanya memanfaatkannya saja.
Karna status Letta yang berasal dari keluarga konglomerat.Letta memilih menyamar menjadi orang biasa tanpa embel-embel nama Stanley di belakang namanya untuk mendapatkan teman dan pasangan hidup yang menyukai dia apa adanya,tanpa memandang status siapa dia sebenarnya.
Derap langkah terdengar dari arah depan mengarah ke arah ruang keluarga membuat satu keluarga itu menoleh dan sedikit terkejut dengan kehadiran sosok wanita tua yang masih terlihat cantik di usia senjanya.
"Loh Mami, Mami kapan sampainya? Kok kesini nggak bilang-bilang. Kalau tahu kan aku bisa suruh Nicho atau Gio buat jemput Mami di bandara."ucap Shiren ibunya Letta.
Letta yang melihat kehadiran Oma nya langsung memelas meminta pertolongan.
"Oma..." ucap Letta sambil menghampiri wanita tua itu dan memeluknya.
Nicho yang melihat tingkah adik bungsunya itu langsung berdecih. Sudah pasti Letta akan meminta pembelaan dari sang Oma.
"Wajah kamu kenapa ini? Kok banyak luka memar begini?!"tanya Oma saat mendapati wajah cucu kesayangannya terdapat banyak luka lebam.
"I-ini.."
" Kamu pukul anak kamu sean?" tanya sang Oma yang suaranya sudah naik satu oktaf.
" Nggak ya Mi, jangan asal langsung tuduh aja dong." bantah sean
"Terus,ini kenapa sampai begini."
"Mampus!"batin Letta yang hanya bisa pasrah
Shiren pun mendekati ibu mertuanya itu dan mencoba menenangkan lalu menuntun wanita itu untuk duduk dan menceritakan semuanya.
Mambuat Oma semakin geram.
"Letta.."
mendengar namanya di panggil Letta yang sejak tadi menunduk memberanikan diri menatap sang Oma.
"Iya Oma"jawabnya.
" Kamu masih ingat janji kamu sama Oma,bukan?!"Letta mengangguk mengiyakan pertanyaan Omanya.
"Umur kamu udah cukup untuk menikah dan Oma sudah temukan pria yang cocok denganmu."
Jdarr
Bak di sambar petir di siang bolong Letta sangat terkejut dengan ucapan Omanya, dia tidak menyangka kalau hari ini akan datang juga. Letta memang pernah membuat perjanjian dengan sang Oma bahkan di saksikan kedua orang tuanya saat itu,
Letta akan mencari pasangan sendiri tapi jika pasangan Letta itu mengkhianatinya dan bukan pria yang tulus mencintai Letta maka dia harus mau menerima perjodohan yang di siapkan oleh Omanya.
" Tapi Letta tidak mau menikah dengan Andra Oma."ucap Letta karena ia pikir dirinya akan di jodohkan dengan putra dari keluarga Leuis
"Siapa bilang Oma akan jodohkan kamu sama Andra."
Letta mengerutkan keningnya" Bukannya waktu itu Oma bilang akan jodohkan aku sama putra keluarga Leuis?" tanya Letta bingung.
"Nggak jadi. Kamu terlalu berharga jika di serahkan pada putra keluarga Leuis yang terkenal suka main wanita itu. Jadi Oma berubah pikiran."
Nicho yang sejak tadi hanya menyimak jadi ikut penasaran."Terus Oma mau jodohin Letta sama siapa?"tanyanya.
Gio kakak kedua Letta juga penasaran tapi dia tidak berani bertanya seperti Nicho karena beberapa bulan yang lalu dia menolak perjodohan yang Omanya atur sehingga membuat wanita tua itu murka dan masih marah padanya.
"Sama cucu teman lama Oma,dan kamu akan tahu nanti."
Letta menghembuskan nafas pasrah,ia tahu kali ini ia tidak bisa menolak lagi seperti sebelumnya.
*
*
*
Azzam memarkirkan mobilnya di garasi, dia melihat ada mobil Daniel terparkir di garasi membuatnya menebak-nebak apa Daniel sudah kembali dari singapure.
Azzam pun keluar dari mobilnya. Dia di sambut oleh beberapa penjaga rumah.Pria itu hanya menganggukkan kepalanya sebagai jawaban.
Dan benar saja saat Azzam masuk dia mendapati Daniel yang sedang duduk di ruang tamu sambil memangku laptop miliknya. Melihat kehadiran Azzam Daniel langsung menghentikan aktifitasnya, ia bangkit lalu memberi hormat pada Tuannya dengan sedikit membungkukkan tubuhnya.
"Bagaimana bisa kau ada disini, bukankah kau ku beri tugas menjaga Oma di singapure?"
belum sempat Daniel menjawab terdengar suara yang sangat familiar di telinga Azzam membuat pria itu menoleh kearah datangnya suara itu.
" Oma sudah sehat dan tidak perlu Daniel intuk menjaga Oma."
Azzam terkejut tanpa sadar air mata nya menetes membasahi pipinya, orang yang beberapa bulan ini selalu dirinya khawatirkan sedang berdiri dihadapannya dalam keadaan sehat. Rasa takut akan kehilangan lagi membuat Azzam menangis dia sangat bahagia melihat Omanya sehat kembali.
Sang Oma mendekat memeluk cucu kesayangannya dan keluarga satu-satunya yang dia miliki saat ini .
"Sudah jangan menangis lagi, kan nggak lucu kalau ada yang lihat seorang Azzam pemimpin Athariz yang berwibawa menangis seperti ini."ledek sang Oma sambil melerai pelukan mereka. Azzam mengangguk lalu membawa Omanya itu untuk duduk.
Azzam berbaring di paha sang Oma sambil menarik tangan Omanya memintanya untuk mengelus kepalanya.
Dengan senang hati sang Oma melakukan itu,karena Azzam memang jarang manja Kepadanya.
"Kenapa sayang?" Tanya Oma Riana
" Nggak apa-apa Oma,Cuman mau sama Oma aja Azzam kangen."
Sebagai nenek Riana tentu tahu kalau cucunya itu sedang tidak baik-baik saja. Tapi Riana tidak bisa langsung memaksa Azzam untuk bercerita padanya.
*
*
*
" Tuan, anda dicariin Nyonya besar."
Pria berkulit putih itu menoleh,ketika seorang wanita paruh baya memanggilnya.
Dia mengangguk dengan sopan lalu menghentikan aktifitasnya yang tengah mengggunakan tredmill.
Azzam saat ini sedang berada di ruangan gym, jika dia sedang ada masalah atau banyak pikiran Azzam selalu menghabiskan waktunya disana dengan berolahraga agar pikirannya sedikit teralihkan.
Azzam pun bergegas kembali ke kamarnya untuk membersihkan diri agar bisa segera menemui Omanya.
beberapa saat kemudian
Azzam sudah terlihat bersih,dan saat ini dia sedang berjalan menuju meja makan karena tadi salah satu maid memberitahunya kalau Oma sudah menunggunya di meja makan, karena memang sudah waktunya makan malam.
Selama makan malam sesekali Oma Riana mengajak Azzam mengobrol dan Azzam selalu menjadi pendengar yang baik untuk Omanya.
Oma Riana selesai lebih dulu sebelum meninggalkan meja makan dia meminta Azzam untuk menyusulnya kekamar karena ada yang mau di bicarakan. Azzam pun mengangguk lalu kembali menyantap makanannya yang baru habis setengah itu.
"Oma.." panggil Azzam saat masuk ke dalam kamar sang Oma yang pintunya sengaja di biarkan terbuka.
"Duduk sini, Oma mau bicara."
Azzam mengangguk tanpa kata lalu melangkah mendekati sang Oma dan duduk tepat di sebelahnya.
"Kalau kamu Oma kenalin sama cucu teman Oma kamu mau?"
Azzam diam selama ini dia belum punya pemikiran untuk berhubungan dengan lawan jenis,dia memang sempat terpesona dengan kecantikan seorang wanita tapi belum sampai ke tahap menyukai dia hanya sekedar mengagumi saja.
"Di jodohkan?"
"Iya, waktu Oma dirawat di singapure Oma ketemu teman lama Oma dan kami berencana untuk jodohkan kamu dengan cucunya."
"Oh." hanya itu jawaban yang keluar dari mulut Azzam.
"Kamu menolak?"
Azzam menggelengkan kepalanya tidak mungkin dia dapat menolak permintaan sang Oma orang yang selama ini selalu ada disisi nya setelah kepergian kedua orang tuanya dan juga saudara kembarnya.
Oma adalah satu-satunya keluarga dari pihak Ayah yang tersisa karena memang ayahnya adalah anak tunggal dan tidak memiliki saudara.
Memang masih banyak keluarga dari pihak ibu tapi Azzam lebih dekat dengan Omanya ini.
" Oma atur aja, Azzam yakin pilihan Oma nggak mungkin salah."
mendengar penuturan Azzam cucunya Riana tersenyum bahagia. Impiannya agar Azzam segera memiliki pendamping akan segera terwujud,dia ingin melihat cucunya itu bahagia di sisa hidupnya.karena Azzam lah yang membuatnya bertahan hingga saat ini,jadi dia tidak ingin saat dia pergi nanti Azzam masih sendiri Riana ingin ada yang menemani dan menjaga Azzam saat dia sudah tidak ada nanti.
" Minggu depan kita ketemu sama calon kamu,ya."
"Hm"jawabnya singkat.
"Kamu berhak bahagia Zam. Jangan terlalu larut dalam kesedihan. Semuanya sudah berlalu." ucap Riana sambil mengusap punggung tangan cucu kesayangannya itu.