Cinta adalah satu kata yang tidak pernah ada dalam hidup Ruby. Hati dan kehidupannya hanya ada rasa sakit, derita, amarah, kebencian dan dendam yang membara.
Sedangkan Kevin adalah satu nama yang tidak pernah masuk dalam daftar hidupnya.
Sayangnya kehadiran Kevin yang tanpa sengaja mampu menghidupkan rasa cinta dalam hati Ruby. Sekeras apapun Ruby menolak cinta itu, tapi hatinya berkata lain yang membuatnya semakin marah.
Cinta yang seharusnya indah namun membuat hidup Ruby semakin tersiksa. Ruby merasa telah mengkhianati Ibu dan prinsipnya untuk tidak akan jatuh cinta.
Akankah Ruby mengakui dan menerima cinta itu? Atau pergi dan menghilang membawa cinta yang semakin menyiksa hidupnnya?.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Starry Light, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 03
Ruby berada di balkon kamarnya, gadis itu mengenakan celana pendek dan tank top, rambut panjangnya dibiarkan terurai. Di antara jarinya terselip sebatang rokok yang sudah habis separuh, sesekali gadis itu menghisap zat nikotin dengan santai.
"Kau merokok lagi?" ucap seorang pria dari arah belakang, Ruby membalikkan tubuhnya sambil menghisap rokok.
"Kau kesini, ada apa?" Ruby menatap pria itu dan kembali menghisap rokoknya.
"Merokok tidak baik untuk kesehatanmu." kata pria itu meraih tangan Ruby hendak membuang rokoknya, namun dengan cepat Ruby mengelak.
"Hanya sesekali, jangan mengangguku," kata Ruby kembali membalikan tubuhnya melihat gemerlap lampu malam.
"Kapan kita akan kembali?" pria itu ikut bersandar di pagar besi menopang tubuhnya.
"Kembali? Aku bahkan belum melakukan apapun." kata Ruby menghembuskan asap rokok pada pria itu.
"Jangan meracuniku, aku tidak ingin mati muda," pria itu mengibaskan tangannya, dia memang bukan tepi pria perokok.
"Ini kenikmatan, bukan racun." kata Ruby mematikan puntung rokoknya dalam asbak.
"Ada apa kau kemari? Tidak mungkin hanya bertanya kapan kita akan pulang 'kan?" Ruby mengulang pertanyaannya, pria itu menghembuskan nafas pelan.
"Kevin merasa tertantang denganmu, apa yang kau lakukan padanya?" pria itu serius menatap Ruby.
"Benarkah? Menarik." Ruby tersenyum miring memikirkan rencana selanjutnya.
"Apa yang akan kau lakukan? Jangan membahayakan dirimu. Ingat, Kevin bukanlah orang sembarangan," pria itu mengingatkan Ruby.
"Jangan terlalu berpikir, dan jangan ikut campur." kata Ruby tidak ingin mendengar nasehat pria itu.
"Ann, aku disini untuk menjagamu. Bagaimana bisa aku tidak ikut campur?" pria itu tak ingin kalah namun dengan nada pelan.
"Jika begitu kembalilah, aku bukan bayi yang harus di jaga!" kata Ruby kesal. Gadis itu masuk kedalam kamar dan langsung membaringkan tubuhnya. Pria itu menghembuskan nafas kasar melihat tingkah Ruby.
"Oke, maafkan aku." katanya ikut masuk dan melihat Ruby menutup tubuhnya dengan selimut tebal.
"Pergilah, dan jangan kemari jika aku tidak meminta." ucap Ruby mengusirnya. Pria itu hanya diam lalu pergi sesuai perintah Ruby, dia sangat tahu bagaimana sifat gila Ruby jika sudah marah.
Setelah pria itu pergi, Ruby membuka selimutnya dan duduk bersandar headboard. Siapa sangka wajah cantik dan terlihat polos itu menyimpan api kebencian dan dendam yang membara, bahkan jiwanya kini dikuasai oleh aura negatif membuatnya hampir sama dengan iblis.
"Kau yang menyerahkan diri." bisik Ruby mengingat Kevin yang masih penasaran dengannya.
***
Keesokan harinya, Ruby sudah berada di atap sekolah terlebih dulu dengan wajah datar tanpa ekspresi. Sebenarnya Ruby gadis yang cantik, bahkan sangat cantik. Sayangnya tidak pernah ada senyum diwajah cantik itu, apalagi sikapnya yang terlalu cuek dan masa bodoh membuat orang enggan berteman dengannya, kecuali Alika.
Ruby menghembuskan nafas kasar karena sudah setengah jam menunggu, tidak ada tanda-tanda Kevin akan datang. Gadis itu memutuskan untuk turun karena tidak akan menunggu Kevin lebih lama lagi.
"Sorry, gue lama." ucap Kevin dengan nafas terengah-engah, Ruby menatap malas dan membuang muka kearah lain.
"Gue anggap keterlambatan lo sebagai jawaban tidak setuju." kata Ruby. Gadis itu menatap Kevin yang masih mengatur nafasnya.
"Terlambat? Wait, kita gak menentukan jam pasti untuk bertemu." Kevin mencari pembenaran. Ruby diam menatap Kevin yang mulai mendekatinya, pria itu mengambil kertas dari saku celananya dan memberikannya pada Ruby.
"Gue udah tanda tangan, yang artinya gue setuju kita pacaran tanpa sepengetahuan orang lain." ucap Kevin mantap. Kevin yakin jika poin-poin yang di tulis Ruby akan menguntungkan dirinya, dan merugikan Ruby.
"Lo yakin?" Ruby melihat kertas yang sudah di bubuhkan tanda tangan Kevin. "Perjanjian ini hanya akan berakhir, atas kehendak gue. Yang artinya kapanpun gue mau mengakhiri nya, lo gak bisa nolak!" katanya mengingatkan Kevin.
"Gue gak pernah seyakin ini sebelumnya," ujar Kevin menatap Ruby. "Poin-poin yang lo tulis lebih banyak menguntungkan gue, jadi gak ada alasan buat gue gak setuju," sambung Kevin. Ruby tersenyum samar mendengar itu dan mengangguk paham.
"Oke, mulai sekarang kita pacaran," kata Ruby berjalan mendekati Kevin, tangan kanannya terulur menyentuh bahu Kevin dan naik hingga berada di tengkuk, lalu tangan kiri nya mengikuti. Hingga beberapa detik kemudian Ruby mencium bibir Kevin dengan sangat agresif, seolah menandakan jika dirinya sudah ahli dalam berciuman.
"Ini sebagai tanda kalau kita pacaran," jarinya mengusap bibir basah Kevin akibat ciumannya.
Kevin hanya mematung tidak percaya dengan sikap Ruby, gadis yang terlihat lugu dan polos itu ternyata sangat berani, bahkan terlalu berani. Sampai Ruby pergi dari tempat itu, Kevin masih berdiri di tempat yang sama.
"Liar," kata Kevin pelan, ia menyentuh bibirnya yang baru saja dicium oleh Ruby. Bukan hanya sekedar ciuman biasa, tapi ciuman penuh hasrat dan menuntut. Jika biasanya Kevin yang mendominasi setiap ciumannya, tapi kali ini Kevin akui jika Ruby bisa mengimbanginya.
Sedangkan disisi lain, Ruby merutuki sikapnya yang terlalu agresif. Debaran jantung nya juga belum kembali normal, ciuman tadi adalah ciuman pertamanya, Ruby tidak menyangka jika ciuman pertamanya dia berikan pada Kevin.
"Tenang Ruby, itu hanya sekedar ciuman. Tidak berarti apapun," bisiknya menenangkan diri sendiri.
"Huhhh... Kedepannya aku akan melakukan hal yang lebih gila lagi," gumamnya , lalu mulai mengemudikan mobil menuju apartemennya.
***
Sesuai dengan apa yang tertulis dalam surat perjanjian, Ruby dan Kevin benar-benar tidak terlihat bersama. Bahkan saat mereka berpapasan disekolah, mereka bersikap seperti orang yang tak saling kenal.
Ruby dengan dunianya sendiri, sedangkan Kevin juga dengan dunianya yang dipenuhi tawa bahagia dan wanita. Mereka benar-benar berbeda, karena dunia Ruby hanya sunyi sepi, berbanding terbalik dengan kehidupan Kevin yang selalu ramai.
"By, lo mau ikutan acara pensi gak?" tanya Alika duduk dibangku depan Ruby.
"Males," jawab Ruby datar seperti biasanya.
"Yah, kan ini acara terakhir kita di sekolah. Ayo dong, lo ikut." bujuknya, Ruby menatap malas pada Alika. Gadis itu sering kali mengajak bahkan memohon pada Ruby agar ikut serta dalam kegiatan sekolah, tapi Ruby tetaplah Ruby yang selalu tenggelam dalam dunianya sendiri.
"Nanti gue pikirin," kata Ruby. Alika tersenyum senang mendengar itu.
"Benerannnn?" pekiknya hingga membuat beberapa murid yang ada dikelas menolah pada mereka.
"Iya, gak usah lebay." ujar Ruby tak suka melihat reaksi Alika.
"Ini bukan lebay, tapi ini ekspresi senang gue kayak lagi dapat jackpot," kata Alika mendekati Ruby dan memeluk gadis itu.
"No, no, no! Lepasin gue!" Ruby merasa risih di peluk Alika.
"Makasih ya, By. Gue tuh seneng banget akhirnya lo mau ngomong sama gue, dan sekarang lo mau ikut ajakan gue. Lo tahu kan kalau gue nunggu momen ini lama banget, hampir tiga tahun," kata Alika. Mungkin terdengar berlebihan bagi Ruby, tapi tidak bagi Alika.
Meskipun Alika punya banyak teman dan mudah bergaul dengan siapa saja, tapi setiap hari tak lupa mengajak Ruby bicara meskipun jarang mendapat respon. Alika tidak menyerah, apalagi melihat Ruby yang selama tiga tahun di sekolah tidak berteman dengan siapapun.
"Gue pikir, ini acara terakhir di sekolah," ujar Ruby. Tidak ada salahnya mengikuti acara pensi ini.
*
*
*
*
*
TBC
Haii, gimana menurut kalian???
Sampai episode ini, udah bisa nebak alur ceritanya belum 😊😊😊