NovelToon NovelToon
Tetaplah Di Sisiku (After 10 Years)

Tetaplah Di Sisiku (After 10 Years)

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintamanis / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Kehidupan Tentara / Romansa / Dokter / Gadis Amnesia
Popularitas:2.1k
Nilai: 5
Nama Author: Pena Fantasi

Seorang pemuda lulusan kedokteran Harvard university berjuang untuk menjadi seorang tentara medis. Tujuan dari ia menjadi tentara adalah untuk menebus kesalahannya pada kekasihnya karena lalai dalam menyelamatkannya. Ia adalah Haris Khrisna Ayman. Pemuda yang sangat tampan, terampil dan cerdik. Dan setelah menempuh pendidikan militer hampir 2-3 tahun, akhirnya ia berhasil menjawab sebagai komandan pasukan terdepan di Kopaska. Suatu hari, ia bertugas di salah satu daerah terpencil. Ia melihat sosok yang sangat mirip dengan pujaan hatinya. Dan dari sanalah Haris bertekad untuk bersamanya kembali.

Baca selengkapnya di sini No plagiat‼️

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Pena Fantasi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

pulang ke kampung halaman

Adzan shubuh berkumandang sangat kencang di area asrama TNI. Haris yang kelelahan pun akhirnya mengerjapkan matanya untuk berusaha bangun dari tidurnya itu. Perlahan, ia membangkitkan tubuhnya yang sangat berat itu. Ia lupa jika semua perlengkapan pakaiannya masih ia pakai dan belum diganti. Ia pun menuju ke kamar mandi untuk bersih-bersih sekalian sholat shubuh berjamaah di masjid.

Ia memakai Koko dan sarung berwarna senada yang membuat aura tampannya semakin terasa. Ia berjalan menuju ke masjid seorang diri. Tak lupa, ia juga membaca sholawat agar hari dan pikirannya tidak kosong. Tak lama kemudian, ia pun sampai di depan masjid. Banyak yang sudah berdatangan, baik bapak-bapak TNI, seniornya, bahkan junior dan rekannya pun sudah ada.

"Eh, Ris." panggil salah satu dari mereka.

"Anwar!"

Haris dan pemuda bernama Anwar itu saling berpelukan gaya cowok.

"Apa kabar lo sobat? hahaaa ... gue udah lama gak ketemu lo."

"Lo juga ... beres juga tugas lo dan bisa kumpul di sini."

"Haha iya ... lelah juga di sana gak ada temen ngopi."

"Halah ... ya sudah, lanjutin nanti. kita sholat shubuh dulu."

"Ayo."

Mereka mulai sholat shubuh berjamaah dengan sangat khidmat. Setelah itu, mereka mendengarkan ceramah pagi yang dibawakan oleh perwira TNI. Tema ceramah kali ini tentang datangnya jodoh untuk kita. Mendengar itu hati Haris sedikit berdenyut sakit. Ia pernah bersumpah tidak akan menikahi siapapun kecuali dengan kekasihnya yang dulu sangat ia cintai. Ia hanya terdiam sampai ceramah itu selesai.

"Huhh, tema ceramah kali ini sangat seru ya, haha..."

"Hmm...." Haris hanya merespon dingin ucapan Anwar barusan. Haris pun berjalan meninggalkan masjid tanpa sepatah katapun. Bahkan ia tak menunggu temannya itu yang sedang berbicara padanya.

"Oi.. tungguin gue!"

Puk.. tepukan di bahunya membuat Haris menoleh pada orang itu.

"Lo kenapa sih? berubah bete gitu,"

Haris menghela nafas pendek dan mengubah raut wajahnya menjadi lebh menghangat. "Gak ada apa-apa ... gue mau langsung balik ke asrama. hari ini gue bakal balik ke Surabaya."

"Yah ... baru juga gue mau ditemenin ngopi bareng lo." ujar Anwar sedikit kecewa.

Haris tersenyum tipis pada Anwar, "lain kali ya ... kalo ada waktu, gue usahakan."

"Ya sudah, hati-hati ya ... salam buat keluarga lo nanti."

"Oke, gue balik dulu."

Setelah sholat di masjid, ia buru-buru kembali ke asramanya dikarenakan ia belum sempat mengemasi semua barang-barangnya. Alhasil ia pun segera mengambil koper dan tas besarnya lalu memasukkannya ke dalam tas dengan cara menumpuknya. Ia malas jika harus menatanya satu per satu. Jadi Haris menyumpalnya hingga muat kedalam koper dan tas ranselnya itu.

"Huh beres juga ...."

Ia juga segera membereskan seisi rumah agar ketika ia pergi, rumah sudah bersih dan rapi. Jam sudah memasuki pukul 6 waktunya para tentara senior melakukan aktivitas paginya dengan para juniornya. Mereka melakukan tes fokus hingga apel untuk piket membersihkan asrama. selama jadi TNI, ia harus merasakan badan pegal dan sakit akibat membersihkan area kawasan asramanya sendiri. Semua kawanannya juga ikut membersihkan dan piket bersama.

Saat Haris tengah sibuk membersihkan rumput liar, ada seorang wanita berpakaian seperti perawat datang menghampirinya. "Selamat pagi, Pak Haris ...." ujarnya sembari tersenyum manis. Lagi-lagi Haris didatangi oleh gadis cantik yang berbeda-beda. Nama gadis itu adalah Nova Khairunnisa. Merasa terpanggil Haris pun menoleh pada gadis itu dan berdiri di hadapannya. Bukan hanya itu saja, semua mata tertuju pada mereka semua.

"Cieee, Haris ... pagi-pagi udah didatengin cewek aja, hahaha..."

"Enak ya kalo jadi cowok keren tuh, ada aja yang perhatian ... sedangkan gue boro-boro." ujar salah satu dari mereka yang pura-pura sedih sembari mengejek Haris yang sedari tadi hanya diam.

"Kasiaaan ... cari pacar sana!"

Haris hanya terdiam mendengarkan ocehan kawan-kawannya itu. lalu ia berdiri menghampiri gadis yang menyapanya tadi dengan raut wajah dingin khasnya. tak lupa, ia membersihkan tangannya terlebih dahulu.

"Ada apa?" tanyanya datar.

"Eummm, ini ... aku bawakan goreng pisang untuk kamu sarapan."

Haris memandanginya dengan heran, "hah?" Nova tersenyum manis seraya tersipu malu.

"Wihh ... enak tuh pagi-pagi makan pisang goreng. untuk Haris aja, mbak? Buat kita mana?"

Nova hanya terkekeh geli, "nanti saya bawakan untuk bapak-bapak semua ya ... kalo gitu saya permisi, dah Haris."

Nova kembali pergi setelah memberikan makanan pada Haris. Banyak yang mengagumi Haris bukan karena wajahnya yang tampan, tapi kebaikan dan prestasinya yang membanggakan juga banyak yang kagum terhadapnya. Makanya tak heran jika banyak cewek-cewek yang mengantri hanya untuk mendapatkan tempat dihatinya.

Haris yang menjadi bahan ledekan pun hanya terdiam dan terus piket membersihkan asrama. Dan setelah semuanya selesai, Haris segera membersihkan dirinya dan memakai setelan APD untuk apel perpisahan tugas sebelum ia pergi ke bandara. Apel kali ini diwarnai dengan rasa haru, dikarenakan bukan hanya para TNI yang sudah selesai tugas, tapi ada juga warga sekitar yang ikut memeriahkan. Mereka kembali memeluk pasukan tentara tersebut satu persatu.

"Jangan lupakan kami ya ..."

"Semoga kita bisa ketemu lagi."

Air mata Haris pun sedikit keluar karena harus berpisah dengan mereka yang masih butuh bantuan. Tapi apa daya tugasnya di sini akan digantikan oleh pasukan baru. Semua tentara yang pulang sudah berkumpul di bandara untuk transit ke Jakarta sebelum tiba ke Surabaya. Haris tengah sibuk menelpon bundanya yang masih belum diangkat.

"Ish ... kemana bunda ini?"

Tak berapa lama kemudian, telponnya bersambung.

"Halo bang? maaf ya tadi bunda abis dari depan dan gak bawa handphone."

"Ish bunda ni ... Abang udah telpon dari tadi juga," ujar Haris sedikit merajuk.

"Maaf ya hehe ... ada apa?"

"Aku udah pulang dari tugas Bun, Abang sekarang lagi ada di bandara."

Setelah mengatakan hal tersebut, terdengar suara melengking syok terdengar di telponnya. "Hah? Serius?!! Alhamdulillah .... akhirnya kamu pulang. ya Allah, bunda kangen banget sama kamu."

"Iya, Bun. nanti kalo udah di Surabaya, Abang kabarin ya."

"Iya-iya oke ... hati-hati ya, Nak. perbanyak doa supaya selamat."

"Aamiin ... ya sudah, aku tutup dulu ya, Bun. sebentar lagi pesawat mau berangkat."

"Oke ... bye, Sayang."

"Dah, Bun." Haris menghela nafas leganya. Mendengar keberangkatan pesawat sebentar lagi, Haris memukul tas ranselnya untuk masuk ke area pesawat.

"Ini tiketnya, Mbak."

"Baik, Mas ... silakan masuk dan pilih tempat duduk sesuai nomor ya."

Haris Hanya mengangguk, ia pun duduk di tepi jendela pesawat paling pojok. Pesawat sudah mulai bergerak. Dapat duduk dipojok dekat jendela merupakan sebuah keistimewaan karena bisa melihat pemandangan awan dan langit yang sangat cantik.

Akhirnya, ia bisa berkumpul dengan keluarganya kembali. Walaupun hanya sementara, tapi ini lebih dari cukup untuk melepas rindu pada keluarga serta kerabat dekatnya dulu. Waktu perjalanan Haris hampir memakan waktu 6 jam hanya untuk sampai di bandara Jakarta. Selepas itu ia harus transit penerbangan dari Jakarta ke Surabaya dan itu memerlukan waktu selama 2 jam perjalanan.

Sambil menunggu, Haris berniat untuk makan terlebih dulu dan sekalian menghubungi keluarganya jika ia akan berangkat ke Surabaya. Haris yang memang menggunakan setelan APD menjadi pusat perhatian para cewek-cewek disana. Tapi, dia hanya merespon dengan datar dan tak memperdulikan siapapun. Ia pun makan di cafe bandara untuk mengisi perutnya yang lapar akibat perjalanan jauh tadi. Serta ia sedang menelpon bundanya untuk mengabari jika ia sebentar lagi akan sampai di Surabaya.

"Halo, Bun."

"Halo, Bang. kamu udah sampai mana?"

"Abang bentar lagi naik penerbangan ke Surabaya, Bun. paling besok sampai."

"Kamu udah makan?"

"Ini lagi makan."

"Ya sudah ... kalo udah sampai di Surabaya, kabarin bunda ya ... nanti kita jemput."

"Oke, Bun. udah dulu ya, mau berangkat soalnya."

"Iya, Bang ... hati-hati."

Haris segera membawa barang-barangnya untuk menuju ke area pesawat penerbangan ke Surabaya.

***

Sampai keesokan harinya, ia baru sampai di bandara Surabaya. Kini, ia sedang menunggu kopernya datang. Dan hap ... ia pun berhasil mengambil kopernya dengan aman. Di sisi lain.. terdapat segerombolan orang yang sedang menunggu kedatangan orang yang mereka tunggu-tunggu. Siapa lagi kalau bukan keluarga Haris. Di sana juga ada teman-teman lamanya seperti Renal, Brian, Radi, Alex, dan Reno. Yang perempuan ada Mita dan Messi yang memaksa ikut untuk menyambut kedatangan Haris.

"Bun ... masih lama ya?" tanya adik Haris yaitu Hamzar. Hamzar kini tumbuh menjadi remaja tampan seperti kakaknya. Ia sudah memasuki sekolah menengah pertama dan menjadi idola banyak perempuan di sekolahnya.

"Sabar ... bentar lagi Abang kamu juga sampai."

Mita yang memang sedari tadi memperhatikan lurus, seketika terkejut saat melihat wajah yang ia kenali sudah mulai terlihat. "Itu dia!!" seru Mita dengan lantang sembari menunjuk ke arah depan.

"Itu Haris!!"

"Hariiiiisss!" panggil mereka secara bersamaan.

Haris pun setengah berlari untuk mendekati keluarganya. Ia bahkan melepaskan kopernya dan berlari menuju bundanya. "Bunda,"

"Anakku ...."

Bunda memeluk erat anak sulungnya itu. Lalu tak lupa bunda menciumi wajah tampan anaknya itu. "Kamu sehat sayang?"

"Alhamdulilah sehat Bun ... ayah ... apa kabar?"

"Baik anakku," ayah dan Haris kembali berpelukan. Dan setelah beberapa menit kemudian, pelukan itu terlepas.

"Abang!" ujar adiknya saat memeluk abangnya itu.

"Adik Abang udah besar hehe,"

"Eh kalian juga datang?" kejut Haris saat melihat sahabat-sahabat lamanya juga hadir menyambutnya.

"Iya dong ... kapan lagi nyambut kapten kita ini ya gak?" Ujar Brian.

"Yoi!" ujar semua.

Haris mulai memeluk ala pria satu per satu sahabatnya itu untuk melepas rindu mereka yang sudah lama tak bertemu. Pandangan Haris sepertinya sedang mencari sesuatu. "Kamu cari siapa?"

"Nara ke mana, Bun? Dia gak ikut?" tanya Haris pada bundanya.

"Tadi bunda udah ajak dia, cuma katanya ada jadwal kuliah, jadi gak bisa ikut."

"Oh gitu ... ya sudah, yuk kita pulang. rayainnya di rumah aja."

Haris mulai mengambil kopernya kembali dan merekapun pergi meninggalkan bandara untuk menuju ke mobil masing-masing. Di dalam mobil, Haris lebih banyak diam walaupun keluarganya itu sangat berisik. Ia memandangi luar jendela mobil dan menatap keluar ke arah kendaraan yang berlaku lalang dengan sangat cepat. Jujur, ia sedikit trauma akan kenangan masa lalunya. Tapi Haris berusaha untuk tidak terpuruk oleh kejadian di masa lalu.

Setelah menempuh perjalanan hampir 1 jam, mobil yang dikendarai Haris dan keluarga telah sampai di pekarangan rumah mewahnya itu. Dan di susul oleh mobil-mobil yang lain. Mereka pun turun dan ikut membantu membawakan barang-barang Haris yang cukup banyak itu. "Assalamu'alaikum ...." sapa Haris saat memasuki ruangan.

"Waalaikumussalam," jawab oleh seorang pemuda tampan yang sedang membereskan meja tamu serta menata makanan di meja tersebut. Itu adalah Nara yang merupakan adik angkat Haris.

"Halo, Bang. udah lama gak ketemu."

"Hai, Dek."

Mereka melakukan tos ala mereka. Awalnya Nara merasa canggung, tapi Haris secara perlahan membawa Nara kedalam pelukannya. Semenjak kehilangan semua anggota keluarganya, Nara berubah menjadi anak yang pendiam. "Aku ini Abangmu ... bukan orang lain. jadi jangan canggung, oke?"

Nara tersenyum tipis dan mengangguk perlahan.

"Wah ... kamu yang bereskan semua ini?" tanya bunda takjub.

"I-iiya Tan ... eh, Bun."

Bunda tersenyum manis ke arah Nara. Suasana rumah menjadi ramai dikarenakan kehadiran Haris membawa suasana yang meriah yang hampir tak pernah mereka lakukan. "Kalian, ngobrol-ngobrol aja dulu ... gue mau ke atas beresin barang sama mandi."

"Oke!"

Saat menaiki anak tangga, Haris menghela nafas panjang. Secara perlahan ia menaiki anak tangga tersebut sampai ia tiba di depan pintu kamarnya. Segera ia membuka pintu kamar yang sudah lama tak ia pakai. Suasana kamar tampak sama seperti ia pergi meninggalkan rumah ini untuk menjalani pendidikan. Matanya kembali terfokuskan oleh foto yang berukuran sedang serta terdapat bunga di dekatnya.

Haris secara perlahan mendekati foto tersebut "Halo, Sayang ... aku udah pulang ke rumah dengan selamat. aku senang, kamu menyambut kedatanganku walaupun hanya sekedar foto." lirihnya tersenyum getir memandangi foto itu. Foto tersebut adalah foto kekasihnya yang sengaja ia pasang di dalam kamarnya. Bahkan ia juga menambahkan dengan hiasan bunga di dekat foto tersebut.

Haris mengambil foto tersebut yang penuh dengan debu. Lalu ia membawanya ke kamar mandi untuk di bersihkan sekalian ia pergi mandi. Setelah selesai, Haris kembali meletakkan foto yang bersih tersebut ke tempat asalnya. Tak lupa ia memasang bunga yang baru saja ia dapatkan dari teman-temannya. Lalu tangan Haris membelai foto tersebut. "Aku Rindu sama kamu ... aku pengen kamu ada di sisi aku, Bey." lirihnya sedih. Seketika Haris menyeka air matanya ketika ada suara lantang yang memanggil nama dirinya.

"Haris! ayo turun ... kita mau makan bersama nih!"

Di dalam kamar Haris sudah terpasang teknologi yang mana bisa memanggil seseorang tanpa harus effort naik turun tangga. "Oke, Bun ... Abang turun." Haris pun segera pergi ke lantai bawah untuk bergabung dengan keluarga dan yang lainnya.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!