Permaisuri Bai Mengyan adalah anak dari Jenderal Besar Bai An
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Una~ya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ep 3 (Revisi)
Pie in the sky.
Bagi Permaisuri, itu mustahil. Tidak mengharapkan apapun lebih baik dari pada berakhir terluka. Terlebih, Permaisuri tidak begitu tertarik dengan siapa Raja menghabiskan malamnya. Setidaknya, beberapa tahun sejak dia masuk ke istana. Dia mungkin lupa, atau memang sengaja di lupakan. Toh, berpura-pura hilang ingatan tidak baik. Titik terendah bagi seorang istri, tidak lagi perdulikan kepada siapa kasih sayang itu akan berlabuh.
Kepada siapapun, dengan siapapun dan bagaimanapun, pada akhirnya akan kembali kepadanya. Jika──dia bisa mempertahankan posisinya sebagai Permaisuri. Garis-garis sudah jelas, begitupun dengan para wanita yang telah mengabdikan dirinya sebagai Wanita Raja. Konsekuensi dari pilihan itu selalu menunggu.
Entah bagaimana dia memberitahu Ibu Janda Selir Liu agar tidak mengharapkan perubahan besar pada pria yang sudah menyelesaikan pembangunan tembok tinggi nan kokoh. Kecuali, tembok itu diruntuhkan oleh alat berat yang bisa mengaksesnya. Percuma, Tiba-tiba, Permaisuri penasaran dari mana datangnya kepercayaan itu. Ketika Raja mengatakan akan datang lalu dia percaya?
"Yang Mulia, saya boleh mengajukan pertanyaan?" Kata Permaisuri. Dia tidak mencoba percaya, hanya saja rasa penasaran begitu kuat. Rasanya sangat tidak pas.
Janda Selir Liu mengangguk.
"Semua orang membicarakannya, keluarga Bai akan runtuh di tangan Yang Mulia Raja. Lalu, dari mana datangnya kepercayaan itu?"
Beberapa rumor tercipta karena percikan-percikan api kecil. Percikan api kecil itu membesar lalu tertiup angin menimbulkan asap tebal dibarengi dengan api yang berkobar hebat. Terbakar!
"Insting seorang ibu!" Jawabnya santai dan yakin.
Permaisuri tidak bisa menyela lagi. Seorang ibu? Tidak bisa memposisikan diri. Dia melihat bayang wajannya pada air di dalam cangkir, memikirkan motif Raja yang menyetujui permintaan itu. Sampai air menjadi dingin, dia belum menemukan alasan yang cocok kecuali untuk menjatuhkan keluarganya, mencari informasi penting melalui dirinya.
Janda Selir Liu terlihat penasaran dengan ekspresi Permaisuri Bai. Dia menatap dalam, berharap menemukan jawaban tanpa bertanya secara langsung. Menurutnya, Permaisuri Bai orang yang jujur, baik didepan orang lain maupun kepada dirinya sendiri. Tipe yang tidak perduli pandang orang lain. Apapun yang menurutnya baik, maka dia teguh tanpa takut di cela. Ada alasan di balik pengangkatannya sebagai Permaisuri, tapi Raja tidak mengetahuinya, sebab dia masih menyimpan kebencian yang mendalam.
Janda Selir Liu mengingat, mulanya berawal dari Putra Mahkota terdahulu, kakak Lord Xuhuan. Seorang guru yang menurunkan kebencian pada muridnya. Bukan maksud membenci Putra Mahkota tapi pikiran yang tidak baik tanpa mencari tahu kebenaran terlebih dahulu adalah sikap yang seharusnya tidak dimiliki seorang pemimpin. Padahal dia memilih kapasitas menyelidiki, tapi tidak dipergunakan dengan baik, malah meracuni pikiran seorang Pemimpin masa depan.
Dia yakin kesalahpahaman itu menyebabkan impact yang tidak main-main. Bukan hanya sebagai seorang pemimpin tapi sebagai seorang suami. Terbukti, hari ini. Seorang istri yang terbiasa tidak bertanya kapan suaminya akan mengunjungi kediamannya. Bukankah sebagai seorang ibu dan keluarga kerajaan yang mementingkan kemakmuran dan masa depan Kerajaan, harus bertindak? Raja adalah Raja, dan dia harus memiliki keturunan.
"Permaisuri!" Panggil Janda Selir Liu.
Permaisuri Bai mengangkat wajahnya. Tidak bisa menebak arah tujuan panggilan itu.
"Jika suatu saat Raja menjadi penyebab hancurnya keluargamu, apa yang akan kau lakukan?"
Pernyataan itu menciutkan hatinya. Perihal keluarga, hal paling tidak bisa dia bayangkan secara negatif. Dia mencoba bersikap santai. "Keluarga Bai selalu setia, selalu berjalan pada kebenaran. Jika sesuatu yang baik seperti itu menjadi beban Raja sehingga dia akan menghancurkannya maka dia seharusnya bukan Raja."
Kalimat yang ambigu bagi pendengaran Janda Selir Liu. Ada dua tafsir yang tersusun dalam otaknya. 'Dia seharusnya bukan Raja' adalah orang itu bukan Raja. 'Dia seharusnya bukan Raja' adalah Raja tidak harus menjadi Raja, artinya dia tidak pantas menjadi Raja. Lalu, yang manakah yang di maksud? Janda Selir Liu tidak bertanya lebih lanjut untuk memperjelas, walapun dia penasaran kemana arah jawaban atas pertanyaannya.
"Aku ingin mengajakmu melihat bunga di taman, seharusnya mereka sudah selesai. Ayo!" Ucap Janda Selir Liu.
Permaisuri Bai bangkit mengikuti Janda Selir Liu. Benar, para pekerja itu sudah selesai. Taman Istana Huāxiān terlihat berbeda, jauh lebih ramai di bandingkan sebelumnya. Keduanya duduk di kursi terbuat dari batu, tidak berbicara, hanya menikmati keindahan dan keharuman bunga.
Tidak berapa lama sejak mereka menikmati keindahan bunga di taman, datang seorang dayang dari istana dalam Harem menginformasikan adanya keributan yang terjadi di istana Timur. Janda Selir Liu menggeleng pelan, lalu dia melihat Permaisuri yang tampak santai sembari tersenyum kecil.
"Apa yang mereka ributkan!?" Tanya Permaisuri Bai.
Dayang itu menunduk seraya menjelaskan. "Mereka──" bingung menjelaskan secara detail.
"Tidak aap-apa, kau bisa bicara." Lagi, kata Permaisuri menenangkannya.
Dayang itu masih ragu tapi tetap menyampaikan informasi lengkap kepada kedua orang di depannya. "Mereka ingin melakukan protes atas keputusan Yang Mulia Janda Selir Liu perihal kunjungan Raja ke istana Róngyù."
Bukannya marah, Permaisuri menarik sudut bibirnya ke atas lalu menganggukkan kepala ringan. Melihat itu dayang dari istana dalam Harem heran. Nampaknya, Permaisuri tidak terusik dengan kehadiran para Selir Raja. Setidaknya beri mereka hukuman, kata dayang itu dalam hati. Dia menganggap, Permaisuri terlalu baik kepada para wanita-wanita istana Timur sehingga selalu terjadi masalah di Harem.
"Apa kau ingin melihat mereka?" Tanya Janda Selir Liu.
Pemikirannya sama dengan dayang tadi. Permaisuri terlalu santai menanggapi protes yang di layangkan wanita-wanita harem.
"Dayang utama istana Harem pasti sudah memikirkan hukuman yang berat. Yang Mulia, jika kita turun tangan──saya yakin mereka akan berakhir di penjara,"
Mereka setuju, tapi──
"Mereka hanya wanita yang berharap mendapatkan kasih sayang Raja, tidak perlu sampai melukai satu sama lain. Toh, protes hanya protes, tidak seperti mereka bisa mengubah keputusan Yang Mulia Janda Selir Liu." Permaisuri berusaha bijak melihat posisi para wanita istana timur.
Janda Selir Liu setuju dengan perkataan Permaisuri. "Permaisuri benar, tapi mereka melakukan protes terhadap keputusanku. Sebaiknya kita melihat keadaan, sehingga mereka bisa melakukan protes langsung di depanku."
Mau tidak mau, Permaisuri Bai mengikuti Janda Selir Liu pergi ke istana timur.
────୨ৎ────
Ramai, selir Raja berdebat di depan gerbang istana Timur. Mereka saling melempar cacian dan menarik satu sama lain. Para dayang dari istana masing-masing terpecah, ada yang ikut bergulat membela tuannya, ada juga yang tidak ingin ikut campur, memilih menarik diri──berdiri agak jauh dari kerumunan. Wanita-wanita itu tidak memikirkan konsekuensi yang akan di tanggung, mereka terlalu sibuk dengan urusan emosi sehingga buta.
Kasim yang tidak sengaja berada di tempat berlari memberitahukan masalah yang terjadi kepala Dayang urusan istana Harem. Tidak sampai 15 menit, teriakan Dayang urusan Istana Harem membuat mereka berhenti. Kondisi mereka sangat kacau. Baju yang terlihat indah, kini tidak beratur bentuknya. Belum lagi hiasan wajah dan kepala yang sudah tersingkap.
Dari jauh seorang wanita paruh baya berteriak melihat kegaduhan yang terhadi di istana dalam. "Kalian pikir ini pasar!? Apa yang kalian lakukan!"
Kaget! Salah satu dari 6 Selir berbicara. "Dayang utama, mereka membuat keributan terlebih dahulu. Wanita bermarga Shen itu berteriak menjelek-jelekkan Permaisuri. Mereka tidak terima Raja akan mengunjungi kediaman Permaisuri dan berniat menemui Janda Selir Kerajaan Liu meminta keadilan."
Wanita bermarga Shen itu melotot marah pada selir Song. "Kau jangan memfitnah! Jelas-jelas kau yang melakukan semua itu. Dayang utama, aku hanya melerai mereka." Bantahnya.
"Kalian ingin menghancurkan istana timur!?" Suara dari belakang membuat semua orang menoleh.
Mata membelalak.
Dayang utama dari istana harem menunduk sopan. "Yang Mulia Janda Selir Liu, Yang Mulia Permaisuri!"
Dengan cepat mereka menunduk bahkan para dayang berlutut.
────୨ৎ────