Xeena Restitalya, hidupnya selalu tidak menyenangkan setelah ibunya meningal. Ayahnya tak pernah peduli dengannya setelah memiliki istri dan juga anak lelaki.
Xeena harus berjuang sendiri untuk hidupnya. Diusianya yang sudah 25 tahun, dia bersyukur masih diberi kesempatan bekerja di tengah sulitnya mencari pekerjaan.
Tapi siapa sangka, bos di tempat kerjanya yang baru itu begitu terobsesi kepadanya.
"Tetaplah di sisiku, kemanapun kau pergi, aku tetap akan bisa menemukanmu, Xeena."
Jeremy Suryoprojo atau Jeremy Wang, dia merupakan bos Xeena.
Pria yang selalu acuh terhadap orang lain itu tiba-tiba tertarik kepada Xeena.
Xeena yang hanya ingin hidup dengan tenang kini malah berurusan dengan bos obsesif sekaligus ketua Geng Wang.
Lalu bagaimana kehidupan Xeena setelah bertemu dengan Jeremy?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon IAS, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tawanan Cinta 16
Sesuai perintah Jeremy, Boni mencari Xeena. Karena di sekitar depan ruangan tidak ada, ia pun langsung menuju ke pantry.
"Kamu Xeena ya, Office Girl baru di sini," ucap Boni ketika masuk ke Pantry. Sebelumnya dia memang belum bertemu dengan Xeena. Atau, Boni hanya sekedar melihat Xeena saja sehingga ini adalah pertemuan tatap muka mereka untuk pertama kalinya.
"Oh iya, Pak. Ada yang Bapak perlukan?" Xeena meletakkan sendoknya. Ya, dia sekarang ini hendak sarapan karena memang dia belum makan tadi saat berangkat.
"Kamu lagi makan, selesein aja dulu makan mu. Kalau udah, ke ruangannya Mas Bos aah maksudnya ke ruangannya Pak Jeremy, beliau tadi minta aku buat manggil kamu."
Tak
Xeena menutup tempat makannya, dia langsung berdiri dan berjalan keluar dari pantry.
"Tidak apa-apa, Pak. Saya bisa melanjutkan makan saya nanti. Saya akan ke ruangan Pak Jeremy sekarang,"ucap Xeena. Mengingat bahwa Jeremy saat ini tengah sakit, Xeena merasa lebih baik memenuhi panggilan tuannya lebih dulu. Mungkin Jeremy membutuhkan sesuatu, begitu lah isi kepala dari Xeena
Tok tok tok
"Pak Jeremy, ini saya,"ucap Xeena di depan pintu ruang istirahat pribadinya Jeremy.
Di dalam kamar tersembunyi itu, Jeremy menyunggingkan senyumnya. Dia tidak menyangka bahwa panggilannya akan dipenuhi secepat itu. Ia pun segera menyimpan kembali ponselnya. Tadi, Jeremy tengah membaca CV milik Xeena yang dikirimkan oleh Sintia.
Jeremy sangat takjub melihat pangalaman kerja milik wanita itu. Diusianya yang baru 25 tahun, Xeena sudah banyak pengalaman bekerja. Mulai dari waitress, OG, kasir, barista, asisten koki, dan juga SPG. Dia benar-benar seperti memiliki banyak keahlian.
"Oh masuk Xeen,"sahut Jeremy.
Xeena berkata permisi ketika masuk ke kamar itu. Dilihatnya Jeremy masih berada di posisi yang sama saat terakhir dia meninggalkannya tadi.
Xeena juga melirik ke arah bubur yang tadi ia belikan dan ternyata bubur itu belum di sentuh sama sekali oleh Jeremy karena masih utuh.
"Kamu lagi apa saat Boni manggil kamu tadi? Apa sedang ngerjain sesuatu?"
"Tidak Pak, saya sedang istirahat. Saya sedang sarapan."
Eh?
Ada rasa sedikit bersalah pada diri Jeremy karena memanggil Xeena saat sedang makan. Seharunya Xeena tak perlu langsung segera datang dan lebih baik menyelesaikan sarapannya dulu.
"Kalau begitu kamu lanjut dulu sarapannya."
"Tidak apa-apa Pak, saya bisa melakukan nanti. Lalu, apa yang bisa saya bantu? Maaf, kenapa Bapak belum makan juga?"
Tring
Pertanyaan Xeena seolah memberikan sebuah ide untuk Jeremy. Dia yang penasaran dengan wanita itu, ingin tahu lebih banyak tentang pribadi Xeena. Dan saat ini sebuah ide tercetus di kepalanya.
"Oh iya bener, aku belum makan. Duuh, rasanya ndak enak makan sendirian pas sakit gini. Xeena, kamu bisa nemenin aku makan?" Ya itu lah ide dari Jeremy, dia ingin Xeena berada di sana dan makan bersama.
"Bisa Pak."
Sreet
Xeena menarik kursi lalu dudu di sisi ranjang milik Jeremy. Hal itu membuat Jeremy terkekeh geli.
Kata 'menemani' yang dimaksud oleh Jeremy dan Xeena ternyata sangat berbeda. Jeremy ingin Xeena makan bersamanya, tapi Xeena berpikir dia hanya perlu duduk di sana samai Jeremy menghabiskan makanannya.
"Hahaha kamu beneran lucu, Xeen. Maksud aku, ayo makan bersama. Sekarang cepet kamu ambil makananmu, aku akan menunggumu di sini. Asli ndak enak banget pas sakit makan sendirian. Jadi, aku mau kamu makan bareng sama aku di sini."
Aaah
Seolah baru mengerti, Xeena pun bangkit dari duduknya dan mengatakan permisi kepada Jeremy untuk mengambil makanan miliknya yang berada di pantry.
Sebenarnya dia sungguh tidak nyaman makan bersama pimpinan SJ grup tersebut. Bagaimana bisa OG seperti dia berani makan berdua dengan orang yang menduduki tempat pertama di perusahaan ini, tapi Jeremy yang berkata bahwa makan sendirian saat sakit itu tidak menyenangkan membuat hatinya lemah.
Xeena sangat tahu rasanya itu. Selama 25 tahun hidupnya tentu dia pernah sakit juga. Dan ya, dia selalu sendiri. Sakit sendirian tanpa ada yang peduli di dalam rumahnya, dan ia pun harus makan sendiri agar bisa tetap hidup, itu sungguh menyakitkan dan rasanya begitu sepi.
"Nah saya sudah di sini, Pak. Silakan makan bubur Bapak. Seharusnya pak Jeremy sudah makan dari tadi jadi perut Bapak akan lebih cepat membaik."
"Ya, terimakasih Xeen."
Dan benar saja, Jeremy memakan bubur yang tadi diberikan oleh Xeena. Dia yang sebenarnya tidak terlalu menyukai makanan lembek itu entah mengapa terasa nikmat saja saat masuk ke mulutnya.
"Xeen, kamu bawa bekal dari rumah? Kok kelihatannya enak sih? Boleh ngicipin ndak?"
Ya?
Hampir saja Xeena menyemburkan makanannya yang baru saja masuk ke mulut itu. Dia tentu terkejut dengan permintaan Jeremy.
Bagaimana bisa bosnya itu tiba-tiba ingin mencoba makanannya yang sangat sederhana tersebut.
"Ndak boleh Pak, aah maaf bukannya saya pelit. Tapi kan Bapak sedang sakit, sakit perut lagi. Makanan yang saya bawa ini berbumbu pedas. Itu sungguh sangat tidak boleh dikonsumsi bagi orang yang sedang kambuh maag, aslam atau gerd nya."
Jeremy mengerucutkan bibirnya, tapi kemudian dia tersenyum. Baru kali ini ada orang dalam artian karyawannya yang berani menolak apa yang dia minta. Hal ini semakin membuatnya tertarik kepada Xeena.
"Jadi kalau aku lagi ndak sakit boleh dong?"
"Eh, ehmm boleh sih Pak."
"Noted! Jadi, besok aku mau kamu bawain aku makanan yang persis kayak punya mu itu, oke? Tenang aja aku akan beri kamu uang belanja nanti. Jadi, besok bawakan aku sarapan seperti punya mu sekarang."
Jeeeeeng
Xeena hanya bisa terpaku ketika mendengarkan apa yang diminta bos nya tersebut. Bagaimana bisa sang pimpinan perusahaan menginginkan menu makan sederhana miliknya.
Saat ini sarapan yang dibawa Xeena hanyalah nasi, dengan telor ceplok balado ditambah dengan capcai sederhana.
Xeena rasanya ingin mengacak rambutnya saat ini juga. Dia tentu tidak habis pikir dengan tuannya itu.
"Tapi Pak, ini ... itu ... anu, saya takut tidak sesuai dengan selera Bapak." Xeena mencoba beralasan. Dan tentu saja Jeremy tahu akan hal tersebut.
"Lho sesuai apa ndak nya itu kan kalau udah landing di mulut. Jadi bawakan saja besok buatku. Nah, baru lah besok aku akan bilang itu sesuai selera ku apa ndak. Dan ini uang belanjanya."
Sreet
Mata Xeena membelalak ketika Jeremy mengulurkan 5 lembar uang seratus ribuan. Untuk belanja bahan makanan yang ia makan sekarang, tentu itu terlalu banyak.
"I-ini kebanyakan, Pak."
"Ndak apa, simpen aja. Siapa tahu masakan mu sesuai selera lidahku. Jadi nanti kamu bisa masakin lagi buat ku."
Sudahlah, Xeena tak lagi bisa mengelak. Dengan ragu dia mengambil uang itu. Dan Jeremy pun tersenyum dengan sangat lebar saat ini.
"Iki opo to yo, kok malah dikon masak barang (disuruh masak segala)."
Xeena keluar dari ruangan Jeremy dengan menggerutu pelan sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Apa yang dilakukannya itu bisa dilihat jelas oleh Olive, sang sekertaris.
Wajah Xeena yang frustasi membuat Olive merasa khawatir.
"Bos bikin ulah lagi jangan-jangan. Duhh jangan sampai deh ini anak keluar lagi kayak yang dulu-dulu,"ucap Olive degan penuh kekhawatiran.
TBC
santai wae