NovelToon NovelToon
My Lovely SPG

My Lovely SPG

Status: sedang berlangsung
Genre:cintamanis
Popularitas:21.2k
Nilai: 5
Nama Author: De Shandivara

Danisa seorang gadis cantik dan sederhana. Tidak tamat SMU karena kondisi perekonomian keluarganya yang sulit mengharuskannya bekerja dan merelakan cita-cita.

Demi membantu menyambung kehidupan ibu dan adik-adiknya, Danisa rela bekerja banting tulang menjadi SPG di toko sepatu di sebuah mall.

Suatu hari, pertemuannya dengan laki-laki berpenampilan compang-camping yang menurutnya seorang tuna wisma, Danisa memberikannya jatah makan siangnya.

Siapa sangka rupanya pertemuan itu mengubah alur takdir Danisa hampir keseluruhan karena ternyata pria yang dia kira miskin itu adalah pemilik perusahaan brand sepatu tempat dia bekerja.

Bagaimana kisah Danisa? Ayo kita berkelana di sini...

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon De Shandivara, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Risiko Pekerjaan

Sore hari sepulang sekolah, Danisa sudah berpakaian rapi bersiap datang kembali ke hotel yang sama. Kali ini dia akan pergi sendiri tanpa Nadira karena memang hanya dia yang berkepentingan untuk bekerja.

"Ibu, Danisa pergi dulu ya. Tolong doakan Danisa kemana pun Danisa pergi," pamitnya berbisik pada sang ibu yang hanya bisa berbaring di atas ranjangnya.

"Dek, tolong jaga ibu, ya. Mbak mau berangkat kerja dulu," ucap Danisa menitipkan ibunda pada adiknya.

"Da .. dan .. isa," panggil ibunya yang terbata-bata mencoba mengatakan sesuatu.

"Iya, Bu?"

"ha .. ti, ti, ya. Kerja yang ba ... ik ... ya," ujar ibunya yang masih sulit berucap. Danisa mengangguk, mencium kening ibunya, lalu mengecup punggung tangan wanita tersayang yang telah melahirkannya ke dunia.

Menggunakan celana bahan berwarna hitam dan kemeja putih layaknya anak magang yang pernah dia lihat. Tenyata pakaian itu kurang tepat, kata staf yang lainnya.

"Pakaianmu salah. Belum tahu ya ketentuannya?" tanya wanita yang berdiri di belakang meja resepsionis.

"Belum, Mbak," jawab Danisa.

"Oh kamu anak baru itu, Danisa, ya? Aku Santi, seniormu. Ikut aku," ujar dia wanita berparas ayu, make up tebal, agak gemuk, tetapi badannya masih bisa dibilang proporsional.

Danisa diminta menggunakan pakaian yang sama seperti yang dikenakan Santi; rok span warna biru tua sebatas lututnya dan kemeja ketat berwarna putih dengan tambahan scarf di leher bermotif batik berwarna navy.

Danisa pikir, pakaian itu begitu melekat di tubuhnya atau memang ukurannya yang tak sebanding dengan besar tubuhnya sehingga terlalu membentuk lekuk tubuhnya.

"Bagaimana?" tanya Santi saat Danisa tengah bercermin di depan kaca lebar yang ada di kloset.

"Honestly, aku kurang nyaman sih, mbak. Ini terlalu ketat," ucap jujur Danisa.

"Ya, memang seperti itu seharusnya cara berpakaianmu. Lihatlah aku, kita harus terlihat sexy dan menantang," ujar Santi yang membusungkan dadanya hingga dapat dibandingkan seberapa besar dada dirinya dengan milik seniornya itu.

Danisa langsung kicep saat Santi membenarkan postur tubuh Danisa sebagaimana semestinya. Santi mengarahkan posisi dagu Danisa supaya lebih terangkat. Meluruskan punggungnya supaya berdiri tegak, kaki agak menyilang, jangan menunduk, dan sedikit membusungkan dada.

"Sudah, jaga posisi tubuhmu tetap seperti ini selama bekerja," kata Santi.

Danisa yang merasa tidak nyaman menggunakan busana itu, terlebih dia dituntut untuk terus menjaga posisi tubuhnya yang jelas-jelas menyiksa karena harus tegak berdiri sampai malam hari.

Sebenarnya tidak hanya ada dirinya atau Santi di sana, ada beberapa karyawan wanita yang berdiri di sepanjang meja resepsionis. Hanya saja, mereka terlihat lebih senior daripada dirinya, itu yang terlihat di mata Danisa.

Saat pengunjung datang ingin spa atau ke bar, maka salah satu dari mereka akan ditunjuk untuk menemani tamu tersebut menuju ruangannya.

Namun, ada yang janggal Danisa rasakan saat beberapa waktu berlalu, staf wanita yang tadi masuk bersama dengan seorang pria, lalu dia keluar dengan air mata.

"Mbak, dia itu kenapa?" tanya Danisa dengan polosnya.

Jawaban Santi sekadar gumaman atau dengan kalimat, 'biasa, itu menjadi risiko pekerjaan ini'. Tentu jawaban itu tidak dimengerti oleh logika Danisa yang baru bekerja hari ini, tetapi dia mencoba mengesampingkan feeling buruknya.

"Mungkin dia habis mendapat teguran dari tamunya," pikir Danisa.

Saat datang lagi tamu pria tanpa pasangan, maka dia akan memilih satu staf yang berdiri di sana.

Pria itu mengerlingkan matanya pada Danisa, tentu mbak Santi lantas meminta Danisa mengikuti pria itu untuk masuk bersamaanya ke ruangan spa.

Entah mengapa, sejak tadi dia mempunya firasat tidak enak.

"Aku cuma mengantarkannya masuk kan, Mbak?" tanya Danisa berbisik pada Santi.

Santi pun mengangguk. "Dan turuti semua kemauannya," pesan Santi.

Danisa mengantarkan pria itu ke ruangan spa yang dipesan. Private spa dengan paket pelayanan premium.

"Silakan, Tuan. Ini ruangan Anda, ada lagi yang bisa saya bantu?" tanya Danisa pada tamunya.

"Ambilkan saya handuk," kata pria itu yang telah bertelanjang dada. Danisa mengambilkan handuk untuknya.

"Baiklah, ada lagi yang Anda butuhkan?" tanya Danisa seramah yang dia bisa layaknya seorang staf hotel pada umumnya.

Pria itu memosisikan diri telungkup di atas kasur busa, lalu dia menepuk bahunya.

"Pijat aku," kata pria itu.

"Baik, nanti akan ada staf yang datang untuk memijat Anda," kata Danisa karena dia pikir pekerjaannya hanya sebatas mengantarkan saja.

"Tidak, kamu saja. Cepat!" titahnya tak ingin dibantah.

Danisa pun mau tidak mau mulai memijat bahu pria itu walau seharusnya itu bukan tugasnya. Dia memijat dengan kemampuan ala kadarnya. Sedikit bingung karena sebagai LO trainee tidak ada ketentuan memijat tamu saat acara briefing oleh mbak Santi tadi.

"Kurang berasa," komentarnya.

Danisa menambah tekanan pada gerakan pijatannya.

"Ya, itu lebih baik. Hm ... nikmat. Gerakanmu halus sekali, membuatku nyaman. Siapa namamu?" tanya pria itu.

"Sa .. saya Danisa," jawab Danisa.

"Nama yang cantik, secantik wajahmu," puji pria itu yang kini mendongak ke samping dan menatap Danisa.

"Mau jadi pacarku?" katanya tiba-tiba yang sontak membuat Danisa membeliakkan mata.

Danisa tak mengira akan ditanya seperti itu oleh orang yang bahkan sekilas usianya akan sepantaran dengan ayahnya.

"Sudah, Tuan? Saya harus kembali ke depan," kata Danisa.

Namun, Danisa yang bersiap untuk cepat-cepat pergi dari sana tertahan sebab pergelangan tangannya berhasil dicekal.

Pria itu bangkit dari posisinya, dengan lilitan handuk sebatas pinggangnya yang kini telah terlepas hingga menyisakan celana pendeknya. Dia menarik tubuh Danisa supaya tidak menjauh darinya.

"Hai, kenapa buru-buru sekali, Cantik? Kamu belum memijat bagian tubuhku yang lainnya," ujarnya seraya menatap ke bagian inti dirinya.

Tatapan itu menuntun Danisa melihat ke arah yang sama. Danisa membeliak, dapat dia melihat sesuatu yang membuat jantungnya berdegup begitu kencang. "Apa-apaan ini? Kenapa pekerjaannya seperti ini?" ujarnya dalam hati.

"Temani aku hingga satu jam ke depan. Kemarilah, akan kubayar kau dengan mahal," ujar pria itu lagi.

"Tidak, Tuan. Lepaskan," kata Danisa yang mencoba mengempaskan tangan pria itu yang terus menariknya mundur dan mulai berani memegang bagian kaki hingga langkah Danisa terhenti.

"Tuan, lepaskan. Saya mohon atau saya akan berteriak dan melaporkan Anda ke atasan saya," ancam Danisa.

Akan tetapi, tanggapannya hanya kekehan tawa dan semakin gemas untuk terus membuat Danisa terlihat cemas ketakutan.

"Akh!! Tolong! Tolong saya, Mbak Santi!!! Mbak Santi, tolong!" teriak Danisa yang kemudian pria itu mencoba membekapnya dengan menggunakan mulutnya.

Danisa mencoba melawan dan dia berusaha sekuat tenaga untuk tidak tersentuh meski saat ini dirinya telah duduk di pangkuan pria hidung belang tersebut.

Tak ingin kehilangan kesempatan yang ada, di saat kakinya terbebas, Danisa berhasil menendang sekuat tenaga yang tidak tahu kemana arah sasaran tendangannya itu.

"Apa yang tadi kutendang? Mungkin kaki," pikirnya.

Namun, setelah Danisa berhasil terlepas dari kekangan yang menjeratnya dan dia segera berlari keluar dari ruangan mengerikan itu, di saat itu juga terdengar suara jeritan pria itu.

Danisa berhasil lolos, tapi para penjaga dan staf bergantian masuk dan mendatangi ruangan itu.

"Mbak, Mbak Santi. Di sana, pria itu mencoba melecehkan aku, tolong Mbak," kata Danisa yang segera melaporkan pada seniornya yang ikut cemas sejak tadi berlarian ke sana kemari setelah mendengar suara kegaduhan yang sempat terjadi.

Akan tetapi, respons yang didapat Danisa tidak seindah yang diharapkan. Danisa dibawanya ke sebuah ruangan.

Plak!

Satu tamparan mengenai wajahnya dengan sangat panas.

"Bodoh! Kau bodoh sekali, Danisa. Lihatlah apa yang akan terjadi atas perbuatanmu!"

Danisa meringis nyeri memegang pipi. "Mbak, kenapa aku yang disalahkan? Aku korban pelecehan tadi, kenapa Mbak–"

"Diam kau! Kalau kau keberatan dengan pekerjaan ini, seharusnya tidak usah menerimanya sejak awal. Sebab bukan kau saja yang terancam dipecat, tapi aku juga! Sudah kukatakan, turuti semua kemauan pelanggan karena mereka adalah raja yang akan memberikan tip besar atas pelayanan kita," kata Santi memaki.

"Termasuk saat mereka akan menghinakan harga diri kita, Mbak?" sungut Danisa tak habis pikir. Setelah dirinya bersusah payah mencoba terlepas, dirinya malah yang disalahkan.

"Ya! Memang apa yang kamu harapkan dari dirimu yang tidak mempunyai kualitas diri berpendidikan tinggi? Kalau mau mendapat uang yang besar, maka harus ada yang dikorbankan. Ada harga ada rupa, Danisa!"

Semudah itukah mereka mempertaruhkan harga diri demi mendapatkan banyak uang?

Danisa menggeleng, dia menangis saat itu juga. Jika dia tahu sejak awal pekerjaan yang didapatkan akan seperti ini, ia sudah pasti akan menolaknya.

"Mungkin kali ini kamu masih dimaklumi, lain kali jangan lagi melakukan hal yang sama, apalagi membahayakan keselamatan pelanggan yang datang," ujar Santi dengan amarah yang mereda.

Seharusnya Danisa paham sejak awal apa maksud dari kata 'pelanggan' yang sering Santi sebut.

"Nggak, Mbak. Aku nggak bisa bekerja seperti ini. Aku mau keluar saja," ujar Danisa yang kembali ke ruang ganti dan kembali menggunakan pakaiannya semula.

"Sok suci kamu, Danisa!" cibir Santi saat Danisa keluar dari kamar ganti dan melewati Santi begitu saja.

Terserah apa kata mereka, Danisa tetap pergi sebelum dia terikat kontrak atau lebih jauh berada di lingkungan kerja yang tidak sesuai menurut kata hatinya.

Lupakan upah 800 ribu per hari itu, tidak peduli dia akan dikeluarkan dari sekolah karena tak mampu bayar. Itu tidak berarti apa-apa daripada harus menjual harga dirinya demi nominal uang yang tak seberapa.

"Maafkan Danisa, Bu. Hari ini Danisa telah salah memilih pekerjaan," ucap Danisa dalam hatinya.

Karena yang membuatnya semangat bekerja ialah ibu dan adik-adiknya yang menunggu di rumah untuk sesuap nasi yang dia bawa sehingga sebisa mungkin Danisa usahakan untuk mendapatkan uang dengan cara yang benar dan halal.

Brak!

Saat sedang tidak fokus pada langkahnya, Danisa malah tak sengaja menabrak seseorang begitu keluar dari lift.

Dirinya terjatuh duduk di lantai dan pada saat itu sekeliling sedang ramai. Tentu ia menjadi pusat perhatian.

"Oh, Sorry. Kamu baik-baik saja?" tanya dia, seorang pria yang ditabraknya.

"Tidak papa, Tuan," jawab Danisa.

Danisa tak memedulikan uluran tangan pria itu yang ingin membantunya bangkit, lalu tiba-tiba terdengar suara seorang wanita.

"Sayang, ada apa ini?" tanya wanita itu.

Danisa yang telah berdiri sempurna.

"Oh, kamu lagi?! Kenapa suka sekali membuat keributan di sini? Kemarin dia juga sempat hampir membuatku jatuh di tangga," ucap wanita itu pada Danisa.

"Dia tadi terjatuh sebab menabrakku. Kamu baik-baik saja?" tanya pria itu. Danisa yang menunduk hanya mengangguk.

"Memang jadi sial saat bertemu dengan gadis ini. Sudahlah. Ayolah, Sayang, biarkan saja," ujar wanita itu dan mereka memasuki lift.

1
dewi
pak herix atau burhan hrs tau apa yg terjadi dengan daisy dengan memeriksa sisi tv kantor lagian agis sok bgt si adek nya aja sombong d ngak tau d untung
LISA
Sinis bgt ma² nya Burhan
LISA
Hehee..Nisa g tau klo cowo itu bos nya..
LISA
Aq nunggu Kak
LISA
Kita menunggu update nya Kak
LISA
Kesempatan utk Danisa nih
Fri5
nah loh2...... ada udang dibalik bakwan 🤭Hasby gercep jg, langsung broadcast 😂😂😅
🅰️Rion bee 🐝
nah lo salah pahamkan buru lurusin Danisa ntar burhanya ngreog lagi..😃
Ummi Sulastri Berliana Tobing
lanjut
ummaia windarni
salam kenal kak,aki Winda dari Tangerang
happy shalalala: halo... Salam kenal yaa🤗
total 1 replies
Felicia amira
lanjut kak
happy shalalala: Oke kak☺
total 1 replies
Fri5
ntar satpamnya yg diusir Burhan koq Nia 😀🤭
happy shalalala: hahahaha😂
Fri5: Nisa maksdnya
total 2 replies
dzaky ej
Lanjut kak, makin seru cerita x
happy shalalala: Oke, thanks yaaa
total 1 replies
Ummi Sulastri Berliana Tobing
lanjut ☺️☺️☺️
happy shalalala: okey!!!🥰
total 1 replies
Fri5
Yeay......😀 makasih ya kak sdh update lagi👍🤗
happy shalalala: samasama🤗
total 1 replies
Ummi Sulastri Berliana Tobing
terimakasih g jadi Hiatus Thor
lanjut LG
Akasia Rembulan
ditunggu ya kak.. tetap semangat
Fri5
jangan lama2 kak 😥
dewi: kenapa ngak d terusin sampai tamat kk karyanya syg lo
total 1 replies
Felicia amira
😒😒
Ummi Sulastri Berliana Tobing
ya sayang sekali☹️☹️
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!