Karena sebuah kesalahan dimasa lalu yang dilakukan oleh mendiang Ayahnya, Asha merasa bersalah dan mengorbankan dirinya untuk menebus dosa mendiang Ayahnya dengan mendonorkan salah satu ginjalnya pada Rain De Costa.
"Jika orang bertanya mengapa aku yang merasa bersalah padahal semua itu adalah perbuatan Ayah ku ? Apa kalian pernah merasakan bagaimana disayangi melebihi apapun di dunia ini oleh seorang Ayah ? kebaikan dan ketulusan hatinya itu membuat aku ikut andil di dalam kesalahan dan dosa yang ia lakukan."
Kebaikan yang diberikan oleh Asha membuat Rain jatuh cinta meskipun dirinya sudah menikah dengan wanita lain.
Meskipun mereka terhalang jarak dan waktu ternyata Tuhan memiliki rencana yang lain keduanya dipertemukan kembali dalam sebuah insiden dimana Rain harus menyelamatkan Asha dari tangan Pria lain. Hingga keduanya jatuh cinta dan memutuskan untuk menikah.
Lantas seperti apa kehidupan rumah tangga Asha dan Rain ? simak ceritanya jangan lupa like dan komentar kalian.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dewi KD, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 3 KOMA
Kate memeluk tubuh Rain dimana ia begitu senang dan bersyukur akhirnya putra kesayangannya telah sadar dari masa komanya. Ia tak bisa menahan air mata bahagianya saat memeluk tubuh Rain.
Rain dalam hal tersebut hanya bisa diam dan bingung, mengapa dan sejak kapan ia berada disini hingga Kate dan Morgan begitu khawatir dan sedih padanya.
“Sejak kapan aku koma, Mom, Dad ?” Rain membuka suara.
“tiga bulan.” Jawab Morgan pelan.
Rain menelan air ludahnya mendengar jawaban dari Daddy nya. Ia tak menyangka jika ia tidur selama itu. “Hah, yang benar ?” Rain seolah masih tak percaya.
“Kau lihat Mommy mu, tubuhnya bahkan kehilangan berat badan karena terus memikirkan mu.” Lirih Morgan menoleh pada Kate yang memang benar Kate semakin kurus semenjak Rain koma.
“Pantas saja Mommy ku tampak berbeda, maafkan aku Mom. Aku janji akan selalu sehat dan terus membuat Mommy tersenyum.” Rain menggenggam tangan Kate dengan mengecupnya.
“Sudah jangan terlalu banyak bicara, kau baru saja siuman.” Omel Kate.
“Lihat Dad, Mommy masih suka mengoceh.” Adu Rain pada Morgan dan mereka saling terkekeh bersama.
“Sudah diam !” ucap Kate dengan ketus ia kemudian meninggalkan anak dan suaminya tersebut masuk ke luar ruangan, di luar ruangan ia kembali meneteskan air mata bahagianya karena putranya sudah kembali padanya.
“Terimakasih Tuhan.” Ucap Kate diselingi senyuman berurai air mata.
...……...
Malam harinya Rain makan disuapi oleh Kate. Rain juga sedari tadi terpikiran dengan sosok gadis remaja yang berada diruangannya saat ia membuka mata tadi pagi. Siapa gadis itu ? dan mengapa gadis itu sama persis yang ada dalam mimpi panjangnya.
“Mom, apa Mommy tahu siapa gadis yang datang kemari tadi pagi ?” tanya Rain pelan sambil mengunyah buburnya pelan dimulutnya.
“Gadis ?” Kate mengernyitkan dahinya saat Rain bertanya prihal seorang gadis padanya.
Rain menganggukkan kepalanya, ia masih penasaran dengan gadis itu. “Apa kau berhalusinasi ? Mana ada orang lain masuk ke dalam ruang rawat ini selain Daddy dan Mommy dan juga perawat maupun dokter !”
Kate mengatakan demikian karena Rain dijaga dengan ketat, ia dan Morgan tak ingin orang lain masuk ke dalam ruangan Rain.
“Tapi Mom…” sanggah Rain karena apa yang ia lihat tadi pagi jelas-jelas nyata jika ada seorang gadis berada diruang rawatnya.
“Apa kau mau Mom carikan seorang gadis ?” ucap Kate dengan pelan, meski Kate tidak mau membicarakan lagi prihal kapan Rain akan menikah dan dengan siapa. Tapi ia masih saja memancing-mancingi putranya siapa tahu putranya itu mau dicarikan jodoh.
“Tidak Mom !” jawab Rain cepat dan itu membuat Kate mengerucutkan bibirnya hingga membuat Rain gemas.
Beberapa jam setelah Rain makan, Rain mencoba mejamkan matanya apalagi efek obat yang berikan oleh perawat padanya benar-benar membuatnya merasa kantuk.
Saat Rain memejamkan matanya dan masuk ke dalam mimpi. Dalam mimpinya ia kembali melihat senyuman gadis remaja itu, begitu cantik dan mempesona. Rain berjalan mendekat ke arah gadis itu dan berusaha meraih tangannya.
“Siapa nama mu ?” ucap Rain menatap manik mata coklat milik gadis remaja yang selalu ada dalam mimpinya.
Gadis itu hanya tersenyum lebar menampilkan gigi putihnya, ia kemudian melepaskan tangan Rain dan pergi meninggalkan Rain dengan berjalan mundur kebelakang, semakin jauh dan menjauh dari Rain hingga tak terlihat oleh Rain.
Rain kemudian bangun dari tidurnya dengan membuka kedua mata selebar-lebarnya. Mimpi itu barusan seolah nyata baginya, dan membuat Rain bisa menjadi gila karena gadis itu terus hadir dalam mimpinya.
... …………....