Ketidaksengajaan nya bertemu seorang pria di sebuah pesta danca membuat nya terpaksa mengakui pria itu sebagai pacarnya, padahal dia tidak mengenal sama sekali pria tersebut.
Hingga dia dibuat terkejut ketika mengetahui bahwa pria yang dia sewa sebagai pacar semalamnya adalah Presdir diperusahaan tempatnya bekerja........
Aluna Agung Santoso, usia 25 tahun. Cantik. Periang. Somplak. Lucu dan ceroboh dia harus terikat hubungan dengan Presdir nya sendiri.
Alvaro Radiana Putra Zein, Pria matang berusia 30 tahun. Dia Presdir diperusahaan milik keluarga nya sendiri. Dia pria dingin tak tersentuh. Tak pernah tersenyum. Terkesan cuek dan sombong. Pertemuannya dengan seorang gadis mengubah segalanya, dia menjadi pria yang bucin tingkat dewa.
Bagaimana kah kisah mereka?
Yuk simak.
Ini sekedar hiburan jadi mohon bijak dalam menanggapi bacaan.......
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon FitrianiYuriKwon, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pacarku Presdir-02
Happy Reading 🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹
Aluna membereskan meja kerjanya. Waktunya jam makan siang. Wajah gadis itu tersenyum bahagia. Entah apa yang membuatnya bahagia. Dia memang selalu begitu. Tersenyum tanpa beban.
"Mimir, Yuyur".
Aluna menghampiri kedua sahabatnya yang sudah menunggu didepan pintunya.
"Ayo". Ajak Mira. Meski wajahnya kesal dengan nama panggilan Aluna. Tapi sudah biasa. Mau dibuat sekesal apapun dia tidak bisa marah pada sahabat nya itu.
Rayyan sudah menunggu didepan gedung. Dosen tampan itu menjadi pusat perhatian para karyawan yang ada disana. Meski bukan pertama kalinya Rayyan berada disini. Namun tetap saja dia mencuri perhatian.
"Kak Ray".
"Nana".
Rayyan tersenyum hangat melihat Aluna yang sudah berjalan dengan sumringah kearahnya bersama kedua sahabatnya Mira dan Yura.
"Kakak udah lama?". Tanya Aluna saat sudah mendekat pada Rayyan.
"Baru kok". Senyum Rayyan "Yura sama Mira mau ikut?". Tawar Rayyan.
"Ngak Kak, kita juga dijemput. Kita ketemu disana aja nanti". Jawab Yura.
"Ya udah kalau gitu kita duluan ya". Ujar Rayyan
"Iya Kak kita nyusul". Sahut Mira.
"Mimir, Yuyur. Gue duluan ya. Jangan lama-lama takut ntar cacing diperut gue kelaperan gara-gara nungguin loe berdua". Seru Aluna masuk kedalam mobil.
Yura dan Mira hanya geleng-geleng kepala saja sambil tersenyum gemes. Begitu juga dengan Rayyan bahkan tangan pria itu terulur mengacak rambut gadis yang duduk disampingnya itu.
Tidak lama kemudian jemputan untuk Mira dan Yura datang. Siapa lagi kalau bukan para pacar mereka.
"Udah lama nunggu Yank?". Tanya Bayu. Pacar Yura.
"Baru aja kok Yank". Sahut Yura tersenyum dan bersandar manja di lengan kekasihnya yang berseragam polisi itu.
"Rayyan dan Aluna. Udah pergi?". Bayu tersenyum melihat kekasih manjanya.
"Udah. Mereka duluan". Jawab Yura masih bergelut manja dilengan Bayu.
Sampai disebuah restoran cepat saji namun mewah. Rayyan segera memarkir mobilnya. Aluna dengan wajah sumringah turun tanpa menunggu Rayyan membuka pintu.
Rayyan hanya menggeleng gemes. Gadis itu selalu membuatnya tersenyum dengan tingkah manjanya.
"Kak, ayo". Tanpa sadar Aluna mengandeng lengan Rayyan. Membuat dosen tampan itu menjadi salah tingkah.
Mereka berdua masuk. Disana sudah ada Yura dan Bayu. Mira dan Yandi.
"Siang semua". Tanpa disuruh duduk Aluna duduk dengan senyum mengembang.
Rayyan mengikuti Aluna "Kalian sudah lama?". Tanya Rayyan.
"Baru sampai juga Kak". Sahut Mira.
"Pesan apa?". Yandi membolak-balik buku menu.
"Sini, Bang aku duluan". Aluna mengambil buku menu itu ditangan Yandi tanpa peduli pada wajah kesal kekasih sahabat nya itu.
"Mbak aku pesan, ayam goreng kremes, terus nasi putihnya tiga, terus es jeruk nya satu, terus sambal terasinya satu, terus apa lagi ya?". Aluna membolak-balik buku menu itu "Sama sop buntut satu, terus ceker ayam pedas kasih daun bawang dikit, jangan terlalu pedas, minyaknya yang masih baru, terus kasih sedikit gula jangan lupa merica juga". Ujar Aluna.
"Oh ya Mbak buat cowok ganteng disamping saya, pesannya ayam goreng plus nasi putih, minum nya teh es dingin. Bukan teh es panas ya Mbak". Aluna menutup buku menu itu.
Rayyan menggeleng dengan senyum. Aluna selalu tahu makanan kesukaan nya.
"Lun, loe yang benar aja pesan nya? Emang loe mampu ngabisin sebanyak itu?". Protes Yura.
"Loe tenang aja Yur. Ini mah cuma setengah diperut gueee". Aluna menarik turunkan alisnya santai.
"Loe ngak takut gendut Dek, makan sebanyak itu?". Tanya Bayu setengah tak percaya dengan porsi makan Aluna.
"Badan gueee anti gemuk Bang. Gue mau makan sebanyak apapun kagak bakal gede dah badan gue". Celetuk Aluna.
Yang lain hanya menggeleng saja. Aluna memang rajanya makan. Anehnya badannya tidak gemuk, seperti wanita pada umumnya. Badan proporsional dengan berat badan 50 kg dan tinggi 160 Cm. Walau dia yang paling pendek.
Pesanan mereka datang. Rayyan, Bayu, Yandi, Mira dan Yura hanya bisa mengangga melihat meja makan itu penuh. Siapa lagi pemesan makanan paling banyak kalau bukan Aluna. Gadis itu memesan banyak sekali.
"Ayo silahkan makan. Jangan malu-malu. Anggap aja punya sendiri. Kan bayar sendiri". Seru Aluna mengambil makanan yang dia pesan.
"Kamu yakin mampu ngabisinnya?". Tanya Rayyan menelan ludahnya susah payah.
"Hehhe tenang Kak. Ini mahhhh cuma secuil diperut aku". Sahut Aluna sambil mengambil sop yang dia pesan.
"Awas loe kalau nggak habis. Gue hukum loe cuci piring". Ancam Yura kesal. Bagaimana tidak meja mereka dipenuhi dengan pesanan Aluna.
Aluna hanya cuek-cuek saja. Dia menyantap makanannya dengan tak sabar.
"Pelan-pelan Na". Rayyan mengelus punggung gadis itu.
"Iya Kak". Aluna menyahut dengan mulut yang dipenuhi makanan. Hal itu justru membuatnya terlihat imut dan menggemaskan.
Rayyan terpesona dengan kecantikan gadis disamping ini.
"Oh My God. Kenapa dia menggemaskan sekali?". Rayyan memalingkan wajahnya takut jika ketahuan bahwa dia sedang terpesona melihat wajah menggemaskan Aluna.
Jika Yura dan Mira makan feminim dengan gaya wanita pada umumnya. Maka berbeda dengan Aluna. Gadis itu makan menggunakan tangan tanpa sendok. Dia juga makan dengan lahap tanpa peduli dengan tatapan mereka.
"Loe kayak udah setahun nggak makan Lun?". Sindir Mira menelan ludahnya. Cara makan Aluna benar-benar tak teratur.
"Loe kayak nggak tahu Aluna aja". Sambung Yura.
Sedangkan para lelaki hanya menggeleng dengan senyum. Mereka sudah biasa dengan kecerewatan para gadis itu.
Mereka melanjutkan makan. Makanan yang Aluna pesan habis tak tersisa.
"Minum dulu Na". Rayyan menyerahkan es jeruk kesukaan Aluna.
"Makasih Bapa Dosen". Goda Aluna mengedipkan matanya jahil. Rayyan terkekeh gemes.
"Gue heran Lun. Loe makan banyak banget tapi kenapa badan loe kagak gede-gede". Bayu geleng-geleng kepala.
"Jangan kan elu Bang, gue aja heran". Celetuk Aluna
Yura dan Bayu memutar bola mata mereka malas. Aluna benar-benar membuat orang salut dengan sikapnya. Tidak ada feminim sama sekali. Padahal dia cantik dan juga menggemaskan.
"Ya udah ayo".
Mereka pergi meninggalkan restoran dan kembali mengantar para kekasih mereka dikantor.
Bayu dan Yandi satu kantor, karena mereka bertugas ditempat yang sama.
Rayyan juga kembali ke kampus untuk menyelesaikan beberapa nilai para mahasiswa nya.
"Makasih Kak Ray". Aluna melepaskan sabuk pengaman nya.
"Iya Na". Tangan Rayyan terulur mengelus kepala gadis itu "Nanti Kakak jemput ya?". Rayyan tersenyum lembut.
"Kagak usah Kak. Aku sama Mimir dan Yuyur aja. Kita ketemu dirumah aja ntar. Aku punya film baru". Aluna mengeluarkan DVD yang baru dia beli kemarin.
"Wahhh boleh". Seru Rayyan.
"Ya udah Kak. Aku masuk dulu ya". Tak lupa Aluna menyalimi tangan Rayyan.
"Iya hati-hati". Senyum Rayyan.
Rayyan menatap punggung Aluna yang menjauh dari mobilnya. Senyum tak memudar diwajahnya ketika bersama Aluna.
"Andai kamu tahu Na, aku sangat mencintaimu". Rayyan memegang dadanya "Tapi aku nggak berani ungkapin perasaan aku. Aku takut kamu ngejauh dari aku". Gumam Rayyan menghela nafas pelan. Lalu menjalan kan mobilnya.
**Bersambung......
Hai guyysss jangan lupa dukungan buat Aluna dan Alvaro ya**...