Guruku Suamiku

Azka duduk melamun memikirkan ucapan adiknya, hampir saja ia melupakan sosok wanita yang masih berstatus kekasihnya yang kini masih berada di Malaysia menyelesaikan pekerjaannya mereka belajar di universitas yang sama kedekatan mereka pun terjadi karena hampir setiap hari mereka selalu ada kegiatan yang mengharuskan mereka bertemu. awalnya Azka menolak disaat Kelin kekasih Azka menyatakan perasaannya namun karena Kelin tidak pernah menyerah dan terus menerus mendekatinya sampai akhirnya Azka pun luluh juga dan menerima Kelin sebagai kekasihnya .

Tiba-tiba ponsel Azka berbunyi membuatnya terkesiap dari lamunannya. betapa terkejutnya Azka saat matanya melihat nama yang tertera dilayar ponselnya.

Azka mengusap wajahnya kasar, hatinya menjadi gusar bingung harus menjawab atau mengabaikan ponselnya yang terus saja berdering.

Akhirnya dengan terpaksa Azka mengangkat telponnya yang terus berdering.

Azka

" Hallo !"

Kelin

" Hallo sayang, kok lama sih angkat telponnya. kamu sedang apa memangnya.aku ganggu ya?" tanya Kelin dengan suara manja

Azka

" Ah.. tidak aku tadi sedang berbicara dengan adikku!"

Kelin

" Adikmu, bagaimana kabar adikmu dan juga keluargamu?"

Azka

" Baik, mereka semua baik-baik saja"

Kelin

" Kalau begitu kapan kamu kembali lagi ke Malaysia, aku sudah sangat merindukanmu sayang!"

Azka

" Seperti aku akan menetap di sini. aku tidak akan kembali kesana. aku sudah bekerja disini!"

Kelin

" Kamu pasti bercanda iya kan sayang?"

Azka

" Aku serius, Kapan kamu melihatku bercanda?"

Kelin

" Lalu bagaimana dengan ku? dengan hubungan kita sayang?"

" Baiklah sayang kalau begitu tunggu aku menyelesaikan sedikit pekerjaan aku disini, nanti aku akan datang menyusul mu dan ikut menetap di sana!"

Azka

" Tidak perlu Kelin!"

" Maafkan aku, sebaiknya hubungan kita cukup sampai di sini. karena aku...!" ucapan Azka menggantung. ada rasa kasihan terhadap Kelin

tapi tidak mungkin juga dia terus menjalin hubungan dengan Kelin dengan keberadaan Zaira yang sudah berstatus isterinya saat ini.

Kelin

" Aku tidak mau. jangan lakukan ini padaku Bagazkara, aku mencintaimu. cukup jangan katakan apapun lagi gaz!" Kelin menangis di seberang telpon tidak ingin diputuskan oleh Azka begitu saja.

"Mungkin saat ini kamu sedang jenuh dan butuh waktu jadi cukup sampai disini saja obrolan kita ya sayang, aku mencintaimu dan sangat merindukanmu!" setelah mengucapkan isi hatinya Kelin pun langsung mematikan sambungan teleponnya tanpa menunggu Azka bicara.

Azka menghela napasnya berat entah bagaimana caranya untuk membuat Kelin mengerti,disatu sisi dia tidak ingin menyakiti Kelin dan sisi lain dia juga takut Zaira sakit hati jika ia tahu Azka masih menjalin hubungan dengan wanita lain.

Azka berdiri dan mengambil laptop yang berada di atas meja kerja papanya. ia lalu berjalan gontai pergi kembali ke kamarnya.

Setelah sampai di depan pintu kamarnya Azka dengan perlahan membuka pintunya dan terlihat sosok gadis cantik nan imut tengah tertidur pulas di atas kasur. dengan perlahan Azka berjalan menghampiri Zaira setelah menutup kembali pintu kamarnya.

Azka menatap lekat wajah polos Zaira yang tertidur lelap dan memberanikan diri untuk mengecup kening Zaira. merasa ada sesuatu yang menyentuh keningnya Zaira sedikit menggeliat dan membuat Azka tersenyum tipis.

" Kenapa setiap kali menatap wajah polos mu ini rasanya jantungku selalu di buat berdebar-debar.!" gumam Azka dalam hati tanpa melepaskan tatapan matanya dari wajah cantik Zaira

" Kamu sangat cantik dan menggemaskan selalu bisa membuatku tidak dapat mengendalikan detak jantungku yang selalu berdegup kencang setiap kali berada di dekatmu. kamu gadis kecilku isteriku!" Azka berdiri dengan senyum yang belum memudar dari sudut bibirnya.

Dengan perlahan dan hati-hati Azka menyelimuti Zaira sampai sebahu. setelah itu ia berjalan menuju sofa dan mendudukkan dirinya di sana dengan memangku laptop yang tadi dibawanya.Azka membuka laptopnya dan mulai menggerakkan jarinya di sana.

setelah jam menunjukkan pukul 1 malam Zaira membuka matanya dan bergegas pergi ke kamar mandi. selepas keluar dari kamar mandi betapa terkejutnya Zaira saat melihat Azka tengah duduk di sofa dengan laptop berada di atas pangkuannya dengan mata yang terpejam.

Zaira berjalan menghampiri Azka dan dengan perlahan mengguncang bahunya membangunkan Azka yang terlihat sangat kelelahan. ada rasa tidak tega membangunkannya tapi membiarkan Azka tidur di sofa sambil duduk pun Zaira tidak tega bisa esok pagi saat bangun tubuh Azka remuk semua.

" Kak... kak Azka bangun Ka!" Zaira menggoyangkan bahu Azka hingga berkali-kali.

" Kak pindah tidurnya, jangan begini tidurnya kak bisa remuk nanti badan kakak kalau tidur sambil duduk begini!" ucap Zaira dengan sedikit gugup karena degup jantungnya yang selalu memompa dengan cepat setiap kali berada di dekat Azka.

" Kak Azka susah banget sih dibanguninnya gak tau apa jantung gue udah mau copot begini ngeliat wajah tampan kak Azka!" ucap Zaira dalam hati.

" Kak bangun;" panggil Zaira sedikit mengencangkan suaranya dan seketika Azka mengernyap lalu membuka matanya dan betapa terkejutnya Azka saat mendapati Zaira tengah berdiri dihadapannya dengan senyum manisnya.

" Ka.. kamu sedang apa?" tanya Azka yang entah kenapa menjadi gugup

" Kak Azka jangan tidur seperti itu, gak baik nanti badan kakak bisa remuk!" ucap Zaira.

Azka pun tersadar dengan posisinya yang masih memangku laptop untung saja laptopnya tidak jatuh coba jika Azka bergerak dan bergeser posisi tidurnya mungkin laptopnya kini sudah teronggok di lantai.

" Oh.. maaf aku tadi ketiduran!" Azka menutup laptopnya dan meletakkannya di atas meja lalu berdiri dan merangkul bahu Zaira seraya berjalan menuju kasur.

" Terima kasih sudah membangunkan ku. Sekarang ayo kita kembali tidur lagi!" ucap Azka setelah mengecup sekilas kening Zaira dan menggiringnya ke tempat tidur.

jantung Zaira berdegup sangat kencang di saat bibir Azka menempel sekilas di keningnya. wajah Zaira seketika bersemu merah dengan wajah tertunduk Zaira mengikuti langkah Azka yang membawanya ke tempat tidur.

Disaat Azka sudah menjatuhkan dirinya di atas kasur yang empuk Zaira masih berdiri mematung ada perasaan gugup dan canggung melihat Azka yang sudah merebahkan diri di atas kasur.

Azka membuka matanya kembali karena belum merasakan ada pergerakan di atas kasur semenjak dia menjatuhkan dirinya. Azka menatap wajah Zaira yang nampak gelisah mengerti apa yang ada di pikiran Zaira Azka pun angkat bicara.

" Kamu sedang apa berdiri di situ, apa kamu mau tidur sambil berdiri?" tanya Azka membuat Zaira terkesiap dari lamunannya dan menoleh sekilas.

Azka menarik tangan Zaira dan membuatnya jatuh kedalam pelukannya. " Tidurlah jangan berpikir yang macam-macam. aku tidak akan memaksamu untuk menjalankan kewajibanmu.!"bisik Azka masih dengan memeluk Zaira.

Zaira semakin gugup perlakuan Azka membuatnya serasa mati kutu. Zaira yang sebelumnya belum pernah disentuh oleh seorang pria kecuali ayahnya nampak begitu gelisah namun sedikit ada rasa nyaman yang sudah lama tidak ia rasakan semenjak ayahnya meninggal.

Zaira berusaha berontak dari pelukan Azka namun semakin ia berontak Azka semakin erat memeluknya karena jujur saja Azka pun merasakan hal yang sama ada rasa nyaman di saat memeluk tubuh Zaira.

" Biarkan seperti ini, tenanglah aku tidak akan meminta hak ku sekarang tapi biarkan kita tidur seperti ini!" pinta Azka dengan suara lembut membuat Zaira berhenti meronta dan membiarkan Azka tidur dengan posisi memeluknya dan wajah Zaira menempel di dada bidangnya.

Mencium aroma tubuh maskulin Azka yang menyeruak ke dalam hidungnya membuat Zaira merasa sangat nyaman dan tidak berapa lama Zaira pun terlelap begitu juga dengan Azka. keduanya terlelap dengan posisi saling berpelukan karena tanpa sadar Zaira pun melingkarkan tangannya di pinggang Azka.