Reyhan

Acara pemakaman telah selesai. Semua orang sudah pulang, kecuali Rachel, Jeny dan Brisa. Reyhan dan Arsen juga masih ada disana. Arsen membujuk Rachel agar mau pulang, hingga akhirnya mereka pun pulang.

Sebelum pulang, tante Jeny meminta Reyhan datang ke acara pernikahan Rachel dan menjadi wali untuk Rachel seperti keinginan suaminya. Reyhan tidak mau menurutinya, karena dia merasa tidak pantas. Walau Reyhan adalah kakak kandung laki-laki Rachel, tapi dia sadar kalau dirinya lahir dari hubungan terlarang.

.............

Dirumah Dika.

Setelah mendatangi pemakaman Arnes, pak Anggara pergi ke rumah Dika.

"Ada apa mas, tumben datang sore-sore gini?." Tanya Dika.

"Ada yang mau aku omongin, penting."Jawab pak Anggara.

Dika membawa pak Anggara ke ruang kerjanya, Isma juga ikut dalam obrolan penting itu.

"Apa yang mau kamu bicarakan?."Tanya Dika.

"Ini tentang Reyhan." Jawab pak Anggara.

"Apa yang terjadi pada Reyhan?."

"Kamu tahu kan kalau Arnes meninggal?."

"Iya..aku tahu."

"Dika, mas minta sama kamu sebaiknya kamu segera memberitahukan kebenaran ini pada Reyhan. Dia harus tahu kalau Arnes adalah ayah kandungnya. Kita akan sangat berdosa kalau tidak mengatakannya. Kalau kamu tidak mau mengatakannya, biar mas sendiri yang akan mengatakannya." Ujar pak Anggara.

"Iya mas, aku tahu. Aku juga menyesal tidak mengatakannya dari dulu. Sekarang Arnes telah pergi, dan Reyhan tidak tahu kalau Arnes sebenarnya adalah papa kandungnya." Ucap Dika penuh penyesalan.

"Kamu belum terlambat mas. Kamu bisa mengatakannya sekarang. Aku yakin Reyhan akan mengerti." Timpal Isma.

Ketiga orang itu tidak menyadari, kalau ada orang yang menguping pembicaraan mereka dari tadi. Dia begitu terkejut, mendengar pembicaraan mereka.

Jadi, mereka semua sudah tahu tentang kebenaran ini? Mereka sudah tahu, kalau aku anak om Arnes, Dan mereka tidak memberitahukannya padaku. Kenapa mereka menyembunyikannya dariku?. Apa mungkin, semua orang sudah tahu, tentang ini, dan hanya aku saja disini orang terakhir yang mengetahuinya?.Gumam Reyhan dalam hati

Ya, dia memang orang yang mendengar percakapan Dika dan Anggara. Sepulang dari pemakaman, Reyhan melihat pak Anggara dan Dika masuk ke ruang kerjanya, disusul Isma. Entah mengapa, hatinya mengatakan kalau dia harus mengikuti mereka. Dia tidak bermaksud menguping. Namun, saat dia membuka pintu, dia mendengar pak Anggara menyebut namanya.

Reyhan yang awalnya hendak masuk, mengurungkan niatnya. Dia berdiri didepan pintu ruang kerja Dika, dengan pintu yang masih sedikit terbuka. Ketiga orang disana, tidak menyadari kehadiran Reyhan, karena mereka pikir Reyhan belum pulang.

Reyhan lalu masuk ke ruangan itu, membuat ketiga orang yang ada didalam sangat terkejut.

"Reyhan." Ucap mereka bersamaan.

"Jadi selama ini kalian sudah tahu, kalau aku ini adalah anak kandung om Arnes? Kalian tahu aku bukan anak papa Dika?. Dan kalian merahasiakannya dariku?." Tanya Reyhan, membuat ketiga orang itu makin terkejut.

Jadi Reyhan sudah tahu. Batin Dika.

"Maafkan papa Rey!! Papa tidak bermaksud merahasiakannya dari kamu. Papa hanya merasa belum siap mengatakannya." Kata Dika.

"Aku pikir, hanya aku saja yang tahu masalah ini.Ternyata aku salah, kalian ternyata sudah tahu lebih dulu. Dan mungkin aku adalah orang terakhir yang tahu tentang ini. Kalau saja tante Jeny tidak memberitahuku, aku yakin sampai saat ini, aku tidak akan mengetahuinya."

"Tidak Rey. Tidak ada yang tahu tentang ini, selain kami bertiga." Timpal Isma.

"Dengarkan papa Rey, kebenaran ini tidak akan mengubah apa-apa. Apapun yang terjadi, kamu tetap anak papa. Papa sayang sama kamu."

Reyhan membeku. Dia merasa kesal karena merasa ketiga orang itu menyembunyikan kebenaran tentang dirinya. Walau hati kecilnya mengerti, karena dia pun merasakan bagaimana susahnya mengatakan kebenaran itu.Tapi tetap saja dia merasa kecewa, karena tidak diberitahu.

"Kalau papa sayang sama Reyhan, seharusnya papa mengatakan semua itu sejak awal. Reyhan kecewa, karena Reyhan tahu semua ini dari orang lain." Ujar Reyhan, lalu dia keluar dari sana.

Dika ingin mengejar Reyhan, tapi pak Anggara menahannya. "Biarkan dia." Ucap pak Anggara.

"Kamu lihat kan sekarang? Dia pasti kecewa sama kita. Aku sudah memperingatkan kamu dari awal Dika." Ucap pak Anggara.

"Iya aku tahu mas. Aku memang salah. Sekarang apa yang harus aku lakukan?."Tanya Dika.

"Kamu bicara baik-baik padanya.Tapi jangan sekarang. Saat ini pasti dia masih merasa kesal dan kecewa. Coba saja nanti malam."

"Baiklah. Makasih mas." Ucap Dika.

Pak Anggara pun pamit.

Malamnya.

Reyhan tidak keluar dari kamar, padahal jam makan malam sudah lewat. Dika, Isma, dan Reva sudah berulang kali mengetuk pintu kamarnya, tapi Reyhan tidak juga keluar. Dia hanya menjawab kalau dia tidak lapar.

Bu Nur menanyakan kenapa Reyhan tidak makan malam, mereka terpaksa berbohong, dan mengatakan kalau Reyhan sudah makan duluan. Mereka tidak ingin membuat bu Nur khawatir. Apalagi diusianya yang sudah semakin senja, bu Nur semakin bawel, kalau ada anggota keluarganya yang tidak ikut makan.

"Buka pintunya Rey, papa mohon. Kita harus bicara." Ucap Dika sambil mengetuk pintu kamar Reyhan berkali-kali.

"Ada apa sih mah? Kak Reyhan kenapa ?."Tanya Reva.

"Nanti saja mama ceritakan, sekarang mama males." Jawab Isma.

"ihh mama."

"Sudah sana, masuk kamar." Titah Isma.

Tak lama kemudian, Reyhan membuka pintu kamarnya. Isma membiarkan Dika masuk sendirian.

Dika meminta maaf pada Reyhan, dan menjelaskan alasan kenapa dia tidak mengatakan semua itu sejak awal. Reyhan sebenarnya mengerti. Dia juga tidak marah pada Dika atau pak Anggara. Dia hanya marah pada keadaan, dan tadi mungkin dia sempat terbawa emosi.

Reyhan juga meminta maaf pada Dika. Dia memeluk Dika sambil menangis. Dika membalas pelukan Reyhan erat, dan dia juga menangis. Mereka berpelukan sambil menangis.

"Kamu anak papa Rey. Sampai kapanpun, kamu tetap anak papa." Ucap Dika, dengan berurai air mata.