Afnaya Danuarta mengalami suatu musibah kecelakaan hebat, hingga membuat salah satu pada kakinya harus mendapati sakit yang cukup serius. Disaat hari pernikahannya tinggal beberapa waktu lagi, dan calon suaminya membatalkan pernikahannya. Mau tidak mau, sang adik dari calon suami Afnaya harus menggantikan sang kakak.
Zayen Arganta, adalah lelaki yang akan menggantikan sang kakak yang bernama Seynan. Karena ketidak sempurnaan calon istrinya akibat kecelakaan, membuat Seyn untuk membatalkan pernikahannya.
Seynan dan juga sang ayahnya pun mengancam Zayen dan akan memenjarakannya jika tidak mau memenuhi permintaannya, yang tidak lain harus menikah dengan calon istrinya.
Akankah Zayen mau menerima permintaan sang Ayah dan kakaknya?
penasaran? ikutin kelanjutan ceritanya yuk...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Anjana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Belajar berjalan
Setelah menenangkan pikiran kacaunya, Zayen mencoba mengatur pernafasannya. Kemudian melanjutkan tidurnya yang terpotong saat dirinya terbangun dari tidurnya.
Tidak lama kemudian, Zayen kembali terlelap dari tidurnya dengan posisi memeluk istrinya yang sudah terlanjur dalam posisi awal saat keduanya tidak sadarkan diri.
***
Saat merasa anggota tubuhnya merasa lelah dalam posisi tidurnya. Afna terbangun dari mimpi panjangnya, dan dengan pelan Afna membuka kedua matanya.
"Tidak ........!!!!!!!!" teriak Afna sekencang mungkin. Zayen yang masih terlelap dari tidurnya pun mendadak terbangun kaget.
Afna segera melepas pelukannya dari tubuh suaminya. Afna langsung menarik selimut dengan kuat, Zayen yang masih ikut terbalut dalam selimut pun ikut ketarik oleh Afna. Alhasil, tubuh Zayen menindih tubuh Afna.
Kedua bola mata Afna dan Zayen saling beradu pandang. Meski wajah Zayen terlihat seram, namun tetap terlihat tampan.
"Lepaskan!" bentak Afna yang masih ditindih oleh sang suami.
Zayen yang mendapati bentakan dari Afna justru semakin kuat menahan kedua tangan milik istrinya. Zayen semakin mendekatkan wajahnya ke wajah istrinya.
"Kalau aku tidak mau melepaskan, mau apa kamu. Hemmm..." sambil menatap lekat wajah sang istri Zayen berusaha menahannya.
"Aku mohon, lepaskan aku." Zayen pun segera melepaskan dan langsung bangkit dari posisinya.
"Baiklah, cepat bangun dan segera cuci muka dan jangan lupa gosok giginya." Ucap Zayen sambil melepas kaos oblongnya.
Afna yang melihat tubuh Zayen yang berotot pun terpenganga. Meski terlihat seram, tetapi saat menunjukkan dada bidangnya yang berotot membuatnya tergoda. Namun, secepat mungkin Afna segera menepis pikiran kotornya.
"Kenapa kamu menatapku seperti itu, jangan aneh aneh. Cepetan bangun, kenapa kamu masih berdiam diri ditempat tidur." Ucap Zayen membuyarkan lamunan Afna yang sedang fokus menatap tubuh kekar milik suaminya.
"Hei... kenapa kamu masih melamun, cepatlah segera cuci muka kamu itu." Perintahnya lagi sambil melambaikan tangannya.
"Aaah iya, aku lupa. Maaf, bukankah kamu tahu sendiri, bahwa aku tidak bisa jalan. Jangankan untuk jalan, pindah ke kursi roda saja aku tidak bisa. Maafkan aku yang akan selalu merepotkan kamu."
"Aku sudah menyiapkan tongkat penyangga tubuh kamu. Tunggulah, akan aku ambilkan, aku tidak menyukai wanita manja. Jadilah wanita mandiri meski tubuhmu tidak lagi sempurna." Ucapnya kemudian segera mengambil tongkat penyangga.
Afna pun bingung dibuatnya, dirinya harus berbicara apa jika memang benar benar belum bisa berjalan meski memakai tongkat penyangga.
Tidak lama kemudian, Zayen kembali ke kamar dengan membawa tongkat penyangga.
"Lihatlah, aku sudah membelikanmu sejauh hari sebelum kamu menjadi istriku. Aku membelikan dua tongkat penyangga untuk kamu, aku berharap kamu akan terbiasa memakainya. Tinggalkan kursi rodanya, hanya akan membuatmu bermalas malasan. Aku tahu, kaki kirimu tidak bermasalah. Jad, aku rasa kamu masih bisa berjalan meski tanpa kursi roda."
"Terimakasih sudah mengingatkan aku, semoga aku bisa melakukannya."
"Ingat, kamu istriku. Jangan pernah membantah apa yang sudah aku ucapkan. Ikuti dan turuti apa yang aku perintahkan."
"Iya, aku mengerti maksud kamu. Terimakasih sudah membelikan alat bantu untukku."
"Bagus, cepat pakai dan segera cuci muka dan gosok gigi. Aku mau menyiapkan sarapan pagi, jangan protes. Lakukan sesuai perintahku, kamu mengerti?" ucapnya kemudian lsngsung pergi meninggalkan Afna yang masih berada di atas tempat tidur.
"Tunggu." Ucap Afna yang menghentikan langkah kaki sang suami yang hendak keluar dari kamar.
Zayen yang merasa dihentikan langkah kakinya pun langsung memutar balikkan badannya dan menghadap kearah Afna.
"Ada apa lagi?" tanyanya sambil meninggikan satu alisnya.
"Kamu sendiri saja belum cuci muka dan gosok gigi, lantas kenapa kamu mau menyiapkan sarapan pagi?" jawab Afna merasa heran. Sedangkan Zayen baru menyadarinya, bahwa dirinya belum cuci muka dan juga gosok gigi.
"Aku di kamar mandi belakang, jadi tidak perlu kamu mengingatkanku." Jawabnya beralasan demi menutupi kelupaannya. Afna yang melihatnya hanya tersenyum getir.
Zayen langsung keluar dari kamarnya, kemudian segera menggosok giginya dan cuci muka. Setelah itu Zayen menyiapkan bahan bahan masakan yang akan disajikan untuk sarapan pagi bersama sang istri.
Sedangkan Afna di dalam kamar sedikit kebingungan, pasalnya tidak ada yang membantunya untuk menggunakan tongkat penyangga tubuhnya.
Afna berusaha menggunakan tongkat penyangga tanpa bantuan, dengan pelan Afna terus berusaha untuk berdiri. Tiba tiba Zayen teringat, bahwa Afna belum pernah mencoba memakai tongkat penyangga. Dengan sigap, Zayen segera kembali ke kamarnya, dirinya takut jika Afna akan terjatuh saat menggunakan tongkat penyangga.
"Bagaimana ini, apa aku bisa menggunakan tongkat penyangga ini. Mana tidak ada yang membantuku, ditambah lagi dengan seenaknya sendiri dia meninggalkanku dikamar sendirian." Gerutunya sambil cemberut, Zayen yang sudah berada di ambang pintu hanya tersenyum mengumpat.
Zayen segera mendekati Afna, kemudian langsung mengambil tongkat penyangga yang berada ditangan sang istri.
"Ayo, aku bantu untuk berjalan dengan tongkat ini. Jangan protes, tidak ada orang lain yang bisa membantumu untuk belajar jalan memakai tongkat penyangga ini." Afna hanya mengangguk.
"peganglah, letakkan diantara kedua ketiak kamu. Setelah itu, ikuti aku untuk berdiri." Afna melakukannya sesuai perintah dari suaminya. Dengan pelan, Afna mencobanya. Lalu Zayen membantunya untuk berdiri.
"Tahan, jangan gegabah untuk langsung berjalan. Katakan, apakah kamu kuat untuk berdiri dengan posisi seprti ini?" tanya Zayen sambil memegangi kedua lengan atas milik sang istri mencoba menahannya, takut jika sang istri tidak bisa menjaga keseimbangannya.
Afna masih diam, dirinya masih berusaha untuk berdiri dibantu dengan dua tongkat penyangga tubuhnya.
"Bagaimana reaksinya? ada keluhan? jika iya, katakanlah. Aku tidak akan memaksamu untuk menggunakan alat bantu ini."
"Aku masih ingin mencobanya, karena ini yang pertama mungkin saja aku masih merasa sedikit tidak nyaman."
"Apakah kamu ingin mencobanya untuk melangkah? jika tidak berani, jangan kamu lakukan."
"Aku ingin mencoba beberapa langkah, tanpa mencobanya aku tidak akan mengetahui hasilnya."
"Baiklah, jika kamu ingin mencobanya. Aku akan ada di dekat kamu, dan jika kamu merasa tidak kuat bilang saja. Jangan memaksakan diri, karena sangat beresiko. Jadi lebih baik kamu jujur saja, aku tidak akan menyulitkan kamu."
"Iya, aku mengerti. Kalau begitu, biarkan aku mencobanya untuk melangkah."
Dengan nekad, Afna mencoba melangkahkan kakinya untuk berusaha berjalan dengan dua tongkat penyangga. Langkah pertama sedikit sulit untuknya, dan mencobanya lagi untuk melangkahkan kakinya yang kedua sambil mengatur pernafasannya agar tidak semakin was was.
"Apakah terasa sakit? jika ia, katakanlah."
"Tidak, hanya sedikit rasa sakitnya. Mungkin karena dibuat untuk bergerak, jadi sedikit terasa. Aku akan mencobanya kembali, aku ingin bisa jalan walau dengan alat bantu."
"Berhati hatilah, jangan terlalu menggebu gebu."
"Kamu tenang saja, aku akan sabar melakukannya." Jawabnya sambil mencoba untuk berjalan ke langkah kakinya yang ketiga.
semoga tidak ada pembullyan lagi di berbagai sekolah yg berefek tidak baik