Mr. Bodyguard

Beruntungnya Jenna tidak sempat mengirim klarifikasi yang sempat dibuatnya tadi, karena pelakunya sudah membuat klarifikasi tentang berita bohong yang disebarkan.

Namun, suasana di dalam ruang rawat Jenna terasa sedikit mencekik. Di mana aura Elios yang amarahnya masih belum reda, membuat Jenna dan Aurel tidak bisa membuka mulut untuk mengatakan apapun.

“Nona Jenna sudah minum obat?” Tanya pria itu yang masih belum menyadari ketegangan dari dua wanita yang mirip seperti patung itu.

Jenna menggelengkan kepalanya dengan gerakan kaku, baru kali ini ia merasa takut dengan Elios yang terlihat begitu tenang… tetapi sangat berbahaya.

“Minumlah!” Pria itu sudah berada di sisi Jenna dan memberikan obat berserta sebotol air mineral.

Jenna tidak membantah, ia langsung meminum obatnya. Aurel memilih untuk menarik tubuhnya sedikit menjauh dari Elios, karena ia merinding berada di dekat pria yang selalu tenang itu.

“Ke-kenapa kau membunuhnya?” Tanya Jenna setelah sekian lama.

Aurel menggigit bibir bawahnya, ia juga penasaran kenapa Elios langsung membunuhnya begitu saja dan membuat pembunuhan tersebut seakan tindakan b*nuh diri.

“Dia membuat berita yang mencemari nama baik Nona Jenna, beserta keluarga Grelynn. Saya sudah memberinya peringatan, melalui rekan saya… tetapi dia tidak mengindahkan ancaman dari saya. Jadi untuk apa membiarkan orang sepertinya tetap hidup?” Elios menceritakannya dengan ekspresi datar.

Aurel sebenarnya setuju kalau orang itu dibuat mati, karena sang fotografer sudah hampir membuat Jenna tidak selama dan ditambah lagi dengan berita yang tidak benar.

Akhirnya Jenna menemukan seorang bodyguard yang bisa melindunginya dari apapun, dan Aurel merasa sangat lega, sekaligus takut dengan Elios.

“Kenapa kau ingin melindungiku?” Tanya Jenna yang membuat Aurel merasa gemas sendiri.

“Karena saya adalah bodyguard pribadi Nona Jenna dan saya ditugaskan untuk melindungi Nona Jenna dari apapun,” jawab Elios yang sudah bisa ditebak, tetapi Jenna merasa ada sesuatu yang disembunyikan oleh pria itu.

Tidak mungkin Elios hanya ingin melindunginya, bolehkah Jenna merasa percaya diri? Walau sebenarnya perasaannya kini menjadi bimbang oleh perilaku Elios yang benar-benar berbeda dengan dulu.

“Maaf sudah membuat Nona Jenna menangis,” bisik pria itu sambil mengusap pipi Jenna yang basah, karena wanita itu tidak sadar menangis.

Aurel memilih keluar dari sana, tanpa mengatakan apapun. Sebab ia tahu kalau obrolan keduanya sudah mengarah ke sesuatu yang sangat penting, jadi Aurel memilih untuk kembali pulang… karena masalahnya sudah selesai dan hanya menunggu reda untuk menghadapi para media yang pastinya akan mengincar Jenna.

“Aurel mau ke mana?” Tanya Chesa yang sudah kembali sambil membawa sebuah paper bag dari restoran yang berada di depan rumah sakit.

“Aku mau pulang, Aunty,” jawab Aurel dengan senyuman tipisnya.

“Kenapa sangat cepat?” Chesa menarik tangan manajer putrinya dan meletakkan paper bag di tangannya.

“Itu makan siang untukmu, jangan lupa dimakan!” Kata wanita paruh baya itu yang membuat Aurel merasa tidak enak.

“Terima kasih banyak, Aunty,” ucapnya yang dibalas senyuman hangat oleh Chesa.

Aurel berpamitan kepada wanita paruh baya itu, setelah Aurel memasuki lift, Chesa mendorong pintu ruang rawat putrinya dan langsung dibuat melotot oleh tingkah putrinya.

“Jenna turunkan tanganmu!” Seru Chesa saat melihat putrinya kembali mengacungkan jari tengah kepada Elios, seperti tadi.

Jenna meringis pelan, lagi-lagi ia ketahuan oleh ibunya. Padahal bukan salah Jenna, semua ini salah Elios yang mengatakan kalimat aneh yang mampu membuat perut Jenna terasa menggelitik.

...***...

Jenna sudah pulang, tetapi bukan ke Penthouse… melainkan Mansion Grelynn. Di sekitar Penthouse Jenna sudah banyak reporter yang ingin menanyakan lebih rinci tentang berita yang sudah menghilang itu.

Jadi, tidak mungkin Jenna akan tinggal di Penthouse miliknya. Untuk sementara waktu ia akan tinggal bersama kedua orang tuanya, begitupun dengan Elios yang akan selalu berada di sisi wanita itu.

“Sangat membosankan!” Kesal Jenna kepada layar televisi yang menyala.

Ia sudah mencari sesuatu yang menarik hampir satu jam, tetapi tidak ada yang bisa menari perhatiannya. Andai saja ia tidak masuk rumah sakit, pasti saat ini sudah makan di restoran atau belanja di Mall. Namun Jenna harus menahan diri sampai keadaannya benar-benar membaik.

Semua orang tahu kalau Jenna sempat tenggelam dan masuk rumah sakit, jadi banyak penggemarnya yang mengirimkan bingkisan yang dititipkan kepada Aurel.

“Bawa semua bingkisannya ke sini!” Titah Jenna kepada Elios yang sejak tadi berdiri di belakangnya, seperti patung.

Pria itu beranjak dari ruang tengah dan pergi ke kamar Jenna, karena semua bingkisannya ditaruh di kamar wanita itu.

Tidak membutuhkan waktu lama untuk Elios membawakan sebagian bingkisan dari para penggemar Jenna, tidak semuanya… karena tangan Elios tidak bisa membawa semuanya.

“Taruh di atas karpet!” Kata Jenna sambil menunjuk ke arah karpet di bawah sofa.

Elios menaruhnya dengan hati-hati, karena takut ada barang yang mudah pecah. Setelah semuanya ditaruh di atas karpet. Jenna beranja turun dan memilih duduk di atas karpet sambil membuka bingkisan-bingkisan tersebut.

Wanita itu membuka bingkisan yang paling kecil, karena yang besar lebih asyik dibuka terakhir. Elios memperhatikan setiap hadiah yang ada dibingkiskan yang dibuka oleh Jenna.

“Kenapa kau selalu menatap ke arah bingkisanku? Apa kau menginginkannya?” Tanya wanita itu sambil memeluk erat hadiah miliknya.

“Saya tidak tertarik,” kata Elios yang sudah mulai terbiasa dengan tingkah aneh Jenna.

Tetapi wanita itu seakan tidak mempercayai Elios, buktinya Jenna menyembunyikannya di belakang tubuhnya. Elios menggelengkan kepalanya dengan pelan, tingkah Jenna benar-benar mirip dengan keponakannya… Alden.

“Sekarang yang paling besar!” Jenna meraih bingkisan yang paling besar dan ia berharap isinya juga besar.

“Kenapa sangat susah?” Wanita itu cukup kesusahan membukanya.

“Mau saya bantu?” Elios mencoba menawarkan diri untuk membantu Jenna yang wajahnya mulai memerah membuat bingkisan tersebut.

“Buka! Tapi jangan diambil isinya!” Kata wanita itu yang benar-benar mirip seperti anak kecil.

Elios dengan mudah membukanya, yaitu dengan cara merobek bingkisannya. Jenna terlihat menganga tak percaya, karena pria itu bisa membukanya dengan sekali tarikan.

Seberapa besar tenaga yang dimiliki oleh Elios? Jenna menjadi sangat penasaran.

“Nona Jenna?” Panggilan itu membuat Jenna tersadar dari lamunannya.

Wanita itu segera merebut boneka panda yang ukurannya cukup besar, pantas saja bingkisannya besar… ternyata isinya juga besar.

“Ini sangat menggemaskan,” ucap Jenna sambil memeluk boneka tersebut dengan senyuman yang merekah.

Namun berbeda dengan Elios yang merasa ada yang aneh dengan boneka tersebut, pria itu terus memperhatikan tempat yang menurutnya terdapat sesuatu.

“Kenapa kau melihat bonekaku seperti itu?” Tanya Jenna dengan tatapan garangnya, karena wanita itu mengira kalau Elios tertarik dengan boneka panda tersebut.

Bersambung.