Kanaya hidup dalam gelembung kaca keindahan yang dilindungi, merayakan tahun-tahun terakhir masa remajanya. Namun, di malam ulang tahunnya yang ke-18, gelembung itu pecah, dihancurkan oleh HUTANG GELAP AYAHNYA. Sebagai jaminan, Kanaya diserahkan. Dijual kepada iblis.Seorang Pangeran Mafia yang telah naik takhta. Dingin, cerdik, dan haus kekuasaan. Artama tidak mengenal cinta, hanya kepemilikan.Ia mengambil Kanaya,gadis yang sepuluh tahun lebih muda,bukan sebagai manusia, melainkan sebagai properti mewah untuk melunasi hutang ayahnya. Sebuah simbol, sebuah boneka, yang keberadaannya sepenuhnya dikendalikan.
Kanaya diculik dan dipaksa tinggal di sangkar emas milik Artama. Di sana, ia dipaksa menelan kenyataan bahwa pemaksaan adalah bahasa sehari-hari. Artama mengikatnya, menguji batas ketahanannya, dan perlahan-lahan mematahkan semangatnya demi mendapatkan ketaatan absolut.
Bagaimana kelanjutannya??
Gas!!Baca...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon nhaya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Victor vs Artama
Ketika sekretarisnya menginterupsi, suaranya terdengar panik.
"Tuan Artama, Tuan Victor memaksa masuk! Dia membawa dokumen, dan dia... dia terdengar sangat, sangat marah."
Artama menghela napas, urat di pelipisnya sedikit berdenyut. Ia sudah menduga ini. Victor adalah satu-satunya variabel yang belum ia netralkan sepenuhnya, dan kini variabel itu meledak di ruang kerjanya.
"Biarkan dia masuk," perintah Artama, nadanya kembali tajam dan siap tempur.
Victor menerobos masuk, penampilannya berantakan, dan matanya menyala seperti api. Ia tidak berjalan, melainkan menyerbu. Ia tidak melemparkan, melainkan membanting sebuah amplop cokelat tebal ke meja Artama hingga menimbulkan suara keras.
"APA MAKSUD SEMUA BERITA INI, ARTAMA?!" bentak Victor, suaranya meninggi, mengabaikan perban tebal di lengan Artama yang menjadi bukti perkelahian. "Kau batalkan pertunanganmu hanya untuk menjadikan Kanaya sebagai investasi yang harus dilindungi?! Kau pengecut dan bajingan gila!"
Artama dengan tenang mengambil amplop itu. Isinya adalah salinan laporan medis Kanaya dari dokter pribadinya, serta beberapa dokumen hukum yang menunjukkan langkah-langkah Artama untuk menuntut Valencia. Victor benar-benar melakukan perburuan informasi.
"Aku melakukan apa yang perlu kulakukan," jawab Artama dingin, tidak membiarkan kemarahan Victor memengaruhinya. "Dan kau tidak punya hak untuk datang ke kantorku dan mempertanyakan tindakanku."
"Aku punya hak karena gadis itu hampir m4ti karena tingkahmu!" raung Victor. Ia menunjuk perban di lengan Artama dengan jari gemetar.
"Kau terluka hanya karena kau memaksanya kembali ke neraka ini! Dan aku tahu kau! Kau mengakhiri pertunangan dengan Valencia bukan karena kau mencintainya, tapi karena dia merusak properti barumu!"
Artama pun bersandar di kursinya, tatapannya menusuk Victor, mengeras. "Aku tidak mencintai Valencia. Aku tidak akan pernah mencintai wanita yang ingin melukai Kanaya."
"Lalu, apa rencanamu sekarang, hah?!" Victor membanting tangannya lagi ke meja, kali ini lebih keras, membuat benda-benda di atasnya bergetar.
"Kau ingin mengurungnya lagi? Melindunginya dengan rantai emas? Dia bukan barangmu, Artama! Dia adalah seorang wanita!"
"Memang bukan," Artama mengakui, suaranya rendah dan berbahaya.
"Dia adalah titik lemahku. Dan aku tidak akan membiarkan titik lemahku berkeliaran tanpa perlindungan."
Artama kemudian tersenyum tipis,senyum yang berbahaya dan mematikan.
"Aku akan memberikan Kanaya semua yang ia butuhkan. Perawatan terbaik, rumah yang aman, dan yang terpenting, status."
"Status apa?!" tanya Victor, curiga, mencondongkan tubuhnya ke depan.
Artama mengambil pena dari mejanya, mengetuk-ngetuk lembut di dokumen pernikahan.
"Aku tidak akan lagi mengambil risiko kehilangan dia. Aku tidak akan membiarkan orang lain, termasuk kau, mencoba mencl_lrinya. Jadi, rencanaku sederhana."
Artama menatap lurus ke mata Victor, menjatuhkan bomnya.
"Aku akan menikahinya."
Keheningan melanda ruangan, namun kali ini hening yang mematikan. Victor terdiam, tercengang, lalu matanya kembali menyala, kali ini dengan kobaran kemarahan yang melampaui batas.
"Aku akan menjadikannya istriku," Artama melanjutkan, nadanya final. "Dia akan memiliki nama, posisi, dan perlindungan hukum yang absolut. Tidak ada media yang bisa mengganggu istri Artama. Tidak ada Valencia yang bisa menyerangnya. Dan tidak ada bajingan yang bisa datang ke sini dan mengklaimnya sebagai milik mereka. Dia akan terikat padaku sepenuhnya, secara hukum dan emosional."
Victor akhirnya tertawa, tawa yang sinis dan penuh amarah, nyaris histeris.
"Kau benar-benar gila! Kau menculik, kau menyakiti, dan sekarang kau akan memaksanya menikahimu?!" Victor menunjuk luka Artama. "Dia membencimu! Dia menjerit di tengah hujan bahwa dia membencimu! Kau pikir dia akan menyetujui itu?!"
"Dia akan setuju," jawab Artama tenang, seolah sedang membahas cuaca. "Dia membutuhkan perlindungan. Dan aku yang paling memenuhi syarat untuk memberikannya."
Victor tidak lagi bisa menahan diri. Ia membungkuk, wajahnya mendekat ke wajah Artama, matanya memancarkan ancaman murni.
"Aku tidak peduli dengan kekuatanmu! Aku akan membawanya keluar dari sangkar emas yang kau sebut perlindungan! Dia milikku, atau setidaknya, dia lebih baik bersamaku daripada dengan !blis sepertimu!"
Mendengar Victor mengklaim Kanaya sebagai 'miliknya' dan menyebutnya 'monster' menjadi pemicu yang sempurna. Wajah Artama langsung berubah gelap. Ia bangkit dari kursinya dengan gerakan cepat, dan sekarang, merekalah yang saling berhadapan.
Mereka saling bertatapan, dua raksasa yang siap saling menghancurkan demi satu gadis. Kebencian murni terpancar dari mata Victor, tetapi Artama melihat ketidakberdayaan di baliknya. Artama tahu dia telah menang.
Artama memencet interkom, pandangannya tidak lepas dari Victor. "Keamanan, temani Tuan Victor keluar. Dan pastikan dia tidak membuat kekacauan dalam perjalanan."
Victor menatap Artama dengan kebencian murni, rasa jijik dan kemarahan bercampur menjadi satu. Ia ingin menyerang Artama, tetapi ia tahu Artama benar-benar memiliki kekuatan untuk melindungi Kanaya sepenuhnya,sesuatu yang tidak bisa ia berikan.
Victor berbalik dan meninggalkan ruangan, mengetahui bahwa ia baru saja kalah dalam perang untuk Kanaya, dan Artama akan mengikat Kanaya dengan cara yang tidak bisa ia lawan.
Artama kembali menatap tabletnya. Ia membuka dokumen yang berisi detail perjanjian pernikahan yang akan ia buat. Itu akan menjadi perjanjian yang sangat menguntungkan Kanaya, namun dengan syarat, ia harus selalu berada di sisinya.
Aku akan menjagamu, Kanaya, dan tidak ada satu orang pun, terutama Victor yang cengeng itu, yang bisa menyentuhmu lagi, janji Artama dalam hati. Selamanya.