NovelToon NovelToon
Cinta Arjuna

Cinta Arjuna

Status: sedang berlangsung
Genre:Diam-Diam Cinta / Persahabatan / Cintapertama
Popularitas:170
Nilai: 5
Nama Author: ryuuka20

I Ketut Arjuna Wiwaha — atau Arjun, begitu orang-orang memanggilnya — pernah jatuh dalam perasaan yang salah. Cinta terlarang yang membuatnya kehilangan arah, membuat jiwanya hancur dalam diam.
Namun, saat ia hampir menyerah pada takdir, hadir seorang gadis bernama Saniscara, yang datang bukan hanya membawa senyum, tapi juga warna yang perlahan memperbaiki luka-lukanya.

Tapi apakah Saniscara benar-benar gadis yang tepat untuknya?
Atau justru Arjun yang harus belajar bahwa tidak semua yang indah bisa dimiliki?


Dia yang sempurna untuk diriku yang biasa.
— I Ketut Arjuna Wiwaha


Kisah cinta pemuda-pemudi Bali yang biasa terjadi di masyarakat.


Yuk mampir dulu kesini kalau mau tau tentang para pemuda-pemudi yang mengalami cinta terlarang, bukan soal perbedaan ekonomi tapi perbedaan kasta.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ryuuka20, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

20.

🕉️🕉️🕉️

Juna menatap kepergian kedua temannya itu yang melaju dengan motornya dan kembali ke kamarnya lagi. Ingin sekali ia tidur lagi dan melanjutkan mimpi indahnya.

"Jun," panggil kakaknya pada Juna yang menatapnya tajam, Juna bingung melihat tingkah kakaknya yang tiba-tiba muncul dari kamarnya.

"Engken, Bli Yan?"(kenapa Bli Yan) tanya Juna pada kakaknya itu yang menariknya ke kamarnya dan menunjukkan sesuatu di sana.

Wayan menunjuk ke arah tempat tidurnya yang basah, Juna terkejut karena itu dan merasa malu.

Wayan terus tertawa melihat ekspresi Juna yang menurutnya lucu. Juna mengira ia hanya mengompol biasa, namun berbeda dengan kakaknya ini entah apa yang ia pikirkan sehingga ditertawakan sekarang.

"Siapa yang Juna mimpiin?" tanya kakaknya pada cowok itu yang masih menikmati makanannya. Juna masih kesal dengan sikap kakaknya. Tapi itu adalah hal yang normal.

"Ayolah, Bli Yan kan udah bilang itu ya biasa cowok normal sering mengalami hal itu." jelasnya pada adiknya ini, dengan ekspresi kesalnya.

"Cuma mimpi biasa."

"Jangan bohong," lagi-lagi Wayan tertawa mendengar jawaban dari Juna.

"Iyaya, Juna cuma ya gi ..... Ya gitu lah," ia harus mengatakannya pada kakaknya ini. Sepertinya ia harus merahasiakannya dari pada ia jadi bahan ejekan.

"Sama siapa?" tanya Wayan lagi yang masih kepo dengannya.

"Hmm Sanis." Gumamnya, Wayan yang mendengarnya tersedak makanan dan segera mengambil air.

"Artinya Juna udah pubertas, bagus. Nanti Bli Yan kasik tau ..."

"Jangan!" Wayan bingung dengan sikap Juna lalu tertawa mendengar adiknya ini kaget dan panik.

"Kasik tau mama biar nanti buat ...."

"Ouh iya ya." Juna lega, karena nanti mamanya akan mengurus keperluannya nanti saat upacara naik remaja pada umumnya di adakan umat Hindu.

.....................

Juna ingat itu yang dikatakan oleh Raspati tadi sebenarnya. Lalu ia berharap agar tidak memberi tau Sanis tentang itu.

Hari ini mungkin tidak akan Juna lupakan, Sanis mendapatkan apa yang ia inginkan. Tanpa campur tangan darinya, Juna sangat senang bisa melihat wajah Sanis yang bahagia di atas panggung untuk acara sambutan hari ini.

"Juna, gue mau ngomong sama lo." Dinda menghampiri cowok itu yang menatapnya datar.

"Ada apa lagi Dinda?" tanya Juna pada gadis itu yang menarik tangannya menuju studio tari.

"Jun, ada yang mau masuk ke ekskul kita." ucap Dinda pada Juna mulai kepo. Dinda menunjuk ke arah gadis yang duduk di ujung studio sambil tersenyum kepadanya.

Dinda melambaikan tangannya yang membuat gadis itu menghampiri mereka berdua. Yah, Juna bagian dari sekertaris di ekskul tari di sekolahnya dan memasukkan anak baru.

Rambutnya diikat kepang satu, senyuman itu menawan dan menarik perhatian seisi studio itu. Mempunyai aura yang sangat besar, kecantikannya itulah yang mereka nilai dari gadis ini.

"Ini dia sekertaris kita, Lo masuk daftarnya ke dia aja ya." Gadis itu menganggukan kepalanya mengerti. Dinda pergi dari studio tari itu. Juna mengambil buku absennya dan menyerahkannya pada gadis itu.

"Tulis nama Lo dan kasik anak anak baru disini ya, biar sisanya gue yang urus. Untuk tahun ini." Dengan tatapan datar dan nada rendahnya, tatapan gadis itu tetaplah menawan baginya. Juna meninggalkan gadis itu yang menatap nya heran.

"Eh tunggu!" Gadis itu menghentikan langkah Juna yang malas, seharusnya ia tak ke studio tari.

"Nama Lo siapa?" tanya gadis itu padanya, Juna sudah menduganya itu yang akan terjadi jika bertemu dengan gadis. Pastilah gadis itu yang lebih dulu mengajaknya kenalan.

Juna membalikkan badannya lalu menatap tubuh kecil itu, matanya terlihat lebar cocok untuk seorang penari.

"Juna." jawabnya, gadis itu tersenyum senang mendengar nama dari cowok itu.

"Pancali," Juna menganggukan kepalanya dan langsung pergi dari hadapan gadis cantik itu tersenyum ramah padanya.

................

"Lo tau gak anak baru di ekskul tari yang baru masuk lumayan banyak dan yang paling menarik perhatian itu salah satunya anak pejabat." jelas Gungsan pada Juna yang menganggukan kepalanya setuju.

"Gue tau itu, dan Lo tau namanya?" Tanya Juna pada Gungsan.

"Belum kita belum ketemu sih ya," jawab Gungsan pada Juna yang menatapnya tajam pertanda bahwa Juna tau tentang gadis itu.

"Lo tau namanya kan ya? Ya gue tau Jun, yang menang banyak pastilah itu Lo." Juna tertawa renyah menebak yang mungkin terjadi hari ini.

"Iya, tadi gue ketemu sama dia dan nyebutin namanya langsung." jelas Juna pada Gungsan. Juna mengetik nama-nama anak baru di ekskul nya. Melihat nama dari gadis yang ia ajak tadi. Ia menghembuskan nafas gusarnya. Ternyata kebiasaan lamanya itu muncul lagi setelah sekian lama berlalu.

Juna menatap gadis itu yang sedang latihan menari, ternyata sangat pandai sekali menari di atas panggung.

"Juna, aku mau ambil sesuatu diatas sana." Juna tersenyum padanya dan mengambilkan benda yang ada di atas lemari pakaian khusus para penari. Setiap harinya Juna sibuk menyiapkan projeknya bersama timnya untuk lomba kreatifitas di pesta kesenian nanti.

"Juna, hari ini Lo ada waktu gak temenin gue. Daftar ke sanggar seni taksu  ya." Pancali ingin ikut serta dalam sanggar itu.

"Boleh, nanti sore kita ke sanggar." Juna setuju dengan ajakan Pancali. Mereka berdua dengan cepat dekat dan benih cinta yang tumbuh di hati Pancali saat ini.

Sanis mengambil alat lukisnya di lokernya dan bicara pada Juna yang masih melamun.

"Juna, besok Lo ada waktu gak ? Temenin gue melukis ya, di tempat biasa soalnya gue juga ada lomba melukis dari Pak Iyan." ucap Sanis pada Juna.

Sanis memperhatikan cowok itu menatap siapa, ternyata anak baru itu di ekskulnya. Sanis menepuk bahunya dan membuatnya tertegun.

"Eh sorry, "  Sanis meminta jawaban dari Juna untuk ajakannya itu.

"Lo ikut lomba lagi? Boleh juga tuh, hm gue tau tempat yang bagus buat lukisan Lo itu." Juna mempunyai ide untuk mengajak Sanis ke tempat yang indah untuk melukis. Sanis setuju dengan rencana Juna.

Sanis menunggu Juna tepat jam 9 pagi ada janji dengannya untuk ke mengantarnya ke tempat biasa.

Sedangkan Juna ke sekolah untuk latihan bersama Pancali. Sekian lama ia latihan, mengecek notifikasi dari Sanis yang membuatnya kaget.

"Juna, setelah ini kita ...."

"Eh, kayaknya cukup sampai disini deh ya. Gue ada urusan penting." Juna meninggalkan Pancali di studio tari.

Juna segera bergegas menuju ke rumah Sanis, dan mencarinya di rumah. Ia bertanya pada kak Luna bahwa Sanis pergi bersama seseorang bukan Raspati atau kakaknya.

Ia berusaha menghubungi Sanis namun nihil ia tak menjawab telpon darinya. Dimana Sanis sebenarnya dia bersama dengan siapa.

Juna mendapatkan notifikasi dari Kris, jika ia sekarang bersama dengan Sanis. Yasudah kalau begitu ia aman.

Pancali menghampiri Juna yang duduk sendiri di bangku taman sekolah. Yang katanya baru saja menyelesaikan urusannya tadi.

"Gimana Jun?" tanya gadis itu pada Juna yang gak menatapnya dan tak menjawabnya.

Pancali dan Juna sangat dekat sejak pertemuan mereka di studio tari. Juna melakukan tugasnya itu, sebagai kakak kelasnya. Membimbing anak anak baru yang baru masuk di ekskul itu.

      ...............

Pancali gadis cantik yang terkenal seantero sekolah jatuh cinta pada pesona Juna, merasakan kasih sayangnya. Karena perhatian kecil dari Juna membuatnya jatuh cinta pada cowok itu.

"Jun, sebenarnya gue sudah lama sekali suka sama Lo." Gadis cantik itu menyatakan perasaannya pada Juna.

"Pancali, sekian banyak orang yang suka sama Lo dan kenapa harus gue yang Lo suka?" tanya balik Juna yang meminum jusnya, terlihat santai.

"Karena Lo hebat dan tampan, ternyata anak-anak itu benar. Lo baik dan hebat dalam segala hal." jawabnya lagi dengan girang dengan penuh percaya diri.

"Memang benar kecantikan dan ketampanan bisa menggeser pikiran negatif dari seseorang itu." Pancali mengerutkan keningnya bingung.

"Iya, Pancali. Lo hanya dengar kehebatan gue di luar sana dan lo belum tau gue yang sebenarnya."

"Tapi gue kan kenal lo beberapa bulan ini, dan itu memang benar Jun." ucapnya lagi pada Juna yang menggelengkan kepalanya dan menatapnya tajam.

"Bukan begitu Pancali, maksudnya dengan perasaan Lo itu hanyalah sementara untuk gue." Pancali tertegun mendengar pernyataan dari cowok itu. Dengan nada rendahnya dan menusuk itu.

"Lupain itu Dewa Ayu Pancali Putri, itu hanyalah sementara. Mendengar sesuatu tentang gue di luar sana tidaklah salah, memang benar beberapa orang ngenal gue dari apa yang lo bilang itu. Tapi gue gak mau kalau misalnya Lo nolak semua kenyataan tentang gue itu sebaliknya dari yang Lo denger itu." Juna berdiri dari duduknya dan sebelum pergi ia mengatakan jika sudah membayar makanan dan minuman yang mereka pesan tadi.

...............

"Jadi Lo nolak, cewek cantik yang terkenal di sekolah itu?* tanya Sanis pada Juna yang mengangguk sambil tersenyum kepadanya.

Sanis masih kaget dengan apa yang Juna lakukan sekarang, biasanya ia akan menerima perasaan itu. Tapi bukan pacaran dan menolak secara halus. Dan yang ia dengar sekarang yaitu Juna menolak halus namun rasanya tajam.

"Gue cuma gak mau, itu terulang lagi. Merasakan cinta terlarang sangatlah sulit Nis, apalagi di incar satu sekolahan." terang Juna yang gusar karena ulahnya pada Pancali kemarin.

"Ya cinta terlarang Lo sangatlah manis,"

.

.

.

.

.

.

..

.

.

"Gak ada manis-manisnya,"

.

.

.

.

.

.

.

.

.

Bersambung ........

1
LyaAnila
wah. kalau gitu kalian akur-akur ya jangan ribut 🥰
LyaAnila: aku udah mampir kak. ditunggu di ceritaku juga ya makasih👍
total 1 replies
LyaAnila
lha bisa-bisanya kok gitu. bapaknya nikah lagi kah?
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!