Dikhianati. Dituduh berkhianat. Dibunuh oleh orang yang dicintainya sendiri.
Putri Arvenia Velmora seharusnya sudah mati malam itu.
Namun takdir memberinya satu kesempatan—hidup kembali sebagai Lyra, gadis biasa dari kalangan rakyat.
Dengan ingatan masa lalu yang perlahan kembali, Lyra bersumpah akan merebut kembali takhta yang dirampas darinya.
Tapi segalanya menjadi rumit ketika ia bertemu Pangeran Kael…
Sang pewaris baru kerajaan—dan reinkarnasi dari pria yang dulu menghabisi nyawanya.
Antara cinta dan dendam, takhta dan kehancuran…
Lyra harus memilih: menebus masa lalu, atau menghancurkan segalanya sekali lagi.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Adrina salsabila Alkhadafi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 20 Kapal yang tenggelam
Tujuh hari setelah Lyra membuat kesepakatan di Jembatan Serigala, kabar tiba di Istana Eteria. Sebuah kapal dagang utama Niveria, yang membawa rempah-rempah bernilai jutaan keping emas, tenggelam secara misterius di Laut Selatan.
Kapal itu tidak diserang; laporan menyebutkan bahwa muatan rempah-rempah di lambungnya tampaknya telah terbakar dari dalam, menyebabkan kapal meledak. Ini adalah tanda tangan unik Pencuri Bayangan: sabotase yang artistik dan tidak meninggalkan jejak pelaku.
Di Ruang Kerja, Lyra dan Kael meninjau laporan itu. Lyra tersenyum tipis, bangga dengan keberhasilannya, tetapi khawatir dengan harga yang harus dibayar.
"Ini adalah pukulan telak bagi Niveria," kata Lyra. "Rute Rempah-rempah adalah urat nadi ekonomi mereka. Ilaria pasti tahu ini adalah serangan terorganisir."
Kael, yang kini terlihat lebih sehat dan energinya stabil, memegang tangan Lyra. "Kau membuktikan kehendakmu, Ratu-ku. Kau memilih tindakan daripada menunggu."
Namun, ketenangan mereka tidak berlangsung lama. Keesokan harinya, Pangeran Darius, utusan Niveria, kembali ke Istana Eteria. Kali ini, ia tidak membungkuk.
"Ratu Lyra," Darius berkata dingin di Ruang Dewan. "Niveria menganggap tenggelamnya kapal Angin Timur sebagai tindakan perang yang disengaja. Kami tahu ini adalah pekerjaan Anda."
"Kami sangat berduka atas kerugian Niveria," Lyra membalas tenang. "Namun, kami tidak bertanggung jawab atas kecelakaan konyol yang disebabkan oleh penyimpanan rempah-rempah yang buruk."
"Omong kosong!" Darius membentak. "Anda menggunakan entitas bayangan dari dunia bawah tanah. Ratu Ilaria menuntut ganti rugi sepuluh kali lipat dari nilai kapal itu, atau Niveria akan menyerang dalam dua minggu."
Kael melangkah maju, auranya menekan. "Permintaan Anda ditolak. Eteria tidak membayar tebusan kepada musuh. Katakan pada Ratu Ilaria: Jika dia melangkahi perbatasan kami, dia akan menghadapi Aerion yang Bangkit."
Darius menyeringai licik. "Ratu Ilaria tidak takut pada dongeng kuno, Yang Mulia. Tapi ada yang menarik. Ratu kami mengirimkan pesan pribadi untuk Ratu Lyra."
Darius mengeluarkan sebuah amplop kecil, dan menyerahkannya kepada Lyra. "Ratu Ilaria tahu tentang rahasia gelap yang Anda bagikan di Jembatan Serigala. Dia tahu tentang kutukan. Dia menyarankan Anda berhati-hati dengan siapa Anda bersekutu."
Lyra merasakan kengerian menusuk. Bagaimana Ilaria tahu tentang kesepakatan Lyra dan Pencuri Bayangan? Apakah Pencuri Bayangan itu agen Ilaria, atau Ilaria memata-matai mereka?
Lyra dan Kael kembali ke Ruang Kerja, ketegangan terasa mencekik.
"Ilaria tahu," kata Lyra, Lyra meremas amplop itu. "Dia tahu tentang Pencuri Bayangan dan kesepakatan kami. Apakah Pencuri Bayangan itu mengkhianati saya, Kael?"
Kael mengambil amplop itu. "Tidak. Jika Pencuri Bayangan adalah agen Ilaria, mereka akan menyerang sekarang. Ini adalah permainan psikologis. Pencuri Bayangan itu telah membuktikan loyalitasnya dengan menenggelamkan kapal. Tapi Ilaria pasti memiliki agen mata-mata yang sangat dekat dengan kita, atau... agen yang mengawasi Pencuri Bayangan."
Lyra duduk. "Saya harus bertemu dengan Pencuri Bayangan. Saya harus menunaikan janji, dan mendapatkan kebenaran darinya."
"Aku tidak suka ini," kata Kael, Kael memegang bahu Lyra. "Dia meminta Anda membuka segel Liontin itu. Itu berbahaya. Itu akan mengaktifkan kembali memori Valerius. Aku tidak ingin kau mengambil risiko itu, Lyra."
"Risikonya bukan pada memori Valerius, Kael," Lyra memandang Kael dengan mata penuh tekad. "Risikonya adalah pada kekuatan Pencuri Bayangan. Jika dia adalah kunci untuk mengalahkan Ilaria, kita harus memuaskannya. Saya harus membuktikan kepada Pencuri Bayangan bahwa kehendak saya lebih kuat daripada kutukan itu."
Kael menghela napas pasrah. "Baik. Tapi aku akan berada di dekatmu. Dalam wujud bayangan. Jika Pencuri Bayangan itu berani menyentuhmu, Aerion akan mengklaim nyawanya."
Lyra setuju. Tengah malam itu, Lyra membawa Liontin Segel perak dan pergi ke tempat yang disepakati: Gereja Kuno yang Terbengkalai di luar kota.
Lyra berdiri di tengah altar yang gelap, memegang Liontin itu. Tempat itu terasa dingin, dipenuhi sejarah kuno dan sihir tersembunyi.
"Saya sudah di sini," Lyra memanggil, suaranya bergaung.
Pencuri Bayangan muncul lagi, siluetnya memecah kegelapan. Posturnya elegan, dan ia kini membawa tas kulit kecil.
"Tepat waktu, Ratu," suara itu berbisik. "Saya dengar Ratu Ilaria mengirimkan surat. Apakah dia marah?"
"Sangat marah," jawab Lyra. "Misi Anda berhasil. Sekarang, tunaikan janji Anda. Rahasia yang Anda minta."
Lyra meletakkan Liontin Segel perak itu di atas altar. Liontin itu terasa berat dan memancarkan energi dingin yang Lyra kenal.
"Saya akan membuka segelnya," Lyra berkata, matanya menatap Pencuri Bayangan. "Ini adalah rahasia terbesar Istana. Tonton baik-baik, dan katakan padaku rahasia Anda."
Lyra memusatkan pikirannya, mengingat saat Lyra mengunci memori Valerius. Lyra memanggil energi dari Liontin itu. Perlahan, segel itu mulai terbuka. Liontin itu bergetar, dan energi gelap Valerius mulai merayap keluar, menciptakan bayangan tipis.
Lyra merasakan gelombang emosi: penyesalan, cinta yang beracun, dan pengkhianatan. Itu adalah perasaan Valerius yang dilepaskan.
Pencuri Bayangan mencondongkan tubuh, mengamati energi yang dilepaskan dengan intensitas yang mengerikan.
"Ya," bisik Pencuri Bayangan. "Energi ini. Perpaduan antara cinta dan kutukan. Luar biasa."
Tiba-tiba, Lyra melihat bayangan Pencuri Bayangan bergerak. Pencuri Bayangan itu menjulurkan tangannya, dan perlahan, Pencuri Bayangan membuka syalnya.
Lyra terkesiap. Bukan karena wajahnya mengerikan, tetapi karena wajahnya cantik, dengan tulang pipi yang tajam dan mata hijau zamrud—dan yang lebih mengejutkan, wajahnya adalah wajah seorang wanita muda.
"Saya tidak butuh rahasia dari Liontin ini, Ratu Lyra," kata wanita itu, suaranya kini jelas, berirama, dan berwibawa. "Saya sudah tahu rahasia Anda. Karena saya adalah kekasih rahasia Valerius."
Lyra merasakan dunia runtuh. "Apa? Anda berbohong!"
"Saya adalah Lady Arista. Putri dari Duke yang dihancurkan Ayah Anda. Saya adalah mata-mata yang seharusnya menjadi kekasih Valerius. Tapi dia memilih Anda," Arista, si Pencuri Bayangan, menjelaskan, air mata menggenang di mata zamrudnya. "Valerius tidak hanya mencintai Anda, dia mencintai kekuatan Anda. Dan ketika dia mengkhianati Anda, dia memberi tahu saya tentang Liontin ini. Dia ingin saya membebaskannya."
"Mengapa Anda tidak memberitahu saya sejak awal?" tanya Lyra, amarahnya memuncak.
"Karena saya harus menguji Anda. Saya harus tahu apakah Anda layak mendapatkan apa yang seharusnya menjadi milik saya: cinta Valerius dan takhta," Arista membalas. "Valerius tidak mencintai saya, dia mencintai kekuatan. Dan saya mencintai Valerius. Saya ingin Liontin itu untuk membebaskan Valerius, dan mungkin... mengambil Aerion."
Lyra menyadari kengeriannya. Lyra baru saja memberikan kebebasan dan Liontin kepada saingan romantis dan politiknya!
Arista melangkah maju, tangannya menggapai Liontin yang terbuka. "Sekarang, berikan Liontin itu kepadaku. Saya akan membebaskan jiwa Valerius, dan saya akan menjadi Ratu Niveria!"
Tepat saat Arista menyentuh Liontin itu, Lyra merasakan gelombang kehangatan yang kuat. Lyra tahu itu bukan sihir, tapi Kael/Aerion.
Lyra berteriak: "Kael! Sekarang!"
Lyra menarik tangannya, menarik Liontin itu kembali. Pada saat yang sama, energi keemasan menyambar ke arah Arista. Arista menjerit.
Kael, yang berada di bayangan Gereja, telah menyerang Arista dengan kekuatan Aerion murni.
Arista roboh, memegangi bahunya. Dia menatap Lyra dengan kebencian dan kekecewaan.
"Anda mengkhianati saya, Ratu!" Arista berteriak.
"Anda mengkhianati saya lebih dulu, Lady Arista," balas Lyra. "Anda mencoba mencuri takhta dan cinta saya. Itu adalah kejahatan."
Arista bangkit, matanya bersinar dengan kebencian. "Saya akan kembali, Ratu Lyra. Saya akan menghancurkan rempah-rempah Anda, dan saya akan mengambil semua yang Anda miliki. Saya akan mengkhianati Ratu Ilaria, dan saya akan memimpin Niveria untuk menghancurkan Anda."
Arista melarikan diri, menghilang ke dalam bayangan.
Kael muncul dari kegelapan, mendekati Lyra. "Kau sudah aman, Ratu-ku."
Lyra bersandar pada Kael, napasnya memburu. "Dia adalah kekasih Valerius. Dia tahu rahasia kita. Dan dia akan memimpin Niveria melawan kita."
"Baiklah," Kael berkata, Kael memeluk Lyra erat-erat. "Perang sudah dimulai, Lyra. Dan sekarang kita tahu siapa musuh kita. Bukan hanya Ratu Ilaria, tetapi wanita yang mencintai Valerius lebih dari Anda."
Lyra mengangguk. Lyra mencium Kael, ciuman yang dipenuhi tantangan dan tekad baru. Musuh mereka adalah cinta yang ditolak dan dendam yang kuat.
“Bangkit Setelah Terluka” bukan sekadar kisah tentang kehilangan, tapi tentang keberanian untuk memaafkan, bertahan, dan mencintai diri sendiri kembali.
Luka memang meninggalkan jejak, tapi bukan untuk selamanya membuat kita lemah.
Dalam setiap air mata, tersimpan doa yang tak terucap.
Cinta, pengorbanan, dan air mata menjadi saksi perjalanan hidup seorang wanita yang hampir kehilangan segalanya—kecuali harapan.
“Bangkit Setelah Terluka” menuturkan kisah yang dekat dengan hati kita: tentang keluarga, kesetiaan, dan keajaiban ketika seseorang memilih untuk tetap bertahan meski dunia meninggalkannya.
Bacalah… dan temukan dirimu di antara setiap helai kisahnya.