Tak pernah terbayangkan dalam hidup Selena Arunika (28), jika pernikahan yang ia bangun dengan penuh cinta selama tiga tahun ini, akhirnya runtuh karena sebuah pengkhianatan.
Erlan Ardana (31), pria yang ia harapkan bisa menjadi sandaran hatinya ternyata tega bermain api dibelakangnya. Rasa sakit dan amarah, akhirnya membuat Selena memutuskan untuk mengakhiri pernikahan mereka dan memilih hidup sendiri.
Tapi, bagaimana jika Tuhan mempermainkan hidup Selena? Tepat disaat Selena sudah tak berminat lagi untuk menjalin hubungan dengan siapapun, tiba-tiba pria dari masalalu Selena datang kembali dan pria pilihan papa nya. Kedua nya sama-sama menawarkan sejuta ketenangan dan penawar lara.
Akankah Selena tetap pada pendiriannya yaitu menutup hati pada siapapun? atau justru Selena kembali goyah ?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Buna_Ama, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 34.
Jika suasana ketegangan terasa di ruang rapat rumah sakit Mentari Medika, maka berbeda pula dengan suasana yang berada di kediaman papa Riza yang terlihat jauh lebih tenang.
Pagi ini Selena sudah berkutat didapur memasak sarapan untuk nya dan mama Jana serta papa Riza. Ia sibuk memanggang roti dan membuat kopi. Meskipun, sudah ada pembantu tapi Selena tetap ingin melakukannya sendiri.
"Sudah siap". Seru Selena pada dirinya sendiri seraya memindahkan roti itu dari panggangan lalu menata nya diatas piring.
Tapi, ketenangan pagi itu hanya berlangsung sebentar. Karena, mama Jana tiba-tiba muncul dari arah kamar dengan penampilan yang sudah sangat rapi. Blazer pastel, bros partai di dada, rambut disanggul rapi, membuat penampilan mama Jana jauh terlihat lebih segar meski usia nya tak lagi muda.
"Selena..." panggil mama Jana dengan suara yang terdengar nyaring, berjalan cepat menghampiri Selena yang masih berada didapur.
Mendengar suara mama Jana, Selena yang baru saja duduk dikursi dan hendak menuangkan kopi kedalam gelas itu seketika menoleh.
"Ya ma, ada apa ?"
Mama Jana mengulas senyum lebar, lalu menarik kursi dan duduk disamping Selena.
"Ayo, ikut mama ke kantor. Mama mau kenalin kamu sama beberapa pengurus inti. Ada sekjen, bendahara umum, terus ketua divisi humas juga. Mereka sudah mama kabari kalau kamu ikut." Ucap Mama Jana dengan begitu antusias nya
Selena langsung diam terpaku. Tangannya yang memegang cerek kopi itu seketika berhenti di udara.
"Ma.. Selena nggak bisa ikut." Jawab Selena pelan tanpa menoleh menatap ke arah mama Jana
Mendengar itu, dahi mama Jana langsung mengernyit. "Lho? Kenapa nggak bisa? Ini penting, Sel. Kamu harus mulai belajar dari sekarang. Mama nggak mungkin selamanya memimpin."
Selena mengembuskan napas panjang, lalu menaruh pelan cerek itu di atas meja.
"Ma, toko kue lagi banyak orderan. Di cafe juga lagi ramai-ramai dan itu harus Selena pantau. Kalau tambah urusan partai juga, Selena takut keteteran. Semuanya bisa berantakan." Jawab Selena dengan raut wajah yang berubah lesu
Mama Jana terdiam sejenak, ekspresinya berubah sedikit kecewa namun masih mencoba memahami apa yang putrinya itu khawatirkan.
"Lagipula dari tadi pagi papa nggak kelihatan. Papa kemana? Kok nggak sarapan juga?", tanya Selena
Mama Jana mendesahkan nafasnya pelan sambil melepas tas kecil yang sejak tadi digenggam.
"Papa kamu kan semalam ada rapat dadakan dengan pihak kementerian. Katanya selesai larut, dan pagi ini langsung terbang keluar kota buat agenda dadakan juga. Jadi kayaknya dia nggak pulang." Jawab Mama Jana menjelaskan
Selena mengangguk-anggukkan kepalanya paham.
"Sel.." panggil mama Jana ."Mau ya ikut mama ke kantor hari ini?"
“Ma… Selena kan tadi udah bilang. Selena masih kewalahan banget urus toko kue sama café. Dua-duanya aja kadang bikin lembur. Kalo ditambah urus partai. Selena mana sanggup, ma?” keluhnya dengan raut wajah yang jelas menunjukkan keputus-asaan.
“Selena,” suara mama Jana langsung berubah tegas. “Kamu itu penerus mama. Kamu harus mulai tunjukkan diri. Partai itu keluarga kita, kamu nggak bisa terus-terusan nolak.”
Selena mengembuskan napasnya dengan berat seraya menyandarkan punggungnya disandaran kursi.“Tapi ma, Selena belum siap. Beneran deh, Selena takut semua jadi keteteran. Toko kacau, café kacau, partai juga kacau.”
Mama Jana mendekat lalu menepuk pelan bahu putri nya itu.
“Makanya mulai pelan-pelan dulu. Hari ini cuma kenalan sama pengurus inti partai. Kenalan, Sel. Bukan disuruh pidato.”Ucap Mama Jana dengan lembut
“Tetep aja ma…”potong Selena sambil menopang kepalanya dengan kedua tangannya.
“Selena Arunika” panggil mama Jana dengan suara yang sedikit meninggi, tapi masih ada kelembutan. “Kamu itu calon ketua umum selanjutnya. Kalau kamu terus-terusan kabur begini, kapan majunya?”
Selena terdiam. Wajahnya seketika muram, dan hatinya terasa berat antara tekanan, lelah, dan realita yang tak bisa ia hindari.
“Ma beneran Selena belum siap. Boleh nggak nanti aja? Hari lain?”Rengek nya memohon
Mama Jana menghela napas panjang sambil menggelengkan kepalanya, tanda menolaknya dengan tegas.
“Tidak bisa, Sel. Yang mama undang itu pengurus inti. Mereka sudah siap datang.”Kata mama Jana
"Mama..." Selena meraih tangan mama Jana, menyandarkan kepalanya dilengan ibunya itu dan merengek manja berharap mama Jana berubah pikiran. Tapi, mama Jana tetaplah mama Jana.
Yang kalau sudah berbicara, tidak bisa ditawar. Tegas, dan keras kepala tapi hati nya lembut.
"Sudah mama gak mau dengar alasan apapun, Sel, cepat bersiap mama tunggu disini". Kata Mama Jana dengan tegas
Selena mendengus kesal, ia lalu beranjak dari duduknya dan melangkah dengan langkah gontai menuju kamar nya. Bertepatan dengan itu, terdengar suara ketukan pintu dari luar.
Mama Jana segera meminta bibi Narsih untuk membukakan pintu nya.
"Oh nak Lily.." Ucap Mama Jana saat melihat kedatangan sahabat putri nya itu.
Lily yang masih berdiri diambang pintu langsung menoleh kearah mama Jana lalu berjalan menghampiri wanita itu dan menyapa nya.
"Tante Jana.." Sapa Lily dengan sopan
"Mau jemput Selena ya ?" tanya Mama Jana
"Iya Tan". Jawab Lily seraya menarik kursi disamping mama Jana lalu duduk.
Bukan Lily tak sopan pada mama Jana, tapi ia dan Selena sudah seperti keluarga. Dan, mama Jana sendiri juga menganggap Lily seperti anak sendiri sama seperti Selena. Bahkan, mama Jana juga meminta Lily untuk memanggilnya dengan panggilan 'Mama', tapi Lily menolaknya. Katanya ia lebih nyaman memanggil mama Jana dengan sebutan Tante dan Om untuk papa Riza.
"Tapi kayaknya Selena gak bisa ke cafe deh Ly". Kata Mama Jana
Lily mengerutkan dahinya bingung. "Memang kenapa tan?" tanya nya penasaran
"Hari ini Tante mau ajak Selena ke kantor. Tante mau kenalin itu anak sama petinggi dikantor. Kamu tau sendiri kan Ly, sebentar lagi suami tante pensiun dari kediplomatan. Tante juga mau pensiun dari partai dan yang akan meneruskan jadi ketum kan Selena, jadi hari ini dia harus mulai mengenal kantor dan para pejabatnya". Terang Mama Jana menjelaskan
Lily yang mendengar itu hanya mengangguk-anggukkan kepala nya paham. Dan, tak berselang lama Selena kembali muncul.
Perempuan itu sudah berganti pakaian dengan lebih rapi dari sebelum nya. Melihat kedatangan Lily, ia pun juga sedikit terkejut.
"Loh, Ly kamu udah datang ?" tanya Selena
"Hmm.." Sahut Lily. "Katanya mau ditemenin cari apartemen, tapi kata Tante Jana kamu mau ikut ke kantor. Gak jadi pergi sama aku ?" ujar Lily bertanya
"Apartemen? Kamu mau tinggal di apartemen Sel ?" Sela mama Jana menatap putri nya itu dengan alis yang mengernyit keheranan.
Selena tak langsung menjawab, ia menarik kursi sebentar lalu duduk disamping Lily.
"Iya mah, aku mau hidup mandiri tanpa bantuan papa dan mama. Aku mau jadi wanita yang gak bergantung pada siapapun mah". Jawab Selena lirih
Mama Jana yang mendengar itu langsung menghela nafas panjang, menatap Selena dengan sedikit sendu. "Kurang mandiri apa kamu selama ini Sel? Bahkan kamu belum pernah meminta bantuan mama dan papa".
"Maka dari itu mah, ak-"
Belum sempat Selena menyelesaikan ucapan nya, tiba-tiba Bi Narsih datang dengan langkah yang tergopoh-gopoh dan langsung menyela pembicaraan mereka.
"Maaf nyonya.. Nona saya menyela. Tapi, di depan ada yang nyariin nona Selena". Kata Bi Narsih dengan ragu-ragu dan sedikit takut.
"Siapa Bi?" tanya Selena kebingungan. Sebab dia tidak ada janji dengan siapapun kecuali Lily.
"Bibi juga tidak tau siapa nona, tapi dia laki-laki".
.
.
.
Jangan lupa dukungannya genggsss!! Like, vote dan komen... Terimakasih 🌹🎀
ngikut aja kemana arahnya karena si cakra belum terlalu mengejar dan memohon maaf atas masa lalu ngilang tanpa pamit belum terlalu berasa efforts cintanya banyak bepikir dan minum2 hadeh
penasaran aja ama ujungnya liat para pemerannya kalo alurnya jujur udah hadeh lama