Apa yang akan Luna lakukan jika dia memiliki kesempatan untuk kembali ke tiga tahun sebelumnya?.
Luna: "Aku akan menjauh dan menghindari pria brengsek seperti Julian."
...
Di pemakaman yang sudah sunyi, seorang wanita menatap kosong tiga nisan milik keluarganya, Ayah, ibu dan kakaknya. Semua telah pergi, meninggalkannya sendiri.
Ini semua karena Julian. Obsesinya pada pria itu menghancurkan segalanya. Ia menyakiti Kirana, tunangan Julian, hingga pria itu membalas dengan menghancurkan hidupnya.
"Ini balasan karena menyakiti Kirana," ucap Julian sebelum pergi.
Luna terisak. Julian benar. Dialah yang salah. Dia mencoba membunuh Kirana demi mendapatkan Julian, tapi sekarang, dia kehilangan segalanya, dan itu semua karena dirinya yang membuat Julian murka hingga pria itu membunuh keluarganya.
Bodoh. Aku bodoh, ratapnya dalam hati.
....
Hai jangan lupa beri like dan dukungan kalian untuk cerita ini ya. 😁
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon waya520, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Cinta?
Seorang pria berlarian di lorong rumah sakit.
Terlihat raut wajah khawatir dari pria itu, akhirnya dia menghentikan langkahnya saat sudah sampai disebuah pintu.
Dengan sedikit ragu dia membuka pintu itu.
Klek....
Semua orang yang didalam langsung menoleh ke arahnya.
"Loh Julian, ayo masuk." David segera menghampiri anak dari sahabatnya itu, menarik tangan Julian dan membawanya masuk.
Wendy segera menyingkir dari kursi yang berada didepan ranjang anaknya, dia memilih untuk duduk di atas sofa dengan putranya.
mata Luna melotot saat ayahnya malah membawa pria yang paling dibencinya mendekati dirinya.
"Duduk dulu." pinta David yang membuat Julian sedikit kikuk. Bahkan Luna terlihat enggan menatap ke arahnya.
"Ah maaf yah aku tidak bawa apa-apa." ucapnya tidak enak, jujur dia kaget saat mendengar kabar bahwa Luna dilarikan ke rumah sakit.
"Tidak masalah, melihatmu mau menjenguk Luna saja sudah cukup bagiku." ujar David yang membuat perasaan Julian semakin tidak enak.
Dulu dia mana mau menjenguk Luna seperti ini. Bahkan saat wanita itu kecelakaan, dia memilih pergi ke bar dengan temannya dibandingkan ikut orangtuanya menjenguk Luna.
Ternyata dulu dia sejahat itu, pantas saja Luna membencinya.
"Yah aku pergi dulu, ada urusan." Deon langsung berdiri dan berpamitan dengan orangtuanya, ada tugas kuliah yang belum dia kumpul dan harus di kumpulkan sekarang. Jadi dia harus mengambil tugasnya dirumah dan mengantarnya ke kampus.
"Lalu siapa yang menjaga adikmu Deon, ayah dan ibu mau kembali ke kantor." kata David yang keberatan jika Deon pergi.
"Aku saja yah yang menjaga Luna." semua orang langsung menatap julian yang baru saja mengajukan diri untuk menjaga Luna.
Deon menatap pria itu penuh keraguan. "Kau yakin?" tanyanya memastikan. Julian mengangguk. "Hanya menemaninya kan?"
David mengangguk. "Kalau begitu aku dan Wendy pergi dulu Julian, tolong jaga anak kami sebaik mungkin dan aku minta maaf jika nanti Luna menyusahkanmu."
Luna menatap ayahnya horor, apa-apaan ini, kenapa semua keluarganya kompak pergi. Mereka tega sekali meninggalkannya berduaan dengan pria yang paling ingin dia hindari. Yang benar saja.
Julian mengantar kepergian Deon dan David beserta Wendy didepan.
Sedangkan Luna menggigiti kukunya, "Kenapa jadi seperti ini." gumamnya lirih. Dia merasa jalan kehidupannya terasa berbeda dengan yang dulu. kenapa semesta seolah enggan dirinya berada jauh dari Julian?.
Dia sudah berusaha keras untuk menjauh dari pria itu, tapi ada saja yang membuat mereka semakin dekat. Contohnya seperti ini.
Julian terlihat kaku saat duduk di depan tubuh Luna yang terlihat tidak bersemangat seperti biasanya.
"Kau ingin sesuatu?" tanyanya. Siapa tahu Luna ingin sesuatu tapi tidak berani mengatakannya.
"Bagaimana jika aku ingin kau pergi dari sini." jawaban tidak terduga dari wanita itu.
Julian speechless.
"Kau serius?" tanyanya tidak percaya. Seingatnya, Luna ini justru senang saat berduaan dengannya.
cih percaya diri sekali kau Julian.
"Apa kupingmu bermasalah, aku sudah bilang aku suka kau pergi dari sini secepatnya." terdengar cukup kasar tapi Luna tidak perduli, bayangan buruk masa lalunya membuat dirinya sangat muak dengan pria didepannya.
"Tidak, aku tidak akan pergi meskipun kau terus mengusirku, ayahmu sudah meminta ku untuk menjagamu." tegas pria itu yang membuat Luna terperangah. Ini serius seorang Julian Sudi menemaninya sekarang?.
Bukannya pria itu risih dengannya?
"Terserah kau saja." Luna yang malas berdebat memilih untuk merebahkan dirinya dan membelakangi pria itu. Dia takut khilaf jika terus memandangi wajah tampan Julian.
Kenapa tuhan memberikan pria itu wajah yang tampan, kan dia jadi sulit membencinya.
Sial. Umpatnya dalam hati.
....
Deon menutup kembali pintu ruangan dosen dengan perasaan lega, untung saja dia bisa mengantar tugasnya itu tepat waktu.
Dia melirik ke arah jam tangannya. Dia harus segera kembali ke rumah sakit. kasihan adiknya yang malah terjebak dengan Julian disana.
Tapi saat dia ingin pergi ke parkiran, matanya memincing saat melihat seorang wanita yang tengah diganggu oleh beberapa pria.
"Hey siapa kalian." Deon segera bergegas menuju ke arah mereka. Para pria itu segera pergi dari sana. Meninggalkan seorang wanita yang sudah terduduk di atas tanah.
"Kau tidak apa?" tanya Deon yang menarik tangan wanita itu dan membawanya berdiri, tapi dia terkejut saat melihat wajah wanita itu.
"Kau pacarnya Julian." Kirana mengangguk.
"Terimakasih sudah membantuku kak." ucap Kirana yang membuat tubuh Deon mematung.
"Kenapa kau ada disini, maksudku bukannya sudah sore." Deon menatap sekeliling kampus yang memang sudah sepi.
"Aku menunggu Julian, katanya tadi mau menjemputku." kata Kirana yang membuat Deon bungkam. Tangannya mengepal. Dia paling tidak suka pria yang tidak memperdulikan wanitanya.
"Ikut aku, Julian sedang ada urusan." Deon memutuskan untuk mengantar pulang Kirana, dan setelah itu dia akan kembali ke rumah sakit.
....
"Lun." panggil Julian yang tidak mendapatkan respon apapun dari wanita didepannya.
"Aku tidak tahu kenapa kau sekarang menjauhiku." sambungnya tapi wanita itu tetap tidak bergeming. Entah Luna sudah tidur atau belum.
"Jujur lun, aku merasa kehilangan saat kau menjauhiku." Julian terlihat menyesal saat mengatakan itu.
Luna membuka matanya perlahan. Dia mendengar semua perkataan Julian tapi dia enggan untuk menjawabnya.
"Aku tahu mungkin kau lelah menghadapi sikapmu yang terkadang keterlaluan." Luna ingin mengiyakan ucapan Julian itu. Bukan hanya keterlaluan tapi sikap pria itu sangat parah hingga membuatnya hampir gila.
"Tapi haruskah kau menjauh secepat ini." maksud Julian, kepergian Luna dari sisinya itu terlalu tiba-tiba, dia sudah terbiasa dengan keberadaan wanita itu. Saat Luna tidak ada disekitarnya, rasanya sangat aneh, seolah ada yang hilang dari hidupnya.
"Lalu aku harus bagaimana?, bukankah itu yang kau inginkan selama ini." akhirnya Luna memutuskan untuk menjawab semua perkataan Julian. Dia segera bangun dan duduk menghadap ke arah pria itu.
"Kau sering menyuruhku untuk menjauhi mu Julian, dan sekarang aku menuruti keinginanmu, tapi tetap saja kau tidak terima, jadi apa maumu sebenarnya?" tanya wanita itu sedikit frustasi. Astaga dia ingin sekali memukul wajah menyebalkan itu.
"Tidak, jangan menjauhiku. Aku menarik semua ucapanku saat itu. Aku mohon lun, jangan menjauhiku."
Luna terkekeh kecil saat melihat wajah memohon pria itu. "Dulu aku yang memohon padamu untuk tidak menjauhiku, sekarang malah berbalik jadi kau yang memohon agar aku tidak menjauhimu, lucu sekali."
Julian diam, dia memandang wajah Luna yang menatapnya dengan datar.
"Apa kau tidak mencintaiku lagi?"
Deg....
Luna menatap Julian tidak percaya. cinta?, dia memang pernah mencintai pria itu, tapi rasa cintanya sudah hilang sejak pria itu menyakitinya bahkan menghancurkan hidupnya dimasa lalu.
semangat terus 😍😍😍😍
dan terimakasih sudah UP kakak 😍
makin seru 😍
lanjut up lagi thor