Program KKN Sarah tidak berakhir dengan laporan tebal, melainkan dengan ijab kabul kilat bersama Andi Kerrang, juragan muda desa yang sigap menolongnya dari insiden nyaris nyungsep ke sawah. Setelah badai fitnah dari saingan desa terlewati, sang mahasiswi resmi menyandang status Istri Juragan.
Tetapi, di balik selimut kamar sederhana, Juragan Andi yang berwibawa dibuat kewalahan oleh kenakalan ranjang istrinya!
Sarah, si mahasiswi kota yang frontal dan seksi, tidak hanya doyan tapi juga sangat inisiatif.
"Alis kamu tebel banget sayang. Sama kayak yang di bawah, kamu ga pernah cukur? mau bantu cukurin ga? nusuk-nusukan banget enak tapi ya sakit."
"Jangan ditahan, cepetin keluarnya," bisiknya manja sambil bergerak kuat dan dalam.
Saksikan bagaimana Andi menahan desah dan suara derit kasur, sementara Sarah—si malaikat kecil paling liar—terus menggodanya dengan obrolan nakal dan aksi ngebor yang menghangatkan suasana.
Ini bukan sekadar cerita KKN, tapi yuk ikuti kisah mereka !!!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nur Azzahra rahman, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Hari-hari Terakhir KKN
Hari-hari terakhir KKN terasa begitu penuh makna bagi Sarah. Sudah hampir sebulan ia tinggal di desa, di rumah Pak Haji tempat ia bersama teman-teman KKN lain tinggal. Setiap pagi ia bangun dengan suara ayam berkokok, setiap sore pulang ke rumah keluarga Andi, dan setiap malamnya penuh cerita tentang hari yang dilalui. Kini waktu yang ditunggu-tunggu sekaligus ditakutkan tiba: hari pulang ke kota.
Sore itu, udara desa terasa hangat namun sedikit muram. Sarah bersama teman-teman KKN sibuk berbenah. Ada yang mengemas barang, ada yang mencuci pakaian, ada yang menata alat-alat yang selama ini dipakai untuk kegiatan KKN. Suara canda tawa terdengar di setiap sudut rumah Pak Haji, namun di dalam hati, mereka semua menyimpan perasaan campur aduk.
“Besok kita pulang… nggak nyangka waktu cepat sekali berlalu,” ujar Sarah sambil mengangkat tas yang berisi pakaian. Andi yang sedang membantu membawa barang, hanya tersenyum. Ia tahu, momen ini bukan sekadar tentang pulang, tapi tentang akhir dari bab penting dalam hidup mereka berdua.
Tiba-tiba datang kabar bahwa beberapa teman KKN yang lain juga akan pulang sore ini. Mereka semua memutuskan mengadakan pesta kecil sebagai bentuk pamitan. Di halaman rumah Pak Haji, tenda sederhana didirikan, dihias dengan lampu-lampu kecil. Aroma sate dan jagung bakar memenuhi udara desa. Suara musik lembut mengalun, bercampur dengan tawa dan suara canda.
Sarah berdiri di dekat Andi, menyaksikan teman-teman berkumpul. Ia merasakan getaran hangat di dadanya. Andi meraih tangannya, menggenggam erat. “Nanti malam kamu akan kangen ini semua, kan?” bisik Andi pelan. Sarah hanya tersenyum, menunduk malu.
Acara pamitan pun berlangsung hangat. Sarah memberi salam kepada Pak Haji dan keluarga yang telah merawatnya selama KKN. Ia memeluk ibu Andi lebih lama, mengucapkan terima kasih atas segala perhatian dan kasih sayang. Air mata sedikit menggenang di mata ibu Andi, tanda haru melepas menantunya untuk kembali ke kehidupan kota.
“Jaga diri baik-baik ya, Nak. Kita akan selalu mendoakanmu,” kata ibu Andi sambil memeluk Sarah.
Sarah membalas dengan suara bergetar, “Ibu… aku akan selalu ingat semua kebaikan Ibu.”
Keharuan itu makin terasa ketika Andi ikut memeluk Sarah. “Aku akan menunggumu di kota,” katanya lirih, dengan tatapan penuh makna. Sarah tersenyum, memeluknya lebih erat, seakan ingin mengabadikan momen terakhir sebelum mereka berpisah untuk sementara waktu.
Tak lama kemudian, suara klakson bus kampus biru terdengar dari kejauhan. Bis itu sudah sampai di desa, menjemput semua mahasiswa KKN. Sarah ikut bergabung dengan teman-temannya menuju bus. Di tengah suasana pamit yang penuh haru, mereka saling berpelukan, saling memberi nomor kontak, dan berjanji untuk tetap menjalin silaturahmi meski KKN telah usai.
Sarah duduk di dalam bus, menatap rumah Pak Haji dan keluarga Andi dari jendela. Hatinya campur aduk: senang akan pulang, sedih meninggalkan desa, rindu akan Andi. Bus bergerak perlahan meninggalkan desa, sementara suara teman-temannya bercampur dengan gemuruh mesin.
Setibanya di kampus biru, orang tua Sarah sudah menunggu di depan gerbang. Pandangan mereka bertemu, lalu pelukan hangat tak terelakkan. Sarah merasa lega sekaligus haru, menatap wajah ibu dan ayahnya yang penuh cinta.
“Ibu… Ayah… aku pulang,” ujar Sarah sambil menitikkan air mata.
Ibu dan ayahnya membalas pelukan itu dengan erat, menahan rasa haru yang sama.
Malamnya, suasana berbeda. Andi tak ikut pulang bersama bus. Ia sengaja menunggu malam untuk menyusul ke kota, memberi Sarah kejutan. Sarah baru mengetahui ketika sedang berada di rumah. Tiba-tiba pintu diketuk pelan, dan ketika ia membukanya, Andi berdiri dengan senyum manis, membawa sebuket bunga kecil.
“Surprise…” bisik Andi sambil tersenyum.
Sarah tak kuasa menahan senyum dan tawa kecil. “Kamu nakal banget… kenapa nggak ikut pulang tadi?” godanya manja.
Andi memeluknya erat. “Aku ingin menunggumu di kota… supaya malam ini kita bisa bersama lagi.”
Sarah merasakan getaran hangat di dadanya. Ia tahu, meski jarak memisahkan untuk sementara waktu, cinta mereka tetap kuat.
Sarah tak bisa menahan senyumnya. Ia menggenggam tangan Andi dan menariknya masuk ke dalam rumah. Sesampainya di ruang tamu, Andi langsung memberi salam kepada bapak dan ibu Sarah.
“Assalamu’alaikum, Pak, Bu,” sapa Andi sopan sambil membungkuk sedikit.
“Wa’alaikum salam, Andi. Sudah lama tidak datang ke sini,” jawab bapak Sarah dengan hangat.
Ibu Sarah tersenyum penuh rasa senang sambil mengulurkan tangan. “Selamat datang, Nak. Terima kasih sudah menyusul Sarah ke kota.”
Adik-adik Sarah pun ikut mendekat, saling bercanda dengan Andi. Salah satunya bertanya penuh rasa penasaran, “Bang Andi, kamu kenapa nggak ikut pulang bareng kak Sarah tadi?”
Andi hanya tersenyum sambil mengelus rambut adik Sarah. “ gak jadi kejutan dong dek buat KK sarahnya
Suasana ruang tamu hangat, penuh tawa dan obrolan ringan. Mereka berbincang tentang kegiatan KKN, cerita di desa, dan rencana ke depan Sarah dan Andi. Andi terlihat sangat akrab dengan keluarga Sarah, menunjukkan rasa hormat sekaligus kasih sayang yang tulus.
Setelah beberapa saat ngobrol, Sarah memanggil Andi, “Yuk… kita masuk kamar dulu.” Ia menatapnya dengan mata berbinar penuh arti. Andi mengangguk sambil tersenyum penuh makna. Sebelum masuk keduanya pamit terlebih dahulu kepada orang tua dan adik² Sarah
Di kamar, suasana berubah menjadi lebih intim. Sarah dan Andi saling menatap, tersenyum malu-malu. Sarah memeluk Andi erat, menyandarkan kepalanya di bahu suaminya. Andi membalas dengan memeluk pinggang Sarah.
lalu keduanya bertindihan di bawah selimut. Dengan Sarah di atasnya.
sarah merebahkan pipinya ke dada bidang Andi, menggerakan telunjuknya memutar di kulit. "Sampai kapan?" tanya sarah akhirnya bisa disuarakan. "Nanti aku kasih tahu."
Andi mengusap punggung dan belakang kepala sarah. sarah selalu menyukainya. sarah kembali mengangkat tubuhnya dan bergerak lagi.
andi menatapnya lekat. Wajah seksi dan tubuh indahnya itu. Sungguh andi merasa gila. Dan nikmat
"Pelan. Syang ah " andi tidak ingin suara derit kasur dan desah sarah terdengar keluar.
sarah kembali rebahan, Andi yang mengambil alih. Memeluknya erat dan bergerak perlahan. "Udah anget?" bisik sarah dengan serak dan . Uhh ah"Belum."
"Cih! Mulai doyan!" gumam sarah di sela desah pelannya.