NovelToon NovelToon
Nikah Dadakan Karena Warga

Nikah Dadakan Karena Warga

Status: sedang berlangsung
Genre:Pernikahan Kilat / CEO
Popularitas:106.8k
Nilai: 5
Nama Author: Anjay22

Reva Maharani kabur dari rumahnya karena di paksa menikah dengan pak Renggo ,ketika di kota Reva di tuduh berbuat asusila dengan Serang pria yang tidak di kenalnya ,bernama RAka Wijaya ,dan warga menikahkan mereka ,mereka tidak ada pilihan selain menerima pernikahan itu ,bagaimana perjalan rumah tangga mereka yang berawal tidak saling mengenal ?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Anjay22, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Dafa dan Nisa

Sementara itu ditempat yang berbeda ,Dafa pria yang pernah memimpikan Reva teman satu kampusnya yang ia kenal beberapa bulan lalu untuk menjadi pendampingnya ,merasa kecewa setelah mengetahui Reva ternyata sudah menikah ,rasanya dunianya seperti runtuh ,walaupun dihadapan Reva dia berusaha kuat dan bersikap biasa, bercanda seperti sebelum ia menyatakan perasaannya ,tapi didalam hatinya tidak sama dengan wajah yang ia perlihatkan dihadapan Reva .

Saat ini dia sedang duduk sendiri di bangku taman kampus , tempat yang dulu sering ia datangi saat bersama Reva .

Ia mengenal Reva sejak semester pertama kuliah. Mereka satu jurusan, walaupun tidak duduk bersebelahan di kelas,tapi Dafa selalu memperhatikannya dari kejauhan, perlahan-lahan Dafa jatuh cinta—diam-diam, dalam diam, tanpa pernah berani mengungkapkannya. Ia selalu menganggap cintanya sebagai rahasia kecil yang indah, sesuatu yang membuat hari-harinya berwarna meski hanya dari kejauhan. Ia menulis puisi untuknya, menyimpan foto-foto Reva yang tak sengaja ia ambil saat kuliah, dan bahkan menghafal jadwal kuliahnya hanya agar bisa “kebetulan” bertemu di koridor.

Tapi Reva tak pernah tahu. Atau mungkin ia tahu, tapi memilih diam,dan tetap menganggap hubungan mereka adalah hubungan pertemanan biasa . Dafa tak pernah berani mengungkapkan perasaannya. Ia selalu berdalih, “Nanti saja,,” atau “Aku tunggu momen yang tepat.” Tapi waktu tak menunggu siapa pun. Dan kini, momen itu telah lewat—selamanya.

Dafa menunduk, menatap genangan air di tanah yang memantulkan langit kelabu. Ia merasa bodoh. Bodoh karena terlalu lama menunggu. Bodoh karena terlalu takut kehilangan persahabatan yang bahkan belum pernah benar-benar terjadi. Ia mengira cinta itu bisa ditunda, bisa disimpan dalam laci hati hingga waktu yang tepat datang. Tapi ternyata, waktu tak peduli pada penantian seseorang. Waktu terus berjalan, dan membawa Reva pergi—ke pelukan orang lain.

'"Reva,ternyata berat untuk mengiklaskannya bersama Raka ,tapi aku tidak boleh egois,kamu juga butuh bahagia ,dan aku lihat kamu sangat bahagia bersama Raka ." Dafa melamun pandangannya menatap dedaunan yang bergoyang tertiup angin

Pandangan Dafa masih terpaku pada genangan air di bawah kakinya, pikirannya larut dalam bayangan Reva yang kini sudah resmi menjadi istri orang lain. Angin berhembus pelan, membawa daun-daun kering bergulir di sepanjang jalan setapak taman kota. Ia hampir tak menyadari keberadaan orang lain—sampai tiba-tiba suara perempuan memecah lamunannya.

“Eh, Dafa? malah ngelamun ? Bantu aku ,kek !"

Suara itu tiba-tiba, nyaring, dan terdengar menyebalkan. Dafa terlonjak sedikit, hampir saja jatuh dari bangku kayu yang sudah mulai lapuk. Ia menoleh, dan matanya membelalak.

“Nisa?”

Di depannya berdiri Nisa—teman satu angkatannya di kampus, perempuan yang dikenal cerewet dan galak ,apalagi kalau ia ingin mendekati Reva ,yang menjadi temannya ,Nisa selalu membawa tas selempang warna oranye yang khas, dan punya kebiasaan tertawa terbahak-bahak kalau sedang senang. Saat ini, rambutnya agak berantakan, wajahnya sedikit berkeringat, dan tangannya sibuk memegangi tumpukan buku yang nyaris jatuh.

"E.. e..e..malah bengong ! bantuin aku !"

"Malas lah ,kalau minta tolong itu yang sopan !" sahut Dafa dengan cuek .melihat itu Nisa nampak geram ,tapi dia berusaha menahannya ,karena saat ini dia lagi membutuhkan bantuannya.

“Dafa yang baik ! Tolong dong ,bantu aku , buku-bukuku mau copot satu per satu nih,” katanya sambil berusaha menyeimbangkan tiga buku tebal dan sebuah laptop dalam genggamannya.

“Tolong dong ,Aku baru aja keluar dari perpustakaan, dan—*duh!*—ini laptopnya mau nyemplung ke selokan!”

Melihat itu Dafa tidak tega ,ia buru-buru berdiri. “Giliran butuh saja kamu lembut , sini aku bantu !” Ia mengulurkan tangan dan membantu Nisa mengatur tumpukan buku itu. Tangannya sedikit gemetar—bukan karena lelah, tapi karena masih terbawa suasana hati yang suram. Tapi ia berusaha menyembunyikannya.

“Makasih ya,” kata Nisa sambil menghela napas lega. “Aku udah muter-muter cari tempat duduk, eh malah nemu kamu. Lagi ngapain di sini sendirian? Ngenes banget, deh, kayak tokoh utama sinetron sore.”

Dafa tersenyum kecut. “Nggak ngapa-ngapain. Cuma… jalan-jalan. Nenangin pikiran.”

Nisa mengangkat alis, lalu duduk di sampingnya tanpa diminta. “Hmm. Nenangin pikiran atau nenangin hati yang lagi patah?”

Dafa terdiam. Matanya tak berani menatap Nisa. Tapi Nisa bukan tipe orang yang gampang menyerah.

“Gue tahu, kok,” lanjutnya pelan, suaranya tiba-tiba berubah jadi lebih lembut. “Soal Reva.”

Dafa menelan ludah. “Kamu… tahu?”

“Ya iyalah!aku ini teman Reva ,lagipula Kita ini satu kampus, satu jurusan, dan kamu itu—maaf—kelihatan banget kalau lagi naksir dia. Bahkan waktu presentasi kelompok bareng, kamu sampe salah sebut nama dia jadi ‘Rindu’,” Nisa tertawa kecil, tapi matanya tetap serius. “Tapi kamu nggak pernah bilang, kan?”

Dafa menghela napas panjang. “Aku takut… takut kalau aku ngomong, semuanya bakal berubah. Takut dia malah nggak mau ngobrol lagi sama aku.”

“Tapi kamu telat ,dia udah nikah,” kata Nisa pelan. “Dan kamu tetap diam.”

Dafa menunduk lagi. “Iya. Dan rasanya… kayak aku kehilangan sesuatu yang bahkan belum pernah jadi milikku.”

Nisa diam sejenak. Lalu, tanpa peringatan, ia menepuk punggung Dafa dengan cukup keras—tapi tidak menyakitkan.

“Dengar, Dafa. Kamu itu baik, perhatian, dan—meski kadang nyebelin ,dan kamu itu lemot terlalu banyak mikir—kamu punya hati yang besar. Tapi kamu nggak bisa terus-terusan hidup di bayangan ,kamu harus move on ,lupakan Reva ! Reva sudah bahagia bersama suaminya ."

Dafa mengangkat wajahnya pelan. “Tapi… aku benar-benar sayang sama dia, Nisa.”

“Iya, gue percaya. Tapi cinta nggak cuma soal perasaan. Cinta juga soal keberanian. Dan kamu udah kehabisan waktu buat berani.” Nisa menghela napas, lalu tersenyum kecil. “Tapi hey, bukan berarti hidup kamu berakhir di sini. Masih banyak hal indah yang belum kamu temui. Termasuk… mungkin, seseorang yang nggak cuma kamu lihat dari jauh, tapi benar-benar bisa kamu ajak ngobrol, ketawa, bahkan berantem soal film favorit.”

Dafa tertawa kecil—tawa pertamanya hari ini yang terasa sedikit tulus.

“Kamu ini… kayak konselor dadakan, deh.”

“Yah, namanya juga teman,” balas Nisa sambil mengangkat bahu santai. “Lagian, gue juga pernah kayak kamu. Naksir diam-diam, takut ngomong, terus pas dia nikah, gue cuma bisa nangis di kamar sambil makan keripik kentang.”

“Beneran?”

“Iya. Tapi lihat sekarang—gue baik-baik aja. Bahkan lebih baik. Karena gue sadar, cinta yang sehat itu nggak bikin kamu jadi bayangan. Cinta yang sehat bikin kamu jadi versi terbaik dari dirimu sendiri… bareng orang yang juga memilih kamu, bukan cuma kamu yang memilih dia.”

Dafa menatap Nisa. Ada sesuatu yang berbeda hari ini. Mungkin karena Nisa bicara dengan jujur, tanpa drama, tanpa menghakimi. Atau mungkin karena untuk pertama kalinya, ia merasa tidak sendirian dalam rasa sakit ini.

“Makasih, Nisa,” katanya pelan.

“Sama-sama. Tapi jangan cuma makasih doang—bantu gue bawa buku-buku ini ke kosan, dong! Lumayan, kan, jadi tebusan atas curhat gratis tadi?”

Dafa tertawa lagi, kali ini lebih lepas. “Oke, oke. Tapi kamu harus traktir aku es teh manis setelah ini.”

“Deal! Asal jangan minta traktir kopi mahal kayak di kafe kekinian itu, ya. Dompet gue lagi kritis!”

Keduanya berdiri, berjalan berdampingan menyusuri jalan taman. Langit masih kelabu, tapi hujan tak kunjung turun. Angin masih berhembus, tapi kali ini terasa lebih ringan. Dafa tak lagi menatap genangan air dengan mata penuh duka. Ia mulai melihat sekeliling—pohon-pohon yang rindang, anak-anak kecil yang bermain, dan di sampingnya, seorang teman yang tiba-tiba datang di saat ia paling butuh.

Dafa tidak menyangka kalau Nisa ternyata orangnya baik dan enak diajak bicara ,tidak seperti anggapannya selama ini ,kalau Nisa sombong ,cerewet ,dan galak .

1
Felycia R. Fernandez
terlalu baik untuk mereka yang selalu diserang terus menerus...
MayAyunda: iya kak ..lagi di uji
total 1 replies
Maizuki Bintang
bgs
MayAyunda: terimakasih 🙏
total 1 replies
Muhammad Al fatih
jangan kan mereka aku aja yg udah nikah hampir 17 tahun sama aja🤣🤣🤣🤭🤭🤭
MayAyunda: kakak bisa aja 😁
total 1 replies
Muhammad Al fatih
hebatnya Raka bisa nunggu nyampe setahun, lah aku akadnya pagi malemnya langsung di gaspol aja sama paksu🤣🤣🤣🤭🤭🤭
MayAyunda: ha ha
total 1 replies
Felycia R. Fernandez
good...masukkan ke RSJ aja bagusnya..
MayAyunda: boleh kak 😁
total 1 replies
Dwi Winarni Wina
Raka dan reva baru merasakan ciuman pertama, padahal sudah halal dan salah lebih dr ciuman juga boleh😀😀😀
MayAyunda: iya juga kak😁
total 1 replies
Dwi Winarni Wina
Reva sangat bersyukur skl dapat suami kaya raya dan ibu dan papa mertua sangar baik skl...
Dwi Winarni Wina
Nasib berubah jd lebih baik reva menikah sm raka...
Dwi Winarni Wina
Reva sangat bahagia skl ibu mertuanya sangat baik banget....
Dwi Winarni Wina: iya kakak.....
total 3 replies
Dwi Winarni Wina
akhirnya reva diterima baik orgtua raka....
Dwi Winarni Wina
Rafa seharusnya jujur dr awal kalian sudah menikah...
Dwi Winarni Wina
Tidak menyangka ternyata raka anak horang kaya raya tajir melintir.....
Dwi Winarni Wina
Smg orgtua raka menerima kehadiran reva dengan baik, semangat2 reva pasti deg2kan mau bertemu mertua..
Dwi Winarni Wina
smg kehidupan raka dan reva akan jauh lebih nantinya....
Dwi Winarni Wina
Reva telaten merawat suaminya dengan baik, salut reva sangat sabar bingit...
Dwi Winarni Wina
Smg kedepannya kamu akan bahagia reva, jgn km sesali apa yg telah terjadi terima aja dgn ikhlas.....
Dwi Winarni Wina
Terima aja nasibmu reva, smg kedepannya menikah sm arka akan ada perubahan drpd menikah sm situa bangka ringgo😀ringgo😀😀
Dwi Winarni Wina
jangan asal menuduh aja ibu2 itu lihat keadaan raka babak belur gitu....
Dwi Winarni Wina
Reva sangat kasian melihat seorang pemuda sangat terluka parah menolongnya, reva juga sangat was-was takut digerebek warga membawa masuk seorang pria ke kontrakannya...
Dwi Winarni Wina
Salut sm perjuangan reva maharani tuk bertahan hidup, reva giat belajar dsn bekerja tuk meraih cita2nya....
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!