NovelToon NovelToon
Jalan Yang Terkurung

Jalan Yang Terkurung

Status: sedang berlangsung
Genre:Kehidupan di Sekolah/Kampus / Keluarga / Diam-Diam Cinta / Cinta Seiring Waktu / Cintapertama / Mengubah Takdir
Popularitas:3.3k
Nilai: 5
Nama Author: Tulisan_nic

"semua orang memiliki hak untuk memiliki cita-cita,semua orang berhak memiliki mimpi, dan semua orang berhak untuk berusaha menggapainnya."

Arina, memiliki cita-cita dan mimpi tapi tidak untuk usaha menggapainya.
Tidak ada dukungan,tidak ada kepedulian,terlebih tidak ada kepercayaan

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Tulisan_nic, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 32 Standar Arina

Pulang sekolah,seperti perintah Arkan tadi pagi,Arina diantar dengan mobil mewah milik keluarga Arkan.

Melihat awan mendung yang menggantung dan dia tidak membawa persiapan payung,menjadi pertimbangan Arina untuk menuruti perintah.

Mereka sudah berada di dalam mobil,duduk bersisian dengan jarak di tengah seperti biasa.Deg-degan yang Arkan rasakan jangan di tanya lagi,dia sudah seperti bunyi token listrik yang belum di isi.Bikin gelisah yang mendengar.Tentu saja dalam hal ini,hanya Arkan yang mendengar."Sial!,walaupun aku nggak mau perhatiin cewek ini tapi aku kepikiran sendiri,menyebalkan banget!".Hati Arkan makin berisik.

Arina teringat sesuatu,"Arkan,kamu bilang Evan tidak masuk kelas karena kakeknya meninggal.Rumahmu dan rumahnya dekat ya?,jadi kamu bisa tahu."

Arkan melirik sebentar saja,"Huh...terlebih lagi,dia lebih memikirkan Evan.Dari pada aku yang sudah hampir gila ini",hati Arkan memang sudah semakin kacau.

"Arkan,kamu dengar aku tidak?" Sedikit kesal,karena Arkan seperti acuh.

"Aku lihat di berita,"Akhirnya Arkan menjawab,tapi nadanya malas.Karna lelah dengan berisik di hatinya.

"Ehm...jadi semua orang bisa tahu ya,cuma aku yang nggak tahu.Kalau Ponsel ku tidak rusak,pasti aku juga bisa cepat tahu".

Nada bicara Arina sedih,wajahnya nampak murung.Ia menunduk pasrah,membuat empati Arkan menjadi-jadi."Ponselnya rusak,dia jadi sedih.Mana boleh apapun dan siapapun membuatnya sedih,Arina dia harus bahagia.Aku akan belikan dia ponsel baru,kurang ajar banget ponsel nya itu berani-beraninya buat Arina sedih. Aku saja tidak berani".Karna hatinya bicara begitu,membuat jari jemarinya mengepal,urat-urat di tangannya menegang.

Bersamaan dengan rahangnya yang mengeras.Tapi lagi-lagi Arina menoleh,wajah manis dan polos itu...mata yang sedikit sipit tapi seperti membulat,juga timpahan cahaya yang memantul dari kaca membuatnya seperti sebuah karya cipta yang sempurna.Arkan merasa,Arina sangat mempesona. Membuatnya jadi bingung harus bertingkah apa.

"Arina kamu ja..jangan, lihat-lihat aku!" Arkan refleks menutup matanya dengan kelima jemarinya.

Mendengar itu,Arina langsung memalingkan wajahnya. "Arkan ini kenapa sih,dari tadi pagi sikapnya aneh banget".

Sepanjang perjalanan,Arkan masih menutup matanya dengan jari. Sedang Arina,memutar sedikit tubuhnya hingga wajah yang tadi menghadap ke depan kini menghadap ke samping,membelakangi Arkan.

***

Dari siang,langit memang sudah mendung.Wajar saja malam ini hujan turun.Meski hanya gerimis kecil,tapi justru membuatnya lama untuk reda.Udara dingin semakin terperangkap,membuat siapa saja akrab dengan jaket dan selimut.

Arina di kamarnya,ia mengeluarkan lembaran-lembaran uang dengan warna yang bervariasi dari dompet biru muda yang sudut penutupnya sedikit mengelupas.

Uang kertas itu ia elus satu persatu,hingga tidak ada lipatan sama sekali.Dari gerakan itu dia tahu berapa jumlah tabunganya sekarang.

"Sudah ada Rp375.000, hem...masih kurang banyak sih.Tapi nggak apa-apa,aku masih bisa kumpulin lagi dari hasil kerja di rumah Mbak Sinta."

Ia genggam uang tadi,seolah itu adalah harta satu-satunya yang ia miliki.Matanya terpejam,meyakinkan diri bahwa suatu saat dia pasti bisa beli Ponsel baru.

Rupanya Bapak sudah berdiri di ambang pintu kamarnya.Suara batuk kecil Bapak,membuat Arina membuka mata dan menoleh."Kenapa Pak?"

Bapak tersenyum,tangannya merogoh saku celana hitam yang di pakainya.Lalu masuk mendekati Arina.

"Ini,Bapak ada uang segini buat kamu.Kamu simpen ya,buat tambah beli Ponsel kamu." Uang kertas berwarna merah,dua lembar Bapak taruh di tangan Arina.Membuat gadis itu terperanjat,matanya membulat memandangi dengan wajah takjub.

"Bapak,banyak banget!" Suara Arina sedikit melengking,sontak Bapak menaruh jari telunjuk di bibirnya.Isyarat untuk Arina supaya memelankan suara.

Bapak duduk di pinggir ranjang,sambil tersenyum hangat."Bapak dapat rezeki tadi,cafe di tempat Bapak kerja bangunan lihat Bapak main gitar,terus setiap jam istirahat dan sebelum pulang,Bapak main gitar dulu di cafe itu.Nah Bapak dapat bayaran segitu,lumayan bisa di kumpulin buat beli Ponsel kamu."

Arina menghambur, memeluk Bapak dengan erat."Bapak,makasih ya.Arina nggak nyangka Bapak bisa dapat uang lebih buat Arina beli Ponsel".

Bapak mencium pelan puncak kepala putrinya, mengelus punggungnya dengan sayang. "Bapak,harusnya yang minta maaf sama kamu.Bapak cuma bisa menghasilkan uang nya sedikit.Sampe kamu harus kerja bantu-bantu di rumah Sinta. Sebenarnya,Bapak nggak suka dan sedih tapi mau bagaimana lagi.Bapak juga belum bisa penuhi kebutuhan kamu."

"Tapi Bapak tetap jadi Pahlawannya Arina kok Pak.

Bapak selalu ngertiin Arina,Arina bangga punya orang tua seperti Bapak".

"Arina,Bapak terimakasih kamu sudah mengerti keadaan Bapak.Bahkan selalu mengalah sama Mas mu."

"Pengorbanan Bapak buat Arina juga besar Pak,jadi Arina harus ngerti kalau keinginan Arina tidak harus di turuti semua.Bapak tetap memikirkan keluarga, walaupun Arina tahu Bapak pasti capek,kerja seharian kadang juga harus ke kebun singkong juga.

Teman-teman Arina nggak punya orang tua seperti Bapak,jadi Arina bangga punya Bapak".

Arina teringat bagaimana keluarga Vivian,Papanya yang kaya tapi punya Sinta,sebagai istri simpanannya.

Sering bertengkar dengan istri sah,di depan Vivian yang membuat mental anaknya jadi terganggu.

Berbeda dengan Bapak,Ia pria sederhana tapi kesabarannya melebihi apapun.Tidak pernah bicara bernada tinggi,meski kadang omelan Mamak terdengar menyakiti.

Bagi Arina,sikap Bapak yang begitu menjadi sebuah standar untuknya nanti ketika akan menikah.Ia mau calon suami yang setia,sabar,mau berkorban seperti Bapak.

***

Di rumah Arkan,

"Ya..Allah Arkan, kenapa siku kamu?"Almira,Mamanya Arkan menatap cemas pada siku anaknya.

"Jatuh Ma,tadi pas pertandingan Basket.Tapi,sudah di obatin kok"

"Coba,sini Mama lihat" Tangan Mama terulur,hendak memeriksa perban yang menempel di siku anaknya.

Arkan membiarkan saja,Mamanya begitu.Baginya,kecemasan Mama adalah bentuk kasih sayang seorang Ibu pada anaknya,dan Arkan sangat menghargai itu.

"Ini perbannya harus di ganti yang bersih,biar nggak kena kuman."

Mendengar itu Arkan langsung menarik tangannya, melompat menghindari Mama.Membuat Mama bingung dengan sikapnya.

"Kalau nggak di ganti, nanti kamu bisa infeksi " Almira merasa aneh dengan sikap anaknya kali ini,biasanya Arkan selalu menurut jika lukanya di obati.Tapi kali ini Arkan seperti menghindari.

"Jangan Ma,ini...perban yang di pasang Arina". Setengah kikuk,Arkan menutup mulutnya.Ia sadar sudah menyebut nama Arina di depan Mamanya.

Membuat Almira tersenyum,ia mulai faham arah bicara Arkan.Sekejap saja, ruangan itu seolah berhenti.

Suara jam dinding terdengar jelas.Mamanya memandang anaknya lama, lalu menunduk, menahan tawa yang hampir muncul.

“Oh…” suaranya datar, tapi nada ujungnya lembut, “Arina ya?”

Arkan refleks menatap Mama,lalu mengangguk malu.

Mamanya tak menjawab, hanya menghela napas pelan.Lalu tangannya terulur, menepuk bahu Arkan dengan ekspresi yang sulit ditebak.

“Sudah mulai ya, masa-masa itu.”

“Masa apa sih, Ma?” Arkan mengerutkan kening.

Mamanya hanya tersenyum tipis, matanya teduh, seolah baru melihat sesuatu yang lama dinantinya.

“Nggak apa-apa. Nikmati aja.”

Arkan makin bingung. “Nikmati apa, Ma?”

*

*

*

~Kalian tim Arkan apa tim Evan guys?

~Salam hangat dari Penulis🤍

1
checangel_
Mati rasa itu terkadang melelahkan, tetapi ada kalanya butuh didengarkan 😄
checangel_
Real ✅, terkadang mental health atau trauma bisa bersarang dari akar yang tidak hanya dari orang luar, tapi bisa dari orang dalam juga termasuk 'keluarga atau orang tua itu sendiri'
Tulisan_nic: Terimakasih sudah memahami🤍🫶
total 3 replies
miu@
aku juga capek
checangel_
Seberapa akurat keyakinan itu /Shy/
checangel_
الجمعه،
Tak ada kata lagi terucap👍🙏
checangel_: /Smile//Pray/
total 2 replies
checangel_
Seberat itu ya janji 🤧
checangel_: Dua kata berbeda, tapi sama dalam tindakan 🤧
total 2 replies
checangel_
Memaafkan memang selega itu, apalagi kata maaf itu diterima dengan lapang, rasanya seketika sedang berada di pantai yang tenang 😄
Tulisan_nic: memaafkan sedamai itu memang🫶
total 1 replies
checangel_
Diam saja deh, lebih baik gitukan😂😂
checangel_
Apalagi kalau orangnya nggak enakan, kata tolak jarang terucap tuh/Facepalm/
checangel_
Pasti luka batinnya dalam banget nggak sih itu /Sob/
checangel_: Sabar, luka batin itu bisa sembuh kok perlahan /Smile/
total 2 replies
checangel_
Tim pembaca aja 😂
checangel_
Begitulah kalau sedang kasmaran, bahkan luka dalam perban pun langsung membaik nggak tuh😂😂
checangel_: 😂😂🤧saking realnya, semua luka terobati dengan sendirinya, ono-ono wae/Facepalm/
total 2 replies
checangel_
Siapa nih yang dulu seperti Arina?😂
Tulisan_nic: aku,aku/Scream/
total 1 replies
checangel_
IPA adalah mapel yang menyimpan banyak cerita, dari mulai impian, rasa pantang menyerah, dan menjadi pelajaran terpaporit dari yang lain, but that is the past again 😅😂
checangel_
Author /Sob/, ceritamu teralu real ndak sih 🤧, pengin nangis aku😭
Tulisan_nic: kamu benar banget/Whimper/
total 7 replies
checangel_
Vivian kamu butuh tempat curhat lagi nggak? Sepertinya luka batinmu sudah sangat dalam, sabar-sabar ya Vivian, pasti berat itu dan memang berat banget sih 🤧
checangel_
Allah, author, dan pembaca ini juga mengakui ketulusanmu, Arina😄
Tulisan_nic: Tenang aja Arina,kami tahu gitu kan ya😄
total 1 replies
checangel_
Gimana tuh rasanya jadi tempt curhat, Arina? 😅
Tulisan_nic: iya,pasti Arina denger curhatan nya ambil kedap kedip🤭
total 1 replies
checangel_
Kamu menulis apa Mba Arina, secepat itukah tulisanmu?😭
checangel_: Tapi emang gitu, aku juga pernah nulis cepat saking disuruh cepatnya😂
total 2 replies
checangel_
Karena pembaca ini pernah berada di salah satu posisi Mba Arina dan ternyata sebahagia itu membuat orang tua juga bahagia and that is the past 🤧
Tulisan_nic: he em,semoga Allah membersamai mu/Heart/
total 18 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!