Rayana adalah seorang gadis ceria, dan juga ramah.
Namun saat itu entah kenapa Rayana tiba-tiba bisa dikejar oleh rentenir, dan bukan itu saja Rayana juga diteror oleh orang-orang pinjol mereka meminta agar Rayana membayar hutangnya jika tidak mereka mengancam Rayana dengan menyebarkan datanya dan juga foto-fotonya yang sudah mereka edit sekian rupa.
Pada akhirnya Rayana bertemu dengan Felix Mahendra seorang pemuda seorang CEO di perusahaan ternama, CEO muda dan terkenal cuek tak tersentuh, namun karena kakek Felix terus-terusan mendesak Felix untuk menikah, akhirnya Felix pun bertemu dengan Rayana dan mereka pun menikah.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dinda_Cahyani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Cantik
Wajah Rayana kini berubah masam saat Felix menyuruhnya untuk mengganti baju pengantin yang semulanya di puji Felix.
Bagaimana tidak, Felix menyuruh Rayana mengganti gaun pengantinnya lagi, karena di bagian belakangnya terbuka lebar, jika gaun pertama bagian depannya tepatnya bagian dadanya yang terlalu terbuka, sedangkan gaun kedua bagian belakangnya terlalu terbuka lebar.
Rayana pun merasa serba salah dibuat Felix.
"Sudah lah nona Rayana, jangan merengut terus nanti cantiknya hilang loh," bujuk karyawan butik yang tahu Rayana saat ini sedang bad mood karena Felix.
"Dia kira bolak balik ganti baju seperti ini tidak capek apa? coba aja suruh dia pakai baju beratnya kayak ini," omel Rayana yang mengatakan 'dia' itu adalah Felix.
Kedua karyawan itu pun menahan tawa, mereka merasa tergelitik mendengar omelan Rayana.
"Tapi kami yakin baju ketiga ini tuan Felix pasti akan suka," ucap karyawan itu.
Rayana pun memperhatikan gaunnya, memang gaunnya tidak terlalu terbuka, namun tidak terlihat norak, masih terlihat elegan dan mewah.
"Mudah-mudahan saja, kalau dia masih menolak, ya sudah saya tidak mau menikah dengannya, dia cari aja ukhti-ukhti bercadar," gerutu Rayana yang merasa kesal dengan Felix.
Kedua karyawan itu pun kembali terkekeh mendengar omelan Rayana.
"Ternyata nona Rayana ini orangnya asyik ya tidak sebawel seruwet yang kami kira," ucap salah satu karyawan itu.
"Kalian kira karena saya ini calon istri Felix maka saya akan bertindak semena-mena dengan kalian seperti yang kalian lakukan kepada saya tadi?" tanya Rayana yang lebih terdengar seperti menyindir.
"Ya kami minta maaf nona, tapi itu semua kami lakukan karena perintah, atasan memerintahkan kami untuk tidak menerima pelanggan jika nona dan tuan Felix belum datang ke butik," jelas karyawan itu dnegan suaranya yang terdengar pelan seperti ada penyesalan yang sangat besar.
"Iya tidak apa-apa, nanti akan saya katakan sama Felix, agar dia bicara dengan atasan kalian untuk tidak melakukan hal yang sama, kalian harus menghormati dan menerima siapapun yang datang walau ada tamu penting," ucap Rayana yang tak tahu siapa sebenarnya bos mereka.
Kedua karyawan itu pun saling pandang-pandangan dan menggaruk tengkuk mereka yang tak gatal.
"Nona Rayna tidak tahu aja siapa pemilik butik ini, kalau dia tahu pemilik butik ini adalah pak Anton apa yang akan ia lakukan?" bisik kedua karyawan itu tanpa sepengetahuan Rayana.
"Apa saya sudah bisa keluar? Biar drama gaun ini segera selesai?" tanya Rayana yang kini bersiap ingin keluar.
"Oh sudah nona, nona sudah bisa keluar dan menunjukkannya kepada tuan Felix," jawab karyawan itu.
Satu Karyawan membuka tirai, dan satu lagi membantu Rayana memegang gaunnya.
Dan saat Felix melihat gaun itu, ia hanya memuji kecantikkan Rayana dalam hatinya namun Felix belum mengatakan apapun walau gaun itu terlihat sangat bagus dan cocok ditubuh Rayana, ia harus melihatnya apakah ada bagian lain yang terbuka, karena ia tak ingin melihat istrinya nanti jadi pusat perhatian pria hidung belang.
"Coba berputar," pinta Felix kepada Rayana.
Rayna pun menurut, ia berputar dan Felix memperhatikannya dengan intens.
"Cantik," puji Felix.
Rayana yang mendengar Felix memujinya pun tersenyum senang.
"Bukan kamunya tapi gaunnya," ucap Felix yang membuat senyum Rayana hilang seketika.
"Bungkus gaun itu aja mbak, dan satu lagi kebaya yang itu," tunjuk Felix kesebuah kebaya yang tempatnya khusus.
"Baik tuan," jawab karyawan itu yang mengambilkan kebaya itu.
"Kamu kok bisa tahu ada kebaya sebagus itu disana?" tanya Rayana yang menatap kagum kepada kebaya yang Felix tunjuk.
"Ya taulah, kan aku lihat," jawab Felix dengan santai.
"Mari nona saya bantu membuka gaunnya," ajak karyawan yang sedari tadi menemani Rayana.
Rayana pun menganggukkan kepalanya dan ikut masuk kedalam ruang ganti lagi.
Tak lama Rayana keluar lagi, dengan bajunya yang semula.
"Ayo kita cari cincinnya," ajak Felix yang juga sudah berganti pakaiannya yang semula.
"Tapi, gaunnya belum dibungkus," kata Rayana yang menunjuk ke gaun yang mereka rapikan.
"Tidak perlu kita bawa, nanti mereka yang akan membawakannya ketempat acara pernikahan," jelas Felix.
"Loh kok bisa? Kan kita beli? Apa mereka menyediakan jasa MUA juga?" tanya Rayana dengan menodong begitu banyak pertanyaan kepada Felix.
"Ck, kamu ini bawel banget sih? Apa kamu takut pernikahan kita tidak pernah terjadi?" tanya Felix dengan senyum menggoda.
"Haiisss...." desah Rayana yang memutar kedua bola matanya jengah.
Bibir Felix melengkung keatas terukir senyum tipis dan karena sangat tipis tidak ada yang menyadari Felix tersenyum.
"Ayo kita pergi cari cincin," ajak Felix sekali lagi sambil merangkul Rayana.
Hemmm... Rayana menganggukkan kepalanya.
"Eh tunggu sebentar deh," kata Rayana yang menghentikan langkahnya lalu berbalik menatap kedua karyawan yang membantunya tadi.
Felix menaikkan sebelah alisnya menunggu apa yang akan dilakukan Rayana.
"Mbak, jangan lupa ya pesan saya tadi ya," ucap Rayana kepada kedua karyawan yang membantunya tadi.
"Pesan? Pesan apa ya nona?" tanya mereka yang memang tidak tahu pesan apa yang dimaksud oleh Rayana.
"Ck, kalian ini gimana sih, usia masih muda tapi kenapa sudah pikun," cibir Rayana.
"Yang saya katakan tadi loh, bilang sama atasan kalian kalau ada yang mau datang itu jangan di usir, jangan dicegat, walau pun ada tamu penting, bisa aja kan yang datang itu lebih banyak uangnya daripada tamu penting itu," jelas Rayana panjang lebar.
Kedua karyawan itu bahkan yang lainnya memandangi Felix dan tertunduk.
"Rayana apa mesti mengatakan itu?" tanya Felix yang menatap Rayana dengan tatapan yang sulit diartikan.
"Ya harus dong, semua pembeli itu adalah raja, kita harus memperlakukan baik pembeli," jawab Rayana.
Ucapan Rayana sederhana namun mampu membuat Felix terdiam,
"Ingat ya, pokoknya kalian harus mengatakan kepada bos kalian," pesan Rayana kembali.
Mereka semua pun melirik kearah Felix, dan Felix pun menganggukkan kepalanya.
"Baik lah nona, nanti akan kami sampaikan," ucap salah satu dari mereka.
"Sudah? Apa ada lagi yang ingin kamu katakan kepada mereka? Atau kamu mau bergosip dengan mereka dan membatalkan rencana kita yang ingin mencari cincin?" tanya Felix dengan pertanyaan beruntun agar Rayana tak mengatakan hal yang aneh-aneh lagi kepada mereka.
"Sudah, ayo kita cari cincinnya," jawab Rayana singkat.
Felix dan Rayana pun kini keluar dari butik, dan mereka langsung masuk kedalam mobil.
"Sepertinya kamu dendam banget sama pemilik butik itu?" tanya Felix.
"Ya iya lah, mereka kan melakukan itu karena perintah dari bos mereka, dan seharusnya bos mereka yang kamu tegur," jawab Rayana dengan cepat.
"Kok saya, kamu aja," tolak Felix dengan terang-terangan.
"Kamu gak tahu aja siapa bosnya Rayana," batin Felix yang melirik Rayana.