Melisa terpaksa menjalani kehidupan yang penuh dosa, demi tujuannya untuk membalaskan dendam kematian orang tuanya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Danira16, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Samudera Adiguna
Melisa memandangi bayi lelakinya yang tampan, dalam gendongannya saat ia masih lemah di pembaringan setelah bertaruh nyawa.
Dia sudah menjadi seorang ibu, dan tangannya mengusap lembut tangan halus nan mungil puteranya yang saat ini belum ia dan Rudy beri nama.
Rudy membuka pintu setelah pria itu mengantarkan Lusi pulang ke rumahnya, mengingat kondisi isteri pertamanya sering letih dan lemah, untuk itu Rudy tak mengizinkan Lusi terlalu lama berada diluar rumah.
Melisa pun tersenyum ketika suaminya telah berada dikamarnya, Rudy pun membalas senyuman isterinya saat melihat Melisa mengendong buah hatinya.
"Ayah sudah mengantarkan ibu ke rumah?"
"Sudah sayang." Jawab Rudy seraya berjalan mendekati tempat di mana Melisa tengah berbaring.
Rudy duduk di samping brankar, tangannya mengusap pipi lembut Melisa. Lalu ia melabuhkan alat ucapnya di kening isteri sirinya.
"Terima kasih Mel, kamu sudah mau lahirkan anak untuk orang tua ini." Ucap Rudy seakan ia tahu diri bahwa dirinya tidak akan mungkin terwujud impiannya jika Melisa menolak pernikahan yang diajukan Lusi.
"Ayah bilang apa sih, lagi pula Melisa lakukan ini juga karena hutang budi aku pada kalian. Terlebih lagi Melisa sayang ayah." Ungkap Melisa tanpa ia mengucapkan sepatah kata cinta pada Rudy yang terlihat mengharapkannya.
Rudy yang sadar diri hanya menghela nafasnya, tidak mungkin wanita semuda dan secantik Melisa mau mencintainya.
Mungkin selama ini Melisa mau me l4 y4 n! Nya Karena n4 f*u s isteri mudanya yang tinggi, atau bisa jadi karena Melisa hanya sayang serta hutang Budi seperti yang tadi isteri keduanya ungkapkan.
"Lihat sayang anak kita tampan, kulinya putih kayak kamu Mel." Ucap Rudy yang kini gantian mengelus pipi puteranya.
"Iya ayah, besok dia akan jadi pria yang sangat tampan. Tapi sayangnya Melisa gak bisa merawatnya." Ungkap Melisa sedih.
"Ayah akan bilang ibu supaya kamu tidak perlu pergi dari kami, dan bisa hidup bahagia bertiga." Lirih Rudy yang tidak tega melihat rona kesedihan di wajah Melisa.
Melisa mengeleng cepat, ia tidak mau mengingkari janjinya pada ibu angkatnya yang sudah baik mengangkat dirinya dan membesarkan serta menyekolahkannya.
"Tidak ayah, Melisa tidak mau menyakiti perasaan ibu. Lagi pula apa maksud ayah dengan hidup bahagia hanya bertiga saja? Tanpa ibu? Kita menjadi bertiga seperti ini karena ibu kan?" Tolak Melisa halus.
Rudy sendiri merasa berat untuk melepaskan Melisa saat tugasnya selesai, yaitu 6 bulan setelah 4si ekslusifnya diberikan, ia harus angkat kaki dari rumah. Dan itu perjanjiannya dengan Lusi, ibunya.
Terlebih Rudy sudah begitu mencintai dan nyaman bersama Melisa, belum lagi hampir tiap hari ia selalu mengajak Melisa b3rgul4t di r 4 N j4ng.
Namun dari kesemuanya itu, Rudy telah lama menaruh perasaan pada Melisa, yang saat itu Melisa mengira Rudy adalah ayah kandungnya.
Rudy tidak bisa membayangkan jika Melisa pergi, ia pasti sudah tidak bisa lagi mendapatkan nafkah batin dari isteri sirinya itu.
Terlebih lagi keadaan Lusi yang sakit-sakitan tidak akan mungkin mau m3l*y4n! dirinya, tapi setidaknya masih ada bayi mungil peninggalan Melisa yang mampu membuatnya melupakan keinginan itu.
Rudy hanya sedih akan penolakan Melisa, tanpa terasa pria tua itu menitikan air matanya pada kelopaknya.
Niatnya ingin membentuk keluarga harmonis dan lengkap pun sirna sudah, terlebih ada perjanjian yang membuat Melisa harus menepati janjinya.
Sorenya Melisa sudah perkenankan pulang, dan Rudy membawa isteri beserta anak mereka yang masih terbilang merah itu.
Sesampainya dirumah mereka disambut oleh Lusi beserta keluarganya, Rudy pun membawa koper Melisa dan membawanya ke kamar Melisa.
Box bayi juga telah diletakkan disana supaya Melisa mudah untuk memberikan asi pada bayi tampannya.
"Selamat ya Mel sudah jadi ibu." Ucap tantenya, adik dari ibu angkatnya.
"Iya terima kasih Tante."
"Kamu juga selamat sudah menjadi ibu juga ya?" Ucap Lisa menyalami Lusi kakaknya.
Lusi pun tersenyum di iringi angukannya. Sedangkan Rudy pun juga gak kalah disalami oleh keluarga dari isterinya yang telah mewujudkan mimpinya memiliki seorang anak.
Melisa yang sedang menggendong bayinya pun kini duduk disamping keluarga ibu angkatnya. Lusi pun mengambil alih bayi mungil itu dari tangan Melisa.
Lusi pun menunjukan bayi Melisa kepala seluruh anggota keluarga yang hadir merayakannya.
Melisa menatap miris puteranya yang enam bulan lagi sudah ia tinggalkan pada suaminya yang tentu saja Melisa akan segera diceraikan.
Selama dirumah sakit lambat Laun ia begitu dekat dan berat jika meninggalkan puteranya. Terlebih saat ia memberika 4si pada bayinya, Melisa begitu takjub melihat wajah tanpa dosa itu sedang m3nyes*p sumber makanannya.
Melisa kini kembali mengendong dikecil yang sedang asik m3nyes4p asinya, Rudy pun ikut duduk disamping Melisa dan bermain dengan puteranya.
"Sayang, anak kita mau diberi nama siapa?" Tanya Rudy.
"Melisa belum kepikiran nama untuk adek bayi, ayah."
"Boleh ibu yang beri nama?" Lanjut ibu angkat Melisa.
"Bagaimana dengan Samudera Adiguna??" Cetus Lusi yang memberikan idenya untuk nama anak mereka.
"Samudera Adiguna....??" Seru keduanya.
Rudy dan Melisa pun saling berpandangan, dengan mulut menyebut nama yang baru saja diberikan Lusi.
"Iya bukankah Adiguna nama belakangmu mas, jadi itu sesuai untuknya." Ungkap Lusi kembali.
"Bagus Bu, Melisa suka." Jawab Melisa antusias.
"Terserah kamu saja, nama itu pun sangat bagus. Semoga besok dia kelak menjadi anak yang kuat dan berhati pemaaf seluas Samudera." Sambung Rudy yang akhirnya setuju puteranya bersama Melisa diberi nama itu.
"Baguslah kalo kalian suka." Ucap Lusi yang terlihat senang gagasannya dalam memberikan nama dipakai.
###
Sebulan setelah Melisa melahirkan, ia memulai aktivitasnya kembali dengan mengikuti kursus yang letaknya cukup jauh dari rumah.
Pagi-pagi sekali Melisa mandi dan menyiapkan sarapan pagi yang cukup simpel, ia hanya membuat roti oles dan dipanggang sebentar. Melisa juga membuat juice alpukat untuk menambah energi.
Sebelum berangkat ke tempat kursus, ia pun menyempatkan untuk memberi 4si pada bayinya, ketika bayinya telah tertidur barulah Melisa mengisi kekosongan perutnya.
Dimeja makan Lusi dan Rudy duduk berdekatan dan Melisa duduk berseberangan. Mereka bertiga mulai sarapan bersama di meja makan.
"Kamu mau kursus Mel...?" Tanya Lusi yang mulai mengunyah roti panggang untuk yang kedua kalinya.
"Iya Bu, supaya besok Melisa punya ilmu untuk mencari kerja."
"Bagus, karena setelah ini kamu bisa pergi dari sini. Kamu ingat bukan perjanjian kita?" Peringat Lusi pada Melisa yang malah kini merasa makanan yang tadi ia kunyah begitu hambar.
Entah mengapa ia merasa tidak sanggup untuk meninggalkan puteranya, namun ia harus meneguhkan dirinya untuk bisa pergi dari kehidupan ayahnya dan juga ibu angkatnya.
Dan sudah waktunya Melisa juga untuk keluar dari rumah nyamannya dan berusaha hidup mandiri seperti apa yang ia impikan.
"Iya, ibu tenang saja. Melisa tidak akan melanggar kok." Jawab Melisa dengan mata berkaca-kaca.
"Bagus kalo kamu mengerti, ya sudah kamu lanjutkan saja makannya. Ibu mau ke kamar dulu."
Melisa mengangguk, sedangkan Rudy yang sedari tadi memperhatikan Melisa ikut serta merasakan kesedihan isteri mudanya.
Rudy mengenggam tangan Melisa seakan suaminya sedang memberikan kekuatan padanya.
"Kamu yang sabar ya, jangan menangis." Ucap Rudy dan memberikan tisu pada Melisa.
"Iya ayah, mungkin inilah jalan yang harus Melisa hadapi." Jawab Melisa yang sibuk mengusap lelehan air matanya.
"Ya sudah Melisa berangkat kursus dulu ya ayah." Ucap Melisa dan langsung beranjak dari kursinya.
"Ayah antar ya?"
"Tidak usah ayah, biar Melisa berangkat sendiri." Jawab Melisa yang ingin menghindar perlahan dari Rudy.